• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Keislaman

5 Keutamaan Puasa Syawal menurut Ibnu Rajab al-Hanbali

5 Keutamaan Puasa Syawal menurut Ibnu Rajab al-Hanbali
Puasa Syawal. (Foto: NOJ/NU Online)
Puasa Syawal. (Foto: NOJ/NU Online)

Memasuki bulan Syawal bukan berarti semangat beribadah kendur. Terdapat banyak ibadah yang disarankan untuk dilakukan saat berada di bulan Syawal ini. Salah satunya adalah puasa sunah Syawal.


Kepergian Ramadhan tentu sangat membekas di hati seorang Muslim, sehingga akan melahirkan rasa sedih tatkala bulan suci tersebut pamit. Kenikmatan ibadah di bulan Ramadhan adalah anugerah agung yang diberikan Allah Subhanahu Wa Taala. Terutama puasa sebagai ibadah yang paling istimewa di bulan tersebut. Oleh karena itu, sebagian kaum muslimin akan melanjutkan puasa sehari setelah Idul Fitri, yaitu puasa 6 hari di bulan Syawal.  

 

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:


 مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

 

Artinya: Siapa saja yang berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun. (HR Muslim).  

 

Dengan melaksanakan puasa sunah Syawal, kita akan mendapatkan keutamaan berupa pahala puasa setahun sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Oleh karenanya, akan sangat disayangkan kalau puasa sunah tersebut ditinggalkan.

 

Imam Ibnu Rajab al-Hanbali menyebutkan 5 keutamaan yang didapatkan dari melaksanakan puasa sunah di bulan Syawal. Di antaranya adalah:  

 

1. Puasa sunah Syawal sebagai penyempurna puasa Ramadhan.


Untuk menyempurnakan shalat fardhu, kita dianjurkan melaksanakan shalat sunah rawatib, yaitu qabliyah dan bakdiyah. Dengan melaksanakan shalat sunah rawatib, maka shalat sunah fardhu akan menjadi sempurna. Begitu pun puasa sunah Syawal yang dapat menyempurnakan puasa Ramadhan.  

 

Rasulullah bersabda:


   إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ، فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ، قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ


Artinya: Amalan seorang hamba yang dihisab pertama kali di hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka sungguh dia beruntung dan selamat. Jika shalatnya buruk, maka sungguh dia celaka dan rugi. Jika ada kekurangan pada shalat wajibnya, Allah Ta’ala berfirman, ‘Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah yang dapat menyempurnakan kekurangan ibadah wajibnya?’ Kemudian yang demikian berlaku pada seluruh amal wajibnya. (HR at-Tirmidzi).  


2. Menyempurnakan pahala puasa menjadi pahala puasa setahun.  


Hal ini sebagaimana yang dijanjikan dalam hadits Rasulullah dalam kitab Shahih Muslim: Siapa saja yang berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal, maka pahalanya seperti pahala berpuasa setahun.   


3. Membiasakan puasa setelah selesainya puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya puasa Ramadhan kita.  


Sesungguhnya Allah SWT apabila menerima amal kebaikan seseorang, akan menganugerahi untuk berbuat kebaikan setelah itu. Sebagian ulama mengatakan:


 ثواب الحسنة الحسنة بعدها فمن عمل حسنة ثم اتبعها بعد بحسنة كان ذلك علامة على قبول الحسنة الأولى كما أن من عمل حسنة ثم اتبعها بسيئة كان ذلك علامة رد الحسنة وعدم قبولها


Artinya: Ganjaran perbuatan baik adalah perbuatan baik setelahnya, maka siapa saja yang berbuat kebaikan kemudian mengikutkannya dengan perbuatan baik lainnya maka hal yang demikian adalah tanda diterimanya kebaikan yang pertama, pun halnya orang yang berbuat baik kemudian mengikutkannya dengan perbuatan buruk maka yang demikian adalah tanda ditolaknya kebaikan yang ia kerjakan.  


4. Puasa sunah Syawal sebagai tanda syukur kepada Allah SWT.  


Melaksanakan puasa sunah di bulan Syawal merupakan tanda syukur kepada Allah SWT atas anugerah yang melimpah di bulan Ramadhan berupa puasa, qiyamul lail (shalat malam), zakat dan lain-lain.


Puasa di bulan Ramadhan sesungguhnya meniscayakan ampunan bagi orang yang menjalankannya, hal ini didasari dengan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah RA:


   مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ [وفي رواية]: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ


Artinya: Siapa saja yang berpuasa Ramadhan dengan dasar iman, dan berharap pahala dan ridha Allah, maka dosanya yang lalu akan diampuni.” [dalam riwayat lain]: “Siapa saja yang menghidupkan malam hari bulan Ramadhan dengan dasar iman, dan berharap pahala dan ridha Allah, maka dosanya yang lalu akan diampuni. (HR Bukhari dan Muslim)  


Karena ampunan ini lah patutnya kita bersyukur kepada Allah dengan melakukan ketaatan berupa puasa Syawal.  


5. Ibadah yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan tidak terputus.  


Dengan selesainya bulan suci Ramadhan, bukan berarti ibadah yang kita amalkan selesai sudah, namun hendaknya kita berusaha untuk mempertahankan kualitas dan kuantitas ibadah di bulan-bulan selanjutnya sebagaimana di bulan Ramadhan. Puasa Syawal dapat dikatakan adalah salah satu bentuk usaha yang dapat kita lakukan untuk melestarikan ibadah yang kita lakukan di bulan Ramadhan.  


5 poin di atas disarikan dari kitab Lathâif al-Ma’ârif fîma li Mawâsim al-‘Am min al-Wadhâif karya Ibnu Rajab al-Hanbali (Dar Ibn Hazm, cetakan pertama, 1424/2004, halaman: 219-223).  
Demikianlah keterangan mengenai keutamaan puasa di bulan Syawal, semoga kita diberikan taufik dan kemampuan untuk melestarikan ibadah yang kita lakukan di bulan suci Ramadhan, sehingga kita masuk kepada golongan orang-orang yang mendekat kepada Allah dengan perantara amalan-amalan sunah sebagaimana dalam hadits qudsi:

 


   وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ


Artinya: Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunah sehingga Aku pun mencintainya. (HR Al-Bukhari).   


Keislaman Terbaru