• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Keislaman

Agama Islam Dilecehkan, Bagaimana menurut Pandangan Al-Qur'an?

Agama Islam Dilecehkan, Bagaimana menurut Pandangan Al-Qur'an?
Ilustrasi protes terhadap pelecehan agama (Foto: NOJ/dawn)
Ilustrasi protes terhadap pelecehan agama (Foto: NOJ/dawn)

Oleh: Ani Nabila Farahdiba*


Indonesia merupakan negara yang multikultural. Dengan adanya hal tersebut tentu perbedaan agama maupun budaya bukanlah suatu hal yang dapat dihindarkan. Beragam keyakinan dan tradisi sejatinya mendefinisikan keberagaman masyarakat, namun hal ini tentu tidak dapat dipisahkan dari lahirnya peristiwa pelecehan agama. Oleh karena itu, sebagai umat Islam penting bagi kita memahami bagaimana pandangan Al-Qur’an jika kita dihadapkan dengan peristiwa pelecehan agama.


Pelecehan agama yang dilakukan oleh beberapa oknum tidak dipungkiri dapat merusak identitas keagamaan dan menyulut emosi yang mendalam. Namun, melalui Al-Qur’an umat Islam diajarkan untuk merespons tindakan pelecehan agama dalam bentuk kesabaran, hikmah, dan pendekatan yang konstruktif. Islam mengajarkan umatnya untuk tidak mudah terprovokasi, baik oleh kata-kata ataupun tindakan merendahkan. Melainkan kita diwajibkan untuk menjaga akhlak yang baik dan menjawab dengan bijak.


Islam juga mengajarkan nilai toleransi dan menghargai perbedaan keyakinan. Dalam interaksi dengan non-Muslim, umat Islam selalu diajak untuk bersikap adil, ramah, dan membuka pintu dialog. Umat Islam diingatkan untuk tidak menghakimi atau mendiskriminasi orang lain berdasarkan keyakinan agama mereka. Sehingga dirasa penting untuk tetap membuka ruang dialog antar agama yang konstruktif dan terbuka demi mewujudkan peluang untuk saling memahami, meresapi persamaan, dan menghormati perbedaan.


Ketika menghadapi pelecehan agama, kita tetap diharuskan untuk membangun interaksi yang baik. Umat Islam harus berusaha mengedepankan pengetahuan tentang prinsip agamanya, tetapi juga dapat memahami dan menghormati keyakinan orang lain. Kesadaran ini menciptakan landasan yang kuat untuk membangun masyarakat yang saling menghormati.


Surat An-Nisa ayat 140 yang memberikan penjelasan tentang bagaimana sikap kita ketika menghadapi peristiwa pelecehan agama.


وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِى الْكِتٰبِ اَنْ اِذَا سَمِعْتُمْ اٰيٰتِ اللّٰهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَاُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوْا مَعَهُمْ حَتّٰى يَخُوْضُوْا فِيْ حَدِيْثٍ غَيْرِهٖٓ ۖ اِنَّكُمْ اِذًا مِّثْلُهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ جَامِعُ الْمُنٰفِقِيْنَ وَالْكٰفِرِيْنَ فِيْ جَهَنَّمَ جَمِيْعًاۙ


Artinya: Sungguh, Allah telah menurunkan (ketentuan) bagimu dalam Kitab (Al-Qur’an) bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), janganlah kamu duduk bersama mereka hingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Sesungguhnya kamu (apabila tetap berbuat demikian) tentulah serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang munafik dan orang kafir di (neraka) Jahanam.


Menurut penafsiran Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, ayat ini masih berkaitan dengan QS. Al-An’am ayat 68 yang turun di Makkah. 


وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَىٰ مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينََ


Artinya: Apabila engkau (Nabi Muhammad) melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka hingga mereka beralih ke pembicaraan lain. Jika setan benar-benar menjadikan engkau lupa (akan larangan ini), setelah ingat kembali janganlah engkau duduk bersama kaum yang zalim.


Pada saat ayat tersebut turun, kondisi umat Islam masih sangat lemah. Sehingga ketika umat Islam mendengar ada seseorang yang memperolokkan agamanya, mereka hanya dituntut untuk sekedar berpaling dan meninggalkan majelis ketika melihat mereka. Sedangkan pada Surat Al-Nisa ayat 140, turun di Madinah saat kondisi umat Islam sudah lebih kuat. Meskipun tidak melihat secara langsung, tetapi ayat ini menganjurkan kita untuk meninggalkan dan memutuskan hubungan dengan mereka yang memperolokkan ayat-ayat Allah. Sehingga jika hal itu tetap dilakukan, Allah menyatakan dalam Al-Qura'n bahwa Sesungguhnya kamu (apabila tetap berbuat demikian) tentulah serupa dengan mereka.


Quraish Shihab juga menambahkan bahwa larangan untuk duduk bersama dengan pelaku pelecehan agama bukan hanya sekedar untuk menunjukkan amarah kita. Hal tersebut dimaksudkan dalam rangka membentengi umat Muslim dari pengaruh pergaulan yang memiliki keburukan akhlak. Di samping itu tentunya ini juga merupakan langkah awal yang ditempuh untuk memisahkan antara golongan yang beriman dan yang tidak beriman. Ayat ini juga dapat dipahami bahwa tidak ada halangan untuk duduk, mendengar dan bergaul dengan orang-orang kafir bila pembicaraan mereka tetap bermanfaat.


Dengan memahami surat An-Nisa Ayat 140 di atas, kita diharapkan untuk mendapatkan wawasan tentang pentingnya menjaga ketenangan batin. Umat Islam juga diajak untuk tidak mudah terprovokasi oleh berbagai sikap pelecehan agama. Melainkan berusaha selalu untuk menjaga ketenangan batin dan menyadari bahwa Allah adalah Sang Maha Segala.


*Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya


Keislaman Terbaru