Ramadhan merupakan bulan yang istimewa, banyak umat Islam meningkatkan ibadahnya di bulan suci Ramadhan. Pada bulan tersebut umat Islam diwajibkan berpuasa bagi yang mampu. Puasa Ramadhan, selain di dalamnya terdapat syarat dan rukun yang mempengaruhi pada keabsahan puasa itu sendiri, juga terdapat beberapa kesunnahan.
Meskipun tak sampai merusak keabsahan ibadah bila dilewatkan, amalan-amalan sunnah pada puasa Ramadhan tidak boleh diabaikan apalagi terlewatkan. Hal ini demi tercapainya keutamaan dan kesempurnaan puasa Ramadhan yang dilaksanakan.
Berkaitan dengan ini, Imam Ibnu Qasim Al-Ghazi telah merincinya kepada kita semua dalam karyanya kitab Fathul Qarib pada ibarah di bawah ini:
(وَيُسْتَحَبُّ فِي الصَّوْمِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ) أَحَدُهَا (تَعْجِيْلُ الْفِطْرِ) إِنْ تَحَقَّقَ الصَّائِمُ غُرُوْبَ الشَّمْسِ فَإِنْ شَكَّ فَلَا يُعَجِّلُ الْفِطْرَ وَيُسَنُّ أَنْ يُفْطِرَ عَلَى تَمْرٍ وَإِلاَّ فَمَاءٍ
(وَ) الثَّانِيْ (تَأْخِيْرُ السَّحُورِ) مَالَمْ يَقَعْ فِيْ شَكٍّ فَلَا يُؤَخِّرُ وَيَحْصُلُ السَّحُوْرُ بِقَلِيْلِ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ (وَ) الثَّالِثُ (تَرْكُ الْهَجْرِ) أَيِ الْفُحْشِ (مِنَ الْكَلَامِ) الْفَاحِشِ فَيَصُوْنُ الصَّائِمُ لِسَانَهُ عَنِ الْكَذِبِ وَالْغِيْبَةِ وَنَحْوِ ذَلِكَ كَالشَّتْمِ وَإِنْ شَتَمَهُ أَحَدٌ فَلْيَقُلْ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا إِنِّيْ صَائِمٌ إِمَّا بِلِسَانِهِ كَمَا قَالَ النَّوَوِيُّ فِي الْأَذْكَارِ أَوْ بِقَلْبِهِ كَمَا نَقَلَهُ الرَّافِعِيِّ عَنِ الْأَئِمَّةِ وَاقْتَصَرَ عَلَيْهِ.
Pada keterangan di atas, Imam Ibnu Qasim Al-Ghazi menjelaskan bahwa terdapat tiga perkara yang disunnahkan saat melakukan puasa, terutama di bulan Ramadhan. Adapun penjelasan rincinya ialah sebagaimana berikut:
1. Menyegerakan berbuka puasa
Jika orang yang berpuasa tersebut telah meyakini terbenamnya matahari. Jika ia masih ragu-ragu, maka tidak diperkenankan untuk segera berbuka. Disunnahkan juga untuk berbuka dengan kurma kering, jika tidak ada maka bisa dengan air. Menyegerakan berbuka ini juga dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا اْلفِطْرَ
Artinya: Diriwayatkan dari Sahal Ibn Sa’ad, Rasulullah SAW, bersabda: "Manusia selamanya dalam kebaikan, selama ia menyegerakan berbuka puasa". (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari dan Muslim)
2. Mengakhirkan sahur
Dengan catatan, selama tidak sampai mengalami keraguan akan masuknya waktu Subuh (terbitnya fajar). Kesunahan sahur sudah bisa didapat dengan sedikitnya makan dan minum. Serta dalam makan sahur terdapat keberkahan, sebagaimana sabda Nabi SAW:
عَنْ اَنَسٍ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَسَحَّرُوا فَاِنَّ فِى السُّحُوْرِ بَرَكَةٌ
Artinya: Dari Anas RA, Rasulullah SAW bersabda: “Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu terkandung berkah”. (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari dan Muslim)
3. Meninggalkan ucapan kotor
Oleh karena itu orang yang berpuasa harus menjaga mulutnya dari berkata bohong, menggunjing, mengumpat, dan lain-lain. Jika ada seseorang yang mengumpat pada seseorang yang berpuasa, maka hendaknya ia mengatakan, "Sesungguhnya aku sedang berpuasa", baik mengucapkan dengan lisan seperti yang dijelaskan Imam an-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar, atau dengan hati sebagaimana yang dikutip oleh Imam ar-Rafi’i dari beberapa imam.
Pendapat Syekh Zainuddin Al-Malibari
Selain tiga kesunahan sebagaimana yang dijelaskan di atas, Syekh Zainuddin al-Malibari menambahkan mandi besar sebelum fajar serta menahan diri dari makanan yang syubhat sebagai kesunahan puasa.
Pendapat Syekh Zainuddin al-Malibari itu dijelaskan dalam kitab Fathul Mu'in, seperti keterangan berikut ini:
وَسُنَّ غُسْلٌ عَنْ نَحْوِ جَنَابَةٍ قَبْلَ الفَجْرِ لِئَلَّا يَصِلَ الْمَاءُ إِلَى بَاطِنِ نَحْوِ أُذُنِهِ أَوْ دُبُرِهِ. وَسُنَّ كَفُّ نَفْسٍ عَنْ طَعَامٍ فِيهِ شُبْهَةٌ، وَشَهْوَةٌ مُبَاحَةٌ، مِنْ مَسْمُوعٍ، وَمُبْصَرٍ، وَمَسِّ طِيبٍ، وَشَمِّهِ. وَلَوْ تَعَارَضَتْ كَرَاهَةُ مَسِّ الطِّيبِ لِلصَّائِمِ، وَرَدُّ الطِّيبِ: فَاجْتِنَابُ الْمَسِّ أَوْلَى، لِأَنَّ كَرَاهَتَهُ تُؤَدِّي إِلَى نُقْصَانِ الْعِبَادَةِ.
Artinya: Termasuk kesunnahan dalam puasa adalah mandi dari hadats besar (seperti junub) sebelum fajar agar air tidak sampai ke bagian dalam seperti telinga atau duburnya. Dan disunnahkan juga menahan diri dari makanan yang ada syubhatnya, serta dari segala bentuk keinginan yang mubah, baik itu dari sesuatu yang didengar, dilihat, menyentuh wewangian, maupun mencium baunya.
Jika terjadi pertentangan antara makruh menyentuh wewangian bagi orang yang berpuasa dan menolak wewangian tersebut, maka menghindari sentuhan lebih utama, karena makruhnya menyentuh dapat menyebabkan kekurangan dalam ibadah.
Itulah beberapa amalan sunnah yang dapat dilakukan umat Islam saat menunaikan ibadah puasa. Hal itu agar puasa yang dilaksanakan semakin berkualitas dan menjadi lebih sempurna. Wallahu a’lam.