• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Keislaman

Amalan Rebo Wekasan menurut Ning Sheila Lirboyo

Amalan Rebo Wekasan menurut Ning Sheila Lirboyo
Ning Sheila Lirboyo. (Foto: NOJ/sinergimadura)
Ning Sheila Lirboyo. (Foto: NOJ/sinergimadura)

Hari ini telah memasuki di Rabu terakhir bulan Safar, ada sejumlah pelaksanaan shalat hingga amalan di Rebo Wekasan. Salah satunya ahli fiqih menjelaskan terkait dengan amalan Rebo Wekasan.


Ning Sheila Hasina Zamzami dari Pesantren Al-Baqoroh Lirboyo, Kediri mengatakan, banyak wali Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual tinggi mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah SWT menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi.


Pernyataan itu, katanya, bersumber dari kitab Kanzun Najah was-Surur fi Fadhail al-Azminah wash-Shuhur karya Abdul Hamid Quds bahwa bala bencana itu pertama kali terjadi pada Rabu terakhir di bulan Safar atau Rebo Wekasan. Tidak heran, banyak yang meyakini jika hari tersebut merupakan waktu terberat sepanjang tahun. 


“Karya ini tidak sedikit yang meyakini. Maka, sejak saat itu, muncullah amalan-amalan saat Rebo Wekasan atau Rabu terakhir di bulan Safar, seperti anjuran shalat 4 rakaat (nawafil, sunah), di mana setiap rakaat setelah Al-Fatihah dibaca surat Al-Kautsar 17 kali lalu surat Al-Ikhlas 5 kali, surat Al-Falaq dan surat An-Naas masing-masing sekali,” ujarnya kepada NU Online


Dirinya menerangkan, setelah salam membaca doa, maka Allah dengan kemurahan-Nya akan menjaga orang yang bersangkutan dari semua bala bencana yang turun di hari itu sampai sempurna setahun. 


Kemudian, ia menjelaskan, amalan lain yang dianjurkan di Rebo Wekasan adalah menulis 7 ayat Salamun setelah shalat Ashar. 


“Salamun qaulam mirrabir Rahim” (QS Yasin: 58) 


"Salamun alaa nuhin fil aalamiin" (QS As-Saffat: 79) 


“Salamun alaa Ibrahim” (QS As Saffat: 109) 


“Salamun alaa musa wa harun” (QS As Saffat: 120) 


“Salamun alaa ilyasin” (QS As Saffat: 130) 


“Salamun Alaikum Thibtum Fadhkhuluha Khalidun” (QS Az-Zumar: 73) 


“Salamun Hiya Hatta Mat La'il Fajr” (QS Al-Qadr: 5) 


“Caranya, ditulis di kertas atau piring yang bersih dengan spidol atau sesamanya yang kira-kira tulisan tersebut bisa luntur. Kemudian, tuangkan air dan diaduk sambil membaca shalawat, setelah itu diminum,” jelasnya.


Beberapa kiai dan ulama memiliki amalan lain yang biasa direkomendasikan kepada jamaah dan santrinya. Hal tersebut tentu saja dapat dibenarkan senyampang memiliki dasar dan rujukan yang jelas. 
 


Demikian pula mereka yang tidak percaya dengan aneka ibadah tersebut disarankan untuk menghargai perbedaan. Karena perbedaan di antara umat Islam adalah karunia. Wallahu a’lam.


Keislaman Terbaru