Keislaman

Ketika Para Sahabat Meninggalkan Khutbah Jumat Nabi Muhammad

Senin, 24 Juli 2023 | 10:00 WIB

Ketika Para Sahabat Meninggalkan Khutbah Jumat Nabi Muhammad

Nabi Muhammad adalah suri tauladan bagi umat Islam (foto:NOJ/qisaswaqi'iyah)

Oleh: MuhammadĀ MiqdadulĀ Anam*


NabiĀ MuhammadĀ adalah sosok pemimpin ideal. Beliau tidak memposisikan dirinya sebagai raja. Beliau lebih memilih untuk hidup akrab dengan para sahabat. Hingga mereka kadang tak sadar di depannya adalah sosok yang paling mulia di antara makhluk-makhluk Allah lain.


Dari situ, kadang para sahabat sering berbuat di luar kebiasaan pada Nabi. Seperti contohĀ SayyidinaĀ UmarĀ yang mempertanyakan kenabian beliau saat peristiwaĀ Hudaibiyah. ā€œApakah Anda masih Nabi?ā€ kataĀ SayyidinaĀ Umar. Mendengar itu, NabiĀ MuhammadĀ tak lantas marah, tapi memberi pemahaman dengan kepala dingin.


Tidak hanya itu, dalam kejadian lain, perbuatan para sahabat ini disinggung oleh Al-Qur’an, salah satunya dalam surat Al-Jumu’ahĀ ayat 11 berikut.Ā 


ŁˆŁŽŲ„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ų±ŁŽŲ£ŁŽŁˆŁ’Ų§ ŲŖŁŲ¬ŁŽŲ§Ų±ŁŽŲ©Ł‹ Ų£ŁŽŁˆŁ’ Ł„ŁŽŁ‡Ł’ŁˆŁ‹Ų§ Ų§Ł†Ł’ŁŁŽŲ¶ŁŁ‘ŁˆŲ§ Ų„ŁŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲŖŁŽŲ±ŁŽŁƒŁŁˆŁƒŁŽ Ł‚ŁŽŲ§Ų¦ŁŁ…Ł‹Ų§ Ł‚ŁŁ„Ł’ Ł…ŁŽŲ§ Ų¹ŁŁ†Ł’ŲÆŁŽ اللهِ Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±ŁŒ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł„ŁŽŁ‘Ł‡Ł’ŁˆŁ ŁˆŁŽŁ…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„ŲŖŁŁ‘Ų¬ŁŽŲ§Ų±ŁŽŲ©Ł ŁˆŲ§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ų±ŁŽŁ‘Ų§Ų²ŁŁ‚ŁŁŠŁ†ŁŽ


Artinya: Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah: Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,’ dan Allah pemberi rezeki yang terbaik. (Al-Jumu’ah: 11).


Saat itu, khutbahĀ jumatĀ diakhirkanĀ dariĀ shalatnyaĀ seperti khutbah shalat Id. Para sahabat duduk tenang, fokus mendengarkan khutbah NabiĀ MuhammadĀ di depan. Namun, ketenangan para sahabat mulai buyar ketika datang kafilah dagang milikĀ DihyahĀ bin Khalifah dariĀ Syam. Kejadian ini direkam dalam hadis dari Jabir binĀ AbdillahĀ berikut.


ŲØŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ł†ŁŽŲ­Ł’Ł†Ł Ł†ŁŲµŁŽŁ„ŁŁ‘ŁŠ Ł…ŁŽŲ¹ŁŽ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŲØŁŁŠŁ‘ - صل الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł… – Ų„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁ‚Ł’ŲØŁŽŁ„ŁŽŲŖŁ’ Ų¹ŁŁŠŁ’Ų±ŁŒ ŲŖŁŽŲ­Ł’Ł…ŁŁ„Ł Ų·ŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ł…Ł‹Ų§ŲŒ ŁŁŽŲ§Ł„Ł’ŲŖŁŽŁŁŽŲŖŁŁˆŁ’Ų§ Ų„ŁŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡ŁŽŲ§ Ų­ŁŽŲŖŁŽŁ‘Ł‰ Ł…ŁŽŲ§ ŲØŁŽŁ‚ŁŁŠŁŽ Ł…ŁŽŲ¹ŁŽ Ų§Ł„Ł†ŁŽŁ‘ŲØŁŁŠŁ‘ - صل الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł… - Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‘Ų§ Ų„ŁŲ«Ł’Ł†ŁŽŲ§ Ų¹ŁŽŲ“ŁŽŲ±ŁŽ Ų±ŁŽŲ¬ŁŁ„Ł‹Ų§


Artinya: Saat itu kita sedang shalat bersama NabiĀ MuhammadĀ SAW. Kemudian ketika datang rombongan dagang yang membawa makanan, maka mereka (para sahabat) berpaling menuju rombongan dagang tersebut. Sehingga hanya tersisa dua belas sahabat. (HR.Ā BukhariĀ No. 936).


Para sahabat mulai gelisah saat genderang ditabuh sebagai tanda perniagaan sudah dimulai. Namun, masih belum ada yang beranjak dari tempat duduknya. Masih fokus mendengarkan khutbah yang disampaikan Nabi. Padahal hati kecil mereka ingin segera keluar dari masjid untuk berburu barang dagangan sebelum kehabisan.


Barang dagangan yang dibawaĀ DihyahĀ berupa makanan favorit masyarakat Madinah. Dalam riwayat lain, dagangannya tak hanya makanan saja, tapi juga barang lain dariĀ SyamĀ yang tidak ada di Madinah. Sungguh sayang untuk dilewatkan. Terlebih, kafilahĀ DihyahĀ ini belum tentu datang dalam waktu sebulan.


Namun, tiba-tiba datang seseorang dari rombonganĀ DihyahĀ masuk ke masjid, menyampaikan kalau jual-beli sudah siap dimulai. MakaĀ berhamburlahĀ para sahabat, hingga hanya tersisa dua belas orang. Di antaranya sahabat Jabir (perawihadis),Ā SayyidinaĀ Abu Bakar,Ā SayyidinaĀ UmarĀ dan sahabat lain yang ketabahannya patut diacungi jempol.


Para sahabat tidak fokus lagi pada pesan langit yang begitu teduh. Pancaran wajah cerah Nabi mereka tinggalkan dan lebih memilih urusan duniawi. Mungkin mereka berpikir, kalau tidak buru-buru nanti akan kehabisan barang; bukankah shalat Jumat telah usai, mungkin boleh ditinggalkan; atau mungkin NabiĀ MuhammadĀ akan memaafkan karena beliau adalah pemaaf.


Bagaimana reaksi Nabi? Beliau dengan wajah yang masih sama, tetap memancarkan cahaya keteduhan tanpa ada rasa kesal, meneruskan khutbah Jumat. Kemudian beliau berucap:Ā 


ŁˆŲ§Ł„Ų°Ł‰ نفسى ŲØŁŠŲÆŁ‡ ، Ł„Łˆ ŲŖŲŖŲ§ŲØŲ¹ŲŖŁ… حتى لم ŁŠŲØŁ‚ Ł…Ł†ŁƒŁ… Ų£Ų­ŲÆ ، لسال ŲØŁƒŁ… Ų§Ł„ŁˆŲ§ŲÆŁ‰ نارا


Artinya: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggamanĀ kekuasaanNya, seandainya kalian semua terpengaruh hingga tiada seorang pun dari kalian yang tersisa, niscaya lembah ini akan mengalirkan api membakar kalian semua.Ā (Tafsir al-Wasit, Tafsir IbnĀ Katsir)

 


Rasulullah mengucapkan demikian denganĀ welasĀ asih, tanpa ekspresi marah. Dari kejadian ini, pelaksanaan khutbah Jumat yang pada masa itu dilakukan setelah shalat Jumat, diubah menjadi dilakukan sebelum shalat Jumat, seperti yang sekarang dipraktikkan.


*MahasantriĀ Ma'had AlyĀ PP.Ā AnnurĀ II Al-Murtadlo, Malang