• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Keislaman

Marah, Pilih Melampiaskan atau Diam saja? 

Marah, Pilih Melampiaskan atau Diam saja? 
Marah adalah hal yang wajar, namun harus tetap dikendalikan (Foto:NOJ/faktualnews)
Marah adalah hal yang wajar, namun harus tetap dikendalikan (Foto:NOJ/faktualnews)

Setiap orang memiliki cara berbeda dalam menyikapi emosinya, salah satunya terhadap rasa marah. Ada yang berhasil menjadi seperti gaharu; semakin wangi ketika disulut api, ada pula yang menjadi seperti kayu; menjadi abu setelah membakar habis dirinya sendiri. 


Pada dasarnya, amarah merupakan salah satu bentuk emosi seseorang yang bersifat normal dan wajar. Namun apa jadinya jika emosi tersebut disalurkan secara berlebihan? 


Dalam Islam, marah adalah perangai yang mendatangkan banyak keburukan, serta menjadi pintu bagi setan untuk masuk ke dalam tubuh manusia. Sedangkan dari segi kesehatan, marah dapat menyebabkan nyeri dada, dan beberapa masalah jantung. 


Sebab itu, dalam kitab Mu’jam Awsat karya Tabrani dan Targhib wat Tarhib Imam al-Mundziri, menyebutkan bahwa Nabi Muhammad bersabda:


لَا تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةَ


Artinya: Janganlah marah, maka bagimu surga.


Lebih dari itu, Allah akan memberi balasan besar kepada hamba-Nya yang mampu mengendalikan amarah. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad:


مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ يَسْتَطِيْعُ أَنْ يُنَفِّذُهُ دَعَاهُ اللّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلَا ئِقِ حَتَّى يُخَيِّرُهُ فِيْ أَيِّ الْحُوْرِشَاءَ


Artinya: Barangsiapa yang menahan amarah sedang dia mampu melampiaskan, maka Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari kiamat hingga dia disuruh memilih bidadari mana saja yang dia sukai. (HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya 15574 dan at-Tirmidzi dalam Sunannya, no. 2021).


Menahan amarah dan mengendalikannya dengan benar memang bukan perkara mudah. Namun, kita bisa menyikapinya dengan meminta perlindungan kepada Allah, membaca istighfar, diam, mengambil posisi yang lebih rendah saat marah, dan lain sebagainya. 


Di samping itu, Nabi Muhammad juga bersabda dalam riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim:


لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ


Artinya: Orang yang kuat itu bukanlah orang yang pandai bergulat, akan tetapi orang yang kuat itu adalah orang yang mampu menahan dirinya ketika marah.


Berdasarkan uraian di atas, rasa marah perlu disadari dan diterima kehadirannya sebab itu adalah hal yang wajar dirasakan manusia. Tetapi kita perlu mengendalikannya dengan benar, memilih diam dan bicara kembali saat sudah dirasa reda. 


Kendati demikian, perlu kita ingat bahwa memaafkan segala hal yang menjadi pemicu amarah merupakan keputusan yang mulia. Sebab dengan begitu, secara tidak langsung kita telah memilih hidup damai daripada melampiaskan atau menyimpan dendam. 


Keislaman Terbaru