• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Keislaman

Memberikan Oleh-oleh Sepulang dari Pergi Haji, Ini Dalilnya

Memberikan Oleh-oleh Sepulang dari Pergi Haji, Ini Dalilnya
Pasar Jakfariyah yang menggantikan Pasar Seng Makkah (Foto:NOJ/TFAmanasek)
Pasar Jakfariyah yang menggantikan Pasar Seng Makkah (Foto:NOJ/TFAmanasek)

Setelah melalui rangkaian kegiatan manasik haji, seperti tawaf, sai, wukuf, melempar jumrah, tahallul, biasanya para jamaah mempergunakan waktunya untuk berburu keutamaan yang bersifat sunnah, misalkan, umrah, tawaf sunnah dll. Bahkan ada pula yang pelesir berbelanja oleh-oleh untuk keluarga di rumah.


Tak ayal, gerai toko yang menjual akik, kopiah, tasbih, surban menjadi jujugan jamaah haji. “Bikam hadza?” (berapa harganya ini?), begitu kira-kira ucapan yang terlontar dari para jamaah kepada penjual oleh-oleh. Biasanya, berada di Pasar Seng Makkah, akan tetapi sekarang beralih menjadi Pasar Ja'fariyah.


Kebiasaan membawa oleh-oleh untuk diberikan kepada saudara sesama muslim tersebut selain bernilai luhur juga merupakan ajaran Islam tentang anjuran untuk membuat senang terhadap orang lain (idkhal surur). Memang ini bukan kewajiban, akan tetapi kebiasaan ini akan memupuk kasih sayang antar sesama. 


Dalam salah satu hadits disebutkan: 


عَنْ عُمَرَ ، أَنَّ رَجُلاً ، جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللهِ ، أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ ، وَأَيُّ الأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ ، وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً ، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا ، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا ، وَلَئِنْ أَمْشِي مَعَ أَخٍ لِي فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ شَهْرًا فِي مَسْجِدِ الْمَدِينَةِ


Artinya: Diriwayatkan dari Umar, seseorang berkunjung kepada Nabi, lalu ia bertanya, Wahai Rasulullah, perbuatan apakah yang paling dicintai Allah? Rasulullah menjawab, manusia yang paling dicintai Allah adalah yang memberi manfaat kepada manusia lain, perbuatan yang paling dicintai Allah adalah membuat gembira terhadap seorang muslim, atau menjauhkan kesusahan darinya, atau membayarkan hutangnya, atau menghilangkan laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini (masjid Nabawi) selama sebulan. (HR. Thabrani di dalam al-Mu’jam al-Saghir, no. 861)


Adapun dalil tentang kesunahan membawa oleh-oleh untuk diberikan keluarga, dijelaskan oleh Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin juz 2, 257:


وينبغي أن يحمل لأهل بيته وأقاربه تحفة من مطعوم أو غيره على قدر إمكانه فهو سنة.... لأن الأعين تمتدّ الى القادم من السفر والقلوب تفرح به،فيتأكد الإستحباب في تأكيد فرحهم وإظهار التفات القلب في السفر الى ذكرهم بما يستصحبه في الطريق لهم


Artinya: Dan dianjurkan untuk membawa oleh-oleh (buah tangan), baik berupa makanan atau lainnya untuk keluarga dan kerabatnya sesuai kemampuannya. Dan hal yang seperti itu hukumnya sunnah...... Karena pandangan mata akan melihat sesuatu yang dibawa selepas dari bepergian. Hati mereka akan merasa senang akan kedatangannya dan akan menjadi lebih bertambah Bahagia bila disertai dengan oleh-oleh yang dibawanya. (Ihya' Ulumuddin juz 2 hlm 257)


Syekh Nawawi Banten menegaskan dalam kitab Uqudullujain halaman 13 yang merujuk pada kitab Ihya’ Ulumuddin:


من اشترى لعياله شيأ ثم حمله بيده إليهم حط الله عنه ذنوب سبعين سنة 


Artinya: Siapa saja yang membelikan sesuatu untuk keluarganya, lalu ia sendiri membawakannya untuk mereka, niscaya Allah menggugurkan dosa 70 tahun.


Dari beberapa dalil di atas bisa disimpulkan bahwa membawa oleh-oleh sesuai kemampuan untuk diberikan keluarga, sanak, kerabat, kolega merupakan anjuran dari agama. Pemberian itu tidak diukur dari murah atau mahalnya, akan tetapi dari pemberian itu akan melahirkan perasaan senang, rukun, kasih sayang antar sesama umat Islam.


Maka, tak heran bilamana jamaah haji pulang memberikan oleh-oleh berupa makanan maupun souvenir khas Arab, seperti kurma, kismis, buah tin, Zamzam, kacang Arab, madu Arab, kopiah Arab, gamis, surban, sajadah, parfum, hati unta, bahkan kadal Arab. 


Keislaman Terbaru