• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 18 April 2024

Keislaman

Oleh-oleh Haji yang Hendaknya Diburu dan Penjelasan Keutamaannya

Oleh-oleh Haji yang Hendaknya Diburu dan Penjelasan Keutamaannya
Beberapa oleh-oleh yang dibawa jamaah haji memiliki keutamaan. (Foto: NOJ/LKi)
Beberapa oleh-oleh yang dibawa jamaah haji memiliki keutamaan. (Foto: NOJ/LKi)

Sejumlah jamaah haji sudah datang setelah menunaikan rukun Islam kelima di Tanah Suci. Sebagai bentuk rasa syukur dan berharap berkah, sejumlah orang datang. Kepentingannya meminta kebaikan doa dan kadang mendapat bonus berupa buah tangan.


Di antara barang yang dibawa jamaah haji, berikut yang hendaknya diburu karena memiliki nilai lebih.


1. Siwak 
Mengenai keutamaan siwak, Nabi SAW bersabda: 


 السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ (رواه البخاريّ) 


Artinya: Siwak adalah alat yang membersihkan mulut dan sebab untuk mendapatkan ridha Allah. (HR Al-Bukhari).


Nabi juga bersabda: 

رَكْعَتَانِ بِسِوَاكٍ أَفْضَلُ مِنْ سَبْعِيْنَ رَكْعَةً مِنْ غَيْرِ سِوَاكٍ (رواه ابن ماجه) 



Artinya: Dua rakaat yang disertai dengan siwak itu lebih utama dari 70 rakaat tanpa disertai dengan siwak. (HR Ibnu Majah).  


Siwak adalah kayu atau semacamnya yang digunakan untuk membersihkan gigi dan mulut. Boleh menggunakan semua jenis kayu. Namun yang paling utama digunakan adalah kayu Arak (الأراك). 


Disunahkan bersiwak ketika hendak melaksanakan shalat, saat akan berwudlu, setelah membasuh kedua telapak tangan saat wudlu, sebelum tayamum, sebelum membaca Al-Qur`an, saat gigi menguning, ketika tawaf dan ketika bangun dari tidur. 


Disunahkan bersiwak dengan tangan kanan, memulai dari bagian kanan mulut kemudian kembali ke tengah lalu dijalankan ke arah kiri mulut lalu kembali lagi ke tengah. Setelah itu dijalankan di langit-langit mulut dengan lembut, disertai niat ingin memperoleh kesunahan. 


Di antara manfaat siwak adalah membersihkan mulut, meraih ridha Allah, menguatkan gusi, melipatgandakan pahala, memutihkan gigi, membantu mengeluarkan huruf dari makhrajnya dan mengingatkan dua kalimat syahadat menjelang kematian. 


Siapakah di antara kita yang tidak berharap mampu mengucapkan dua kalimat syahadat ketika maut menjelang?
Oleh karenanya, marilah jaga dan pelihara sunah yang agung ini. 


2. Air Zamzam  
Disunahkan meminum air Zamzam. Dan seseorang yang memiliki hajat atau keperluan tertentu, hendaklah minum air Zamzam dengan niat agar dikabulkan hajatnya.


Hendaklah membaca doa berikut ini sebelum meminumnya:  


 اللهم إِنَّهُ بَلَغَنِي أَنَّ نَبِيَّكَ قَالَ: مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ، اللهم إِنِّـي أَشْرَبُهُ سَائِلاً عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَشِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ 


Artinya: Ya Allah, sungguh telah sampai kepadaku berita bahwa Nabi-Mu bersabda: Air zamzam bermanfaat untuk tercapainya tujuan sesuai dengan niat orang yang meminumnya. Ya Allah sungguh aku meminumnya untuk memohon ilmu yang  bermanfaat, rezeki yang lapang dan kesembuhan dari segala macam penyakit. 

Setelah itu, memohon hajat apa pun yang diinginkan. 


3. Kurma 
Kurma sangatlah banyak jenisnya. Di antara sekian banyak jenis kurma, kurma yang paling banyak mengandung manfaat dan khasiat adalah kurma ‘Ajwah Madinah (عَجْوَةُ الْمَدِيْنَةِ). Baginda Nabi bersabda: 


   مَنْ تَصَبَّحَ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعَ تَـمَرَاتِ عَجْوَةٍ لَـمْ يَضُرَّهُ فِي ذلِكَ اليَوْمِ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ (رواه البخاريّ) 


Artinya: Barang siapa makan setiap pagi hari 7 buah kurma ‘Ajwah, maka di hari itu ia tidak akan terkena bahaya oleh racun maupun sihir. (HR Al-Bukhari). 


4. Tasbih  
Di antara hadiah haji dan umrah adalah tasbih. Para ulama Ahlussunnah menegaskan bahwa tidak mengapa menggunakan tasbih untuk berdzikir, karena yang membawanya untuk mengingat Allah dan mengagungkan-Nya. 


Suatu ketika, salah seorang istri Rasulullah meletakkan di hadapannya empat ribu biji kurma untuk bertasbih. Rasulullah melihatnya dan sama sekali tidak mengingkari. Berdasarkan ini, para ulama memahami bahwa berdzikir dengan tasbih hukumnya boleh, bukan bid’ah dan tidak haram sebagaimana didengungkan oleh sebagian kalangan. 


Hanya saja berdzikir dengan menggunakan jari-jari tangan lebih utama berdasarkan sabda Nabi: 


   عَلَيْكُنَّ بِالتَّسْبِيْحِ وَالتَّهْلِيْلِ وَالتَّقْدِيْسِ وَاعْقِدْنَ بِالأَنَامِلِ فَإِنَّـهُنّ مَسْؤُوْلَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ (رواه الترمذيّ) 


Artinya: Hendaklah kalian bertasbih, bertahlil serta menyucikan Allah dan hitunglah dengan jari-jari tangan karena di hari kiamat jari-jari tangan itu akan ditanya dan disuruh berbicara memberikan kesaksiannya. (HR At Tirmidzi). 


Pada hari kiamat, Allah akan memberikan kemampuan berbicara kepada jari-jari tangan untuk bersaksi bagi para pemiliknya mengenai apa yang mereka lakukan di dunia. Yakni berdzikir dan menyebut asma Allah disertai menghitung jumlah dzikir itu dengan jari-jari tangan mereka. Bahkan di dunia hal semacam itu pernah terjadi. 


Al Hafizh Ibnu ‘Asakir menceritakan dalam kitab Tarikh Dimasyq bahwa suatu ketika, Abu Muslim al-Khaulani, salah seorang wali di kalangan tabiin sedang berdzikir dengan tasbih. Kemudian ia tertidur. Tasbih itu pun lalu berputar sendiri di tangannya pada saat ia tidur sembari tasbih itu berucap: 


  سُبْحَانَكَ يَا مُنْبِتَ النَّبَاتِ وَيَا دَائِمَ الثَّبَاتِ 


Artinya: Maha Suci Engkau Ya Allah, Dzat yang menumbuhkan tumbuhan dan Maha Kekal.  


Ketika Abu Muslim terbangun, ia memanggil istrinya dan mengatakan: Wahai Ummu Muslim, kemarilah, lihatlah keajaiban yang luar biasa ini. Pada waktu Ummu Muslim tiba dan melihat tasbih itu berputar sembari membaca dzikir, sesaat setelah itu tasbih tersebut diam dan berhenti berputar. Peristiwa ini telah terjadi di dunia dan merupakan bukti yang menguatkan apa yang akan terjadi di hari kiamat kelak, saat jari-jari tangan akan berbicara dan bersaksi untuk para pemiliknya. 

  

Demikian sejumlah oleh-oleh yang layak diharap dari jamaah haji yang datang maupun mereka yang baru pulang dari ibadah umrah. Namun demikian, itu kalau kemudian mendapatkannya dari mereka yang usai pulang dari Tanah Suci. Akan tetapi kalau ternyata barang-barang di atas tidak diberikan, dengan doa keberkahan saja sudah memadai. 


Editor:

Keislaman Terbaru