• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Keislaman

Sudah Melakukan Shalat, Kenapa Masih Mudah Maksiat? 

Sudah Melakukan Shalat, Kenapa Masih Mudah Maksiat? 
Ilustrasi seorang yang sedang shalat (Foto:NOJ/nuonline)
Ilustrasi seorang yang sedang shalat (Foto:NOJ/nuonline)

Oleh: Muhammad Naufal Zain
 

Shalat merupakan ibadah kunci yang wajib dilakukan oleh umat islam. Banyak hikmah dan manfaat yang bisa kita ambil jika kita melakukan shalat, salah satunya adalah shalat dapat mencegah kita untuk melakukan suatu kemaksiatan.


Hal itu sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam Surat Al-Ankabut ayat 45:


ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ


Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan (Allah) kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.


Dari sini, timbul sebuah pertanyaan. Apakah memang shalat dapat mencegah kita untuk melakukan sebuah perbuatan dosa. Sedangkan banyak dari kita sudah melakukan shalat 5 waktu, namun tetap saja masih seringkali melakukan sebuah kemaksiatan. 


Bagaimana Shalat Dapat Mencegah dari Maksiat?

​​​​​​​
Sebelum masuk pada persoalan inti. Hendaknya kita ketahui terlebih dahulu makna pengaruh shalat dalam mencegah kita untuk melakukan kemaksiatan. Kaitannya dengan pembahasan ini, ulama berbeda pendapat mengenai tafsiran ayat diatas. 


1. Shalat dapat mencegah dari maksiat selama kita masih dalam prosesi melakukan ibadah sholat (Maa daama fiihaa). Artinya, ketika kita sedang melakukan shalat. Maka secara otomatis kita akan tersibukkan untuk melakukan aktivitas lain, termasuk kemaksiatan.


Pendapat ini diwakili oleh Imam Ibnu ‘Aun dan Imam Hammad Abi Sulaiman yang banyak dinuqil oleh beberapa ulama tafsir. Namun pendapat ini disanggah oleh imam Ibn ‘Asyur. Dalam kitabnya  At-Tahrir wa At-Tanwir beliau menjelaskan :


والمقصود : أن الصلاة تيسر للمصلي ترك الفحشاء والمنكر . وليس المعنى أن الصلاة صارفة المصلي عن أن يرتكب الفحشاء والمنكر فإن المشاهد يخالفه إذ كم من مصلّ يقيم صلاته ويقترف بعض الفحشاء والمنكر .كما أنه ليس يصح أن يكون المراد أنها تصرف المصلي عن الفحشاء والمنكر ما دام متلبساً بأداء الصلاة لقلة جدوى هذا المعنى . فإن أكثر الأعمال يصرف المشتغل به عن الاشتغال بغيره


Artinya: Maksudnya, sesungguhnya shalat itu mempermudah musolli untuk meninggalkan maksiat dan kemunkaran. Bukan bermakna, bahwa shalat dapat memalingkan seorang musolli dari perbuatan keji dan munkar, sebab realitanya tidak demikian. Banyak orang yang mendirikan shalat, namun melakukan sebagian perbuatan buruk dan munkar. Begitu juga bermakna bahwa shalat dapat memalingkan musholli dari perbuatan munkar selama dia sedang melakukan shalat. Karena kurang tepat bila menggunakan makna ini. Sebab kebanyakan suatu aktivitas akan memalingkan pelakunya untuk melakukan aktivitas lain. (Ibn ‘Asyur, al-Tahrir Wa al-Tanwir, [Ad-Dar At-Tunisiahj : 1984 M] juz 20, halaman 158


2. Shalat memang dapat mencegah kita untuk melakukan suatu kemaksiatan. Baik saat kita sedang melakukan shalat, maupun saat melakukan aktivitas lain di luar sholat.


Imam Alusi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa shalat dapat mencegah kita untuk melakukan kemaksiatan sesuai kadar kesempurnaan shalat yang kita lakukan. Mulai dari khusyu', melakukan semua kewajiban dan kesunnahan shalat, membaca ayat-ayat al-Qur'an disertai merenungkan maknanya. Imam alusi menegaskan :


و قد يضعف النهي فيها  حتى كأنه لا تنهى كما في الصلاة التي تؤدي مع الغفلة التامة و الإخلال بما يليق فيها


Artinya: Terkadang pengaruh shalat yang bersifat mencegah dari perbuatan maksiat itu akan melemah sehingga seakan-akan shalat tidak mencegah sama sekali (untuk melakukan maksiat). Hal ini seperti pada shalat yang dilaksanakan dengan kelalaian, dan dengan tidak melaksanakan semua hal yang seharusnya dilakukan ketika sholat (seperti khusyu', merenungkan makna ayat-ayat yang dibaca, dan lain-lain). (Al-Alusi, Ruhul Ma'ani, [Al-Maktabah As-Syamilah], halaman 368).


Berpijak pada pendapat kedua. Maka ketika kita sudah rajin melakukan shalat 5 waktu, namun masih melakukan maksiat. Maka bagi kita hendaknya melakukan intropeksi diri. Mungkin kita masih lalai dalam melakukan shalat. Kita kurang sempurna dalam melaksanakan setiap kewajiban dan kesunnahannya.


Karena shalat yang dilakukan dengan sepenuh hati, penuh khidmat dan khusyuk, melakukan semua kesunnahan dan kewajibannya, dengan disertai perenungan makna atas semua bacaan-bacaan yang terkandung didalamnya, pasti akan memberikan pengaruh kepada kita untuk menahan kita melakukan suatu perbuatan dosa dan maksiat. 


Sebaliknya, jika kita semakin kurang maksimal dalam melaksanakan shalat. Maka jangan harap kita dapat tercegah untuk selalu melakukan maksiat. Wallahu a'lam. 


Santri alumni PP. Matholi'ul Falah Kajen, Pati, Jawa Tengah


Keislaman Terbaru