Firdausi
Penulis
Salah satu amaliah NU yang biasa dilakukan setelah shalat fardhu adalah berdzikir secara berjamaah dengan menggunakan suara yang keras. Bagi Nahdliyin, substansi dzikir yang dikerjakannya atas dasar kebersihan hati dan kekhusukan merupakan wahana agar ingat dan mendekatkan diri pada Allah. Bahkan diyakini selamat dari malapetaka, baik di dunia dan akhirat.
Rasulullah bersabda dalam haditsnya.
إِذَا ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِي وَإِذَا ذَكَرَنِي فِى مَلَاءٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلَاءٍ خَيْرٍ مِنْهُ
Baca Juga
Ayat Kursi sebagai Dzikir Harian
Artinya : Apabila seorang hamba mengingatKu pada jiwanya (dirinya), niscaya Aku mengingat dia pada diriKu. Dan apabila dia menyebut Aku di hadapan jamaah (orang ramai), niscaya Aku menyebutnya di hadapan orang ramai lebih baik dari jamaahnya. (HR Bukhari dan Muslim)
أَكْثَرُوْا ذِكْرَ اللهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ فَإِنَّهُ لَيْسَ عَمَلٌ أَحَبَّ إِلَى اللهِ تَعَالَى وَلَا أَنْجَى لِلْعَبْدِ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ فِى الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى
Artinya : Perbanyaklah olehmu mengingat Allah dalam setiap keadaan. Karena tak ada suatu amal yang lebih disukai Allah, dan tak ada yang mampu menyelamatkan seorang hamba dari segala bencana di dunia dan akhirat, dari menyebut Allah. (HR Thabrani)
Kenyataannya, masih ada beberapa kelompok membid'ah-bid'ahkan berdzikir keras. Padahal amaliah itu bukanlah sesuatu yang terlarang dan tidak ada di masa Nabi atau belum dikerjakan oleh Nabi.
KH Marzuki Mustamar, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menjelaskan, Nahdliyin membaca dzikir secara keras agar jamaah yang tidak pernah mengenyam bangku pendidikan Islam di madrasah dan pesantren, tahu dan hafal sendiri.
Diungkapkan pula, ada banyak riwayat yang mengisahkan bahwa Rasulullah pernah melakukannya bersama sahabat.
أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِيْنَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ
Artinya : Mengeraskan suara pada dzikir setelah shalat wajib telah ada di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibnu ‘Abbas berkata, “Aku mengetahui bahwa shalat telah selesai dengan mendengar hal itu, yaitu jika aku mendengarnya.” (HR Bukhari No. 805 dan Muslim No. 583)
Imam Sya'rani menyatakan, ada keutamaan di dalam majelis dzikir, jamaah majelis yang ada di dalamnya dan praktik berdzikir secara berjamaah. Bagi orang yang melakukannya dengan ikhlas, Allah akan mengganjar pahala seperti halnya berada di taman surga.
لَايَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَدَكَرُهُم اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Artinya : Tidaklah sekelompok orang duduk dan melakukan dzikrullah kecuali mereka akan dinaungi oleh para malaikat, diliputi rahmat dan diberi ketenangan serta disebut-sebut oleh Allah kepada siapapun yang ada di sisi-Nya. (HR Muslim)
Dengan demikian, hadits di atas memperbolehkan seseorang berdzikir berjamaah dengan suara keras, namun tidak dilakukan secara berlebihan.
Terpopuler
1
Innalillahi, Pengasuh Pesantren Denanyar KH Ahmad Wazir Ali Wafat
2
Peringati 10 Muharram, Unisma Santuni 1.500 Anak Yatim dan Dhuafa
3
Pesantren Denanyar Jombang Juga Keluarkan Fatwa Haram Sound Horeg
4
Festival Yatim 2025, LAZISNU Sidoarjo Distribusikan Ratusan Juta untuk 1000 Anak
5
Pesantren Mahika Sidoarjo Gelar Sarasehan Sambut Kedatangan Santri Baru
6
Susunan Lengkap Pengurus Idarah Aliyah JATMAN Masa Khidmat 2025–2030
Terkini
Lihat Semua