• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Madura

Ketua PCNU Sumenep: Jasa Santri pada Negeri Luar Biasa

Ketua PCNU Sumenep: Jasa Santri pada Negeri Luar Biasa
Ketua PCNU Sumenep KH A Pandji Taufiq, saat agenda Warga NU Menanam di Pantai Matahari, Lobuk, Bluto, Sumenep, Sabtu (07/10/2023). (Foto: NOJ/ Firdausi)
Ketua PCNU Sumenep KH A Pandji Taufiq, saat agenda Warga NU Menanam di Pantai Matahari, Lobuk, Bluto, Sumenep, Sabtu (07/10/2023). (Foto: NOJ/ Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep KH A Pandji Taufiq menegaskan, dalam kehidupan sosial mikro yang ada di tengah-tengah masyarakat, jasa santri sangat luar biasa, khususnya di bidang keagamaan dan sosial kemasyarakat.

 

“Kalau tidak ada santri, siapa yang mengajari anak-anak baca Al-Qur’an dan shalat? Seluruh santri di Sumenep bisa mengajar ngaji, praktik shalat, dan sejenisnya,” ujarnya saat pembukaan acara Warga NU Menanam oleh PCNU Sumenep di Pantai Matahari Desa Lobuk, Bluto, Sumenep, Sabtu (07/10/2023).

 

Menurutnya, kiai kampung atau guru ngaji tanpa pamrih mengajar Al-Qur’an dan praktik shalat sehingga kehidupan begitu indah. Tak hanya itu, dalam kehidupan sosial kiai kampung memasukkan amal saleh dalam relung kehidupan masyarakat, kemudian membahasakan suatu amal dengan menggunakan bahasa daerah, seperti bha-rebbha, selamatan, dan lain sebagainya.

 

“Amal saleh ini tidak dibahasakan agama, justru masuk ke jantung agama. Bha-Rebbha atau sedekah mayit setiap malam Jumat yang ada di pelosok desa, tak lain ingin menghormati sayyidul ayyam. Tradisi ini murni karya santri. Banyak lagi karya santri yang sangat agamis tapi menggunakan bahasa lokal,” terangnya.

 

Bagi sebagian kelompok berlawanan, tradisi yang demikian dianggap bid’ah dengan dalih tidak ada hadits yang menjelaskannya. Padahal tradisi yang dibangun kaum sarungan di pedesaan sangat Islami, bahkan bersedekah kepada tetangga setiap malam Jumat bagian dari anjuran agama.

 

“Sekali lagi, tradisi khas ini murni tradisi Islam pesantren, bukan Islam kampus. Oleh karenanya, di momen Hari Santri 2023, kami mensyukurinya dengan ragam rentetan acara, salah satunya penyelamatan lingkungan dengan menanam 1.000 mangrove di Pantai Matahari,” tuturnya.

 

Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk ini mengatakan, momentum hari santri adalah hari kesyukuran santri dan warga Indonesia. Karena santrilah Indonesia ada, tanpa santri mungkin Indonesia tidak mungkin ada.

 

Secara historis, KH Abdul Wahid Hasyim adalah tokoh NU yang memprakarsai musyawarah pembentukan negara Indonesia. Di saat musyawarah hampir deadlock, atas restu ayahnya Hadratussyeikh KH M Hasyim Asy’ari, ia mengorbankan 9 kata kewajiban melaksanakan syariat Islam di dalam Preambule Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

 

Tak hanya itu, Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama tahun 1982 di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo memutuskan bahwa Pancasila sebagai satu-satunya azas berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia.

 

“Saya berani mengatakan, kalau tidak ada kepeloporan santri, insyaallah Indonesia tidak ada. Kita sebagai kaum santri wajib mensyukurinya, atas berbagai nikmat yang diberikan oleh Allah melalui santri yang ada di Nusantara,” tandasnya.


Madura Terbaru