• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 4 Mei 2024

Madura

Kiai Musleh Adnan: Keluar dari Manhaj NU Pertanda Orang Celaka

Kiai Musleh Adnan: Keluar dari Manhaj NU Pertanda Orang Celaka
KH Musleh Adnan saat Memberi Tausiyah di Pelantikan PR GP Ansor Candi, Kecamatan Dungkek. (Foto: NOJ/Deki)
KH Musleh Adnan saat Memberi Tausiyah di Pelantikan PR GP Ansor Candi, Kecamatan Dungkek. (Foto: NOJ/Deki)

Sumenep, NU Online Jatim

KH Musleh Adnan Pengasuh Pondok Pesantren Nahdlatut Ta'limiyah Pamekasan menyebut bahwa orang-orang yang keluar dari manhaj kiai-kiai sepuh akan celaka. Baginya organisasi Nahdlatul Ulama (NU) ialah organisasi yang telah lahir sejak dahulu. Jika mengikuti manhaj NU berarti mengikuti manhaj kiai-kiai sepuh.

 

Penegasan itu di sampai kiai Musleh pada acara resepsi pelantikan dan pengajian umum Pimpinan Ranting (PR) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Candi, Kecamatan Dungkek, Jum'at (19/05/2023).

 

Pernyataan kiai Musleh disandarkan kepada apa yang dikatakan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani. 

 

"Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani pernah berkata bahwa orang yang celaka ialah orang yang keluar dari jalan atau manhaj para sesepuhnya," kata Pengurus Cabang (PC) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Pamekasan.

 

Menurut kiai Musleh, NU merupakan organisasi besar yang sudah diikuti dan diyakini oleh kiai-kiai sepuh. Jika mengikuti dan melanjutkan perintah para sesepuh dijamin dijamin tidak akan celaka.

 

"Kita paham bahwa organisasi NU adalah organisasi terbesar. Kita meyakini bahwa manhaj kita adalah Manhaj Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdiyah. Itu sudah sejak dari para sesepuh kita. Berarti kita kalau melanjutkan perintah para sesepuh berarti tidak akan celaka," terangnya.

 

Alumni Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo itu meminta untuk konsisten di Manhaj Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah. 

 

"Di NU kita Sudah mengikuti bukan lagi mengarang. Mengikuti ulama sudah pasti selamat beda dengan yang masih mengarang. Mengarang itu masih merangkai sesuatu yang baru beda dengan di Nahdlatul Ulama," pungkasnya.


Madura Terbaru