• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Madura

Mengenang Wafatnya Mustasyar PCNU Pamekasan Sosok Kiai Alim dan Tegas

Mengenang Wafatnya Mustasyar PCNU Pamekasan Sosok Kiai Alim dan Tegas
Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pamekasan, almarhum KH Syafii Baidlowi. (Foto: NOJ/Firdausi)
Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pamekasan, almarhum KH Syafii Baidlowi. (Foto: NOJ/Firdausi)

Pamekasan, NU Online Jatim

Selasa 30 Mei 2023 telah genap 40 hari wafatnya Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pamekasan, KH Syafii Baidlowi yang wafat pada hari Rabu 19 April 2023 bertepatan 28 Ramadhan 1444 H.


Kiai Syafii wafat di usia 80 tahun. Selain menjadi pengasuh Pondok Pesantren As-Syafiiyah Dusun Senninan, Desa Akkor, Kecamatan Palengaan, Pamekasan, almarhum aktif di NU. Almarhum meninggalkan dua putra dan satu putri yaitu Ning Afifah, Gus Mahrus Syafii dan Gus Ibror Syafii.


Semasa hidupnya, almarhum dikenal kiai yang alim, bijaksana dan tegas dalam menyikapi berbagai persoalan, termasuk saat mendidik santrinya. Ketika ada seseorang yang bertanya, almarhum akan menjelaskannya secara jelas.


Kiai Syafii kecil hingga remaja menimba ilmu di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Bettet, Pamekasan. Kiai Syafii menjadi santri kesayangan KH Hefni Siradj yang kala itu menjadi pengasuh. Di pesantren tersebut, ia diamanahi wakil pimpinan sebelum akhirnya boyong ke tanah kelahirannya.


Pengabdian dan ketawadhuan pada guru, Kiai Hefni membekalinya ijazah, amalan, dan ilmu kanuragan. Bahkan gurunya memberi sebilah keris pusaka kepada Kiai Syafii.


Di pesantren Bettet, Kiai Syafii pernah ditunjuk sebagai ketua pembangunan masjid. Hal itu bisa dilihat saat Kiai Syafii singgahi, ia menjadi eksekutor pembangunan masjid.


Di antaranya adalah pesantren Sumber Kuning Larangan Badung atau di kediaman ayahandanya, pesantren Miftahul Ulum Sumber Panjalin, pesantren Miftahul Ulum Tanah Merah Bangkalan atau pesantren yang ia bangun setelah boyong dari pesantren Bettet.


Di Tanah Merah, Kiai Syafii membangun pondok pesantren dan membuka pendidikan diniyah. Di sanalah ia mendidik santri yang berasal dari berbagai daerah. Ia juga mudah berbaur dengan masyarakat, sikap legowonya itulah membuat dakwahnya diterima oleh warga sekitar. 


Seiring berjalannya waktu, ia kembali ke kampung halamannya di pesantren Sumber Panjalin, yang mempelopori terbentuknya Ikatan Santri dan Alumni Salafiyah Syafi'iyah (Iksas) di Pamekasan. Tujuannya, agar santri dan alumni yang pernah ia didik, bisa berkomunikasi dan sudah terbukti sampai saat ini. 


Di masyarakat sekitar, Kiai Syafii membentuk majelis kajian kitab yang rutin dihelat satu kali dalam sepekan secara anjangsana. Kiai Syafii sempat berpesan kepada seluruh anggota majelis untuk melanjutkan kegiatan tersebut kendati telah tutup usia.


Madura Terbaru