Mengenang Wafatnya Mustasyar PCNU Pamekasan Sosok Kiai Alim dan Tegas
Selasa, 30 Mei 2023 | 20:00 WIB

Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pamekasan, almarhum KH Syafii Baidlowi. (Foto: NOJ/Firdausi)
Firdausi
Kontributor
Pamekasan, NU Online Jatim
Selasa 30 Mei 2023 telah genap 40 hari wafatnya Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pamekasan, KH Syafii Baidlowi yang wafat pada hari Rabu 19 April 2023 bertepatan 28 Ramadhan 1444 H.
Kiai Syafii wafat di usia 80 tahun. Selain menjadi pengasuh Pondok Pesantren As-Syafiiyah Dusun Senninan, Desa Akkor, Kecamatan Palengaan, Pamekasan, almarhum aktif di NU. Almarhum meninggalkan dua putra dan satu putri yaitu Ning Afifah, Gus Mahrus Syafii dan Gus Ibror Syafii.
Semasa hidupnya, almarhum dikenal kiai yang alim, bijaksana dan tegas dalam menyikapi berbagai persoalan, termasuk saat mendidik santrinya. Ketika ada seseorang yang bertanya, almarhum akan menjelaskannya secara jelas.
Kiai Syafii kecil hingga remaja menimba ilmu di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Bettet, Pamekasan. Kiai Syafii menjadi santri kesayangan KH Hefni Siradj yang kala itu menjadi pengasuh. Di pesantren tersebut, ia diamanahi wakil pimpinan sebelum akhirnya boyong ke tanah kelahirannya.
Pengabdian dan ketawadhuan pada guru, Kiai Hefni membekalinya ijazah, amalan, dan ilmu kanuragan. Bahkan gurunya memberi sebilah keris pusaka kepada Kiai Syafii.
Di pesantren Bettet, Kiai Syafii pernah ditunjuk sebagai ketua pembangunan masjid. Hal itu bisa dilihat saat Kiai Syafii singgahi, ia menjadi eksekutor pembangunan masjid.
Di antaranya adalah pesantren Sumber Kuning Larangan Badung atau di kediaman ayahandanya, pesantren Miftahul Ulum Sumber Panjalin, pesantren Miftahul Ulum Tanah Merah Bangkalan atau pesantren yang ia bangun setelah boyong dari pesantren Bettet.
Di Tanah Merah, Kiai Syafii membangun pondok pesantren dan membuka pendidikan diniyah. Di sanalah ia mendidik santri yang berasal dari berbagai daerah. Ia juga mudah berbaur dengan masyarakat, sikap legowonya itulah membuat dakwahnya diterima oleh warga sekitar.Â
Seiring berjalannya waktu, ia kembali ke kampung halamannya di pesantren Sumber Panjalin, yang mempelopori terbentuknya Ikatan Santri dan Alumni Salafiyah Syafi'iyah (Iksas) di Pamekasan. Tujuannya, agar santri dan alumni yang pernah ia didik, bisa berkomunikasi dan sudah terbukti sampai saat ini.Â
Di masyarakat sekitar, Kiai Syafii membentuk majelis kajian kitab yang rutin dihelat satu kali dalam sepekan secara anjangsana. Kiai Syafii sempat berpesan kepada seluruh anggota majelis untuk melanjutkan kegiatan tersebut kendati telah tutup usia.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Meraih Berkah dengan Inspirasi Bulan Safar
2
Khutbah Jumat: Safar bukan Bulan Sial, Berkah bagi yang Taat
3
Gelar PMKNU, Ketua PWNU Jatim Ulas Pentingnya Kebijaksanaan di Era Digital
4
Menteri Agama 2009-2014, Suryadharma Ali Meninggal Dunia pada Usia 68 Tahun
5
Latar Belakang dan Alasan di Balik Penamaan Bulan Safar
6
Mahasiswa Gizi Unusa Laksanakan Pembinaan Kantin Sehat di Sekolah
Terkini
Lihat Semua