• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Madura

Mengintip Kampung Toleransi di Sumenep, Berdiri 3 Rumah Ibadah Berdekatan

Mengintip Kampung Toleransi di Sumenep, Berdiri 3 Rumah Ibadah Berdekatan
Masjid Baitul Arham di Desa Pabian, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep. (Foto: NOJ/Istimewa)
Masjid Baitul Arham di Desa Pabian, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep. (Foto: NOJ/Istimewa)

Sumenep, NU Online Jatim

Di Indonesia yang majemuk banyak kawasan yang menerapkan sikap toleransi warganya. Salah satunya di Desa Pabian, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Desa ini dijuluki kampung toleransi karena berdiri tiga rumah ibadah yang berdekatan, dan penganut agama masing-masing rukun dan damai.

 

Meski berpenduduk mayoritas Muslim, sebagaimana layaknya di Madura, Desa Pabian juga dihuni umat agama lain. Tak heran bila di kawasan ini berdiri masjid, gereja, dan kelenteng dengan jarak tak kurang dari 50 meter. 

 

Pertama ialah Masjid Baitul Arham, sebagai tempat peribadatan bagi warga Muslim di daerah setempat. Di sebelah utara masjid tersebut berdiri Gereja Katolik Paroki Maria Gunung Karmel. Letak keduanya sangat berdekatan, hanya dipisahkan jalan raya. Bergeser ke arah timur dari gereja, sekira 15 meter ada bangunan klenteng sebagai rumah ibadah bagi umat Budha atau Konghucu.

 

Menariknya, ketiga tempat peribadatan lintas iman tersebut berdiri dalam satu lingkungan Rukun Warga atau RW, yakni RW 002 di Dusun Pasar Kayu. Misalnya, letak Masjid Baitul Arham berada di RW 002 RT 004, sementara Gereja Katolik Paroki dan Klenteng berdiri di RW 002 RT 001. Kendati begitu, masing-masing pemeluk agama harmonis dalam perbedaan.

 

“Alhamdulillah, meski berbeda-beda kepercayaan, masyarakat hidup rukun dan damai. Masyarakat tetap saling menghormati satu sama lain,” ujar Kepala Desa Pabian, Zulfikar Ali Mustaqim kepada NU Online Jatim, Senin (25/12/2023).

 

Berdasarkan data Pemdes Pabian, dilansir dari laman resminya, penduduk Muslim di Desa Pabian berjumlah 6677 orang atau mencapai 98.44 persen. Sedangkan penganut agama Kristen sejumlah 37 orang atau 0.55 persen dan warga Katolik sebanyak 63 orang atau 0.93 persen. Yang paling sedikit ialah pengant Budha berjumlah 6 orang atau 0.09 persen dari jumlah penduduk.

 

Zulfikar menyebutkan, guna menjaga kerukunan antar umat beragama serta memberikan ketenangan kepada mereka, Perangkat Desa Pabian sesekali menyambangi rumah ibadah non-muslim, salah satunya ke Gereja Katolik Paroki. Menurutnya, hal itu dilakukan untuk merawat kebersamaan yang selama ini telah terjalin baik.

 

“Itu dilakukan kami menjelang Jumat Agung tahun 2023 ini. Kami hadir sebagai sesama bangsa Indonesia untuk saling menghormati,” terang pria yang juga Wakil Bendahara Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sumenep ini.

 

Perihal adanya satu perkampungan warga yang dijuluki ‘kampung toleransi’ itu pernah disampaikan Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsoyudo kepada sejumlah ulama NU saat acara Simposium Peradaban NU di Pendopo Keraton Sumenep, Sabtu (05/03/2022) lalu. Hadir dalam acara tersebut Ketua Umun PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Sekjen PBNU H Saifullah Yusuf, Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar, dan tokoh-tokoh lainnya.

 

Penduduk agama minoritas di kawasan ini hidup aman dan tidak pernah merasa terusik. Penganut agama Islam dan non-Muslim di Desa Pabian memiliki spirit kerukunan yang tinggi. Meski memiliki karakteristik agama yang berbeda, mereka tidak pernah berkonflik hingga merusak hubungan sosial di masyarakat.

Gereja Katolik Paroki Maria Gunung Karmel, Sumenep. (Foto: Istimewa)

Toleransi Terbangun Sejak Lama

Budaya dan sikap toleransi masyarakat Sumenep sudah lama terbangun di tengah keberagaman suku, etnis, bahasa, dan agama. Kerukunan antar umat beragama tersebut terus terjaga hingga kini. 

 

Salah seorang warga setempat, Ifan (28) mengatakan, keberadaan tiga rumah ibadah di Desa Pabian tersebut sudah berjalan sejak puluhan tahun yang lalu dan berlangsung aman tanpa konflik. Komunikasi yang baik antar warga terus dijaga sebagai wujud dari sikap toleransi agama.

 

“Kerukunan terus dijaga. Bahkan, sesekali mereka melakukan dialog bersama tanpa mencampur adukkan keyakinan masing-masing,” ungkapnya.

Klenteng di Desa Pabian, Kecamatan Kota, Sumenep. (Foto: Istimewa)

Hal senada juga disampaikan Kartini, seorang warga Muslim di Desa Pabian. Ia menuturkan, saat bulan Ramadhan warga non-muslim tidak pernah menunjukkan rasa terusik dengan ritual-ritual agama Islam yang dilakukan. Tadarus Al-Qur’an berjalan sebagaiamana biasanya saat malam hari.

 

“Bahkan, saat hari raya Idul Fitri para suster biasanya ikut melakukan silaturahim untuk menjaga hubungan baik sesama warga. Ketika mereka menghargai kami, sudah sewajibnya kami menghargai mereka," tandasnya.


Madura Terbaru