Matraman

Haul ke-15 Gus Dur, Kiai Said Aqil Siroj Jelaskan 3 Warisan Para Ulama

Senin, 23 Desember 2024 | 16:00 WIB

Haul ke-15 Gus Dur, Kiai Said Aqil Siroj Jelaskan 3 Warisan Para Ulama

KH Said Aqil Siradj saat menyampaikan mauidhah hasanah dalam peringatan haul ke-15 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Ahad (22/12/2024). (Foto: NOJ/Tebuireng Official)

Jombang, NU Online Jatim

Pengasuh Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta Selatan, KH Said Aqil Siradj, menjelaskan 3 warisan para ulama dan kiai zaman dahulu yang harus dijaga. Karena warisan inilah yang membuat umat Islam di Indonesia ini menjadi kuat, berkualitas, dan lebih baik.


Hal itu ia sampaikan saat memberikan mauidhoh hasanah dalam peringatan Haul ke-15 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di halaman Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Ahad (22/12/2024).


"Kita ini kaya, yang pertama kita ini kaya dengan social capital (modal sosial) yang kita warisi dari Gus Dur, Mbah Hasyim Asy'ari, dan ulama-ulama dahulu ini sangatlah banyak pengikut dan jamaah," ujarnya.


"Ini dibuktikan dengan para hadirin datang ke sini tidak disuruh, tidak pula dibayar, akan tetapi hadir karena ingin bertabarruk ke haulnya Gus Dur di Tebuireng," imbuhnya.


Maka dari itu jangan sampai meninggal dunia meninggalkan keturunan yang lemah dan pengikut yang lemah. “Mari kita usahakan, kita meninggal dunia, kita meninggalkan anak, cucu, murid, pengikut yang kuat ilmunya, kuat hartanya, kuat posisinya, dan lain-lainnya," terang kiai kelahiran Cirebon itu.


Kiai Said menegaskan, sebaik-baik orang adalah dia keturunan orang besar, dan dia pun membawa kesabarannya, Gus Dur itu orang besar begitu juga kakeknya juga orang besar, dan sejelek-jeleknya orang adalah yang hanya bisa membanggakan kekeknya dan para pendahulunya.


Warisan kedua adalah culture capital (modal budaya) bisa juga ilmu pengetahuan. Maka dari itu khusus di Pesantren jangan sampai meninggalkan kutub at-turast, kitab-kitab kuning, dan kitab para ulama salaf (terdahulu).


"Dan terakhir yang kita warisi adalah simbolic capital (modal simbol) dari para kiai, seperti shalat pakai sarung atau kopyah, masjid ada bedugnya, meskipun ini semua tidak ada kaitannya dengan khusyuknya shalat, tapi inilah yang harus kita pertahankan," tandasnya.