• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Matraman

KH Fahrudin Dasuki Ponorogo, Pejuang Jihad Lawan PKI yang Taat Berlalu Lintas

KH Fahrudin Dasuki Ponorogo, Pejuang Jihad Lawan PKI yang Taat Berlalu Lintas
Makam KH Fahrudin Dasuki. (Foto : NOJ/ Yoga).
Makam KH Fahrudin Dasuki. (Foto : NOJ/ Yoga).

Ponorogo, NU Online Jatim

Pondok Pesantren Thoriqul Huda, Desa Cekok, Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu pondok bersejarah yang pernah diasuh Almagfurullah KH Fahrudin Dasuki. Beliau adalah salah satu santri Tebuireng asal Ponorogo yang turut berjuang melawan pemberontakan G30S/ PKI. 

 

Kiai Fahrudin merupakan kiai yang cinta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pancasila, UUD 1945 serta taat aturan negara, bahkan dalam berlalu lintas.

 

Putra Almagfurullah KH Fahrudin Dasuki, Gus Kholid Ali Husni mengisahkan ayahnya. Menurutnya, Kiai Fahrudin merupakan seorang pejuang dalam menyebarkan islam dan juga mempertahankan NKRI dan Pancasila. Hal itu dibuktikan dengan berdirinya pondok pesantren Thoriqul Huda. Selain itu, sang kiai juga pernah ikut berperang melawan PKI.

 

"Bapak itu, pulang dari Tebuireng (ke Ponorogo) pada tahun 1963. Meletusnya G30S/PKI bapak dipanggil, dipangil lagi untuk ikut berjuang," katanya kepada NU Online saat ditemui di kediamannya, Sabtu (26/09/2020).

 

Gus Kholid mengungkapkan bahwa yang menunjuk Kiai Fahrudin untuk pergi berlaga di medan jihad adalah Almagfurullah KH Abdul Choliq Hasyim (Putra Almagfurullah Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari).

 

"Semua santri senior Tebuireng. Jadi Beliaunya (KH Abdul Choliq) kemungkinan sudah tahu, mana yang kharismatik dan pastinya sudah tahu mana yang punya kanuragan yang  cukup atau mampu untuk melawan gerakan G30S/ PKI itu," paparnya.

 

Menurutnya, contoh nyata perjuangan ayahnya tersebut menunjukan bahwa ruhul jihad telah ditanamkan oleh Mbah Hasyim. Sekalipun beliau sudah tidak ada. Namun seakan-akan darah itu mengalir pada seluruh santrinya.

 

"Toh, meskipun KH Fahrudin Dasuki tidak pernah berjumpa Hadratus Shaikh tapi doktrin-doktrin beliau sangat kental mengalir pada seluruh santrinya," jelasnya.

 

Gus Kholid melanjutkan, santri Tebuireng itu selain tinggi nasionalismenya juga sangat alim dalam beribadah. Contohnya Mbah Ali Rohmat di Madiun dan Mbah Fahrudin di Ponorogo sangat alim dan ahli ibadah.

 

"Beliau itu 5 waktu diawal waktu. Ini jarang yang bisa. Istiqomah 5 waktu di awal waktu dan 5 hari sekali beliau khatam Al-Quran," terang Gus Kholid.

 

Namun kekhusyukan dan kealiman Kiai Fahrudin tidak mengurangi rasa nasionalisme. Bahkan menambahkan rasa nasionalisme yang begitu kuat.

 

"Saya melihat beliau itu sosok orang yang terkenal dalam ahli ibadah, zuhud, amat sederhana namun pada syi'ir yang beliau buat sangat ada jiwa dan kalimat-kalimat nasionalisme," ungkapnya.

 

Gus Kholid melanjutkan, Kiai Fahrudin dikenal sangat taat kepada aturan negara. Seperti penggunaan helm saat berkendara sepeda motor ketika bepergian. "Bahkan jika ada santrinya keluar mengenakan kendaraan bermotor, kemudian tidak pakai helm, pasti dimarahi. Padahal saat itu masih belum gencar-gencarnya peraturan penggunaan helm," urainya.

 

Ia menambahkan, para santrinya jika keluar menggunakan kendaraan harus punya surat izin mengemudi (SIM) dan harus tahu dan patuh rambu-rambu lalulintas. "Jadi beliau sendiri yang ngajari anak-anak terkait peraturan lalu lintas," pungkasnya.

 

Editor : Romza


Editor:

Matraman Terbaru