Kisah Unik Haikal Asal Lumajang dalam Perjalanan Menghafal Al-Qur'an
Ahad, 13 Oktober 2024 | 09:00 WIB
Jombang, NU Online Jatim
Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an memenuhi udara Pondok Pesantren Madrasatul Qur'an (MQ) Tebuireng, Kabupaten Jombang. Haikal, seorang santri yang tekun, sedang menjalani Tasmi' Bil Ghaib, sebuah ujian hafalan 30 juz Al-Qur'an yang dilakukannya secara bertahap. Dari setelah Shubuh hingga dini hari, acara ini menjadi saksi perjuangan panjang Haikal dalam menyelesaikan hafalan kalam Allah di Maqbarah.
Muhammad Haikal Iman, pria yang sering akrab disapa Haikal, seorang santri yang berasal dari Lumajang, Jawa Timur memiliki kisah unik dalam perjalanan menghafal Al-Qur'an. Berbeda dengan banyak santri lainnya yang sering kali termotivasi oleh dorongan orang tua, Haikal memulai langkahnya dengan kemauan hati sendiri. Sejak kecil, Haikal sudah tertarik untuk menjadi hafiz, meskipun latar belakang keluarganya semula tidak sepenuhnya mendukung dalam hal kemampuan membaca Al-Qur'an. Ayah Haikal bisa membaca Al-Qur'an namun kurang fasih, sementara sang ibu tidak bisa membaca Al-Qur'an sama sekali, tetapi sangat mendukung Haikal untuk menjadi seorang penghafal Al-Qur'an.
Saat mau mondok, Haikal mencari pondok di sekitar Tebuireng yang fokusnya hafalan Al-Qur'an. Setelah mempertimbangkan dengan matang, ia akhirnya mantap memilih Madrasatul Qur'an sebagai tempat menimba ilmu agama.
Sejak mondok, Haikal sudah memiliki bekal hafalan empat juz yang ia setorkan kepada ustadz di desanya. Namun, perjalanan untuk menyelesaikan 30 juz bukanlah hal yang mudah. Ia sering menghadapi tantangan seperti rasa jenuh, godaan dari teman-teman, dan yang paling mengganggu, rasa kantuk.
"Yang paling susah buat saya itu ngantuk, kadang bikin susah fokus,” ujar Haikal sambil tersenyum, beberapa waktu berselang saat diwawancarai NU Online Jombang, Selasa (17/9/2024) di wawancarai di Pondok Pesantren Madrasatul Qur'an.
Namun, Haikal tetap berjuang. Motivasi terbesarnya datang dari keluarganya, terutama orang tuanya yang bekerja sebagai petani. Haikal selalu teringat akan usaha keras orang tuanya yang bekerja di bawah terik matahari untuk menafkahinya di pesantren.
"Saya kasihan sama orang tua yang bekerja keras untuk saya. Jadi, saya ingin mengangkat derajat mereka dengan menghafal Al-Qur'an," ucap Haikal.
Selain itu, kakaknya juga berperan penting dalam memotivasi Haikal. Kakaknya selalu mengingatkan agar Haikal tidak hanya fokus pada hafalan Al-Qur'an, tetapi juga mengimbangi dengan prestasi akademik.
Perjalanan hafalan Haikal juga didukung oleh bimbingan dari para ustadz. Salah satu ustadz pembimbingnya adalah Ustadz Fikrud. Haikal sering mendapatkan nasihat dari Ustadz Fikrud, yang tidak hanya memeriksa hafalan, tetapi juga memberikan pemahaman tentang tafsir ayat-ayat yang dihafalkan.
"Setiap selesai setor hafalan, saya sering menjelaskan makna ayat-ayatnya, jadi Haikal tidak hanya hafal tapi juga memahami artinya," ungkapnya.
Untuk bisa mengikuti Tasmi' Bil Ghaib, ada syarat yang harus dipenuhi. Seorang santri harus menyelesaikan tambahan hafalan sebanyak 20 juz, dan satu bulan sebelum tasmi' harus menyetorkan minimal setengah juz dalam setiap pertemuan dengan pembimbing. Haikal berhasil melewati proses tersebut dengan gigih, meskipun pada awalnya ia hanya mampu menambah satu halaman per hari dan muraja'ah seperempat juz. Berkat semangatnya, ustadz kemudian menaikkan target hafalannya menjadi dua halaman per hari dengan muraja'ah setengah juz.
Acara Tasmi' Bil Ghaib ini menandai salah satu pencapaian terbesar Haikal selama mondok di Madrasatul Qur'an. Selain hafalan Al-Qur'an, Haikal juga menjalani berbagai amalan tambahan seperti puasa Senin-Kamis dan shalat sunnah qobliyah dan ba'diyah.
"Semua ini saya lakukan sebagai bagian dari tirakat santri untuk menjaga kedisiplinan dan keikhlasannya dalam menuntut ilmu" tegasnya.
Bagi Haikal, tasmi' bukanlah akhir, melainkan sebuah langkah besar dalam perjalanan panjangnya sebagai hafiz Al-Qur'an. Dengan tekad yang kuat, dukungan keluarga, dan bimbingan ustadz, Haikal berharap dapat terus istikamah dalam menghafal dan memahami Al-Qur'an, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis: Muzdalivah
Terpopuler
1
Inilah Beragam Keutamaan Ibadah Haji
2
Silaturahim LP Ma’arif NU dan Pergunu Jatim Bentuk Kerja Sama Strategis
3
Musyawarah Bulanan LBMNU di Lamongan Ulas Fikih Kurban Jelang Idul Adha
4
Diklatsar Banser Gabungan di Bangkalan Perkuat Kebersamaan dengan Rakyat
5
Perkuat Tata Kelola, LAZISNU di Jember Gelar Madrasah Amil
6
Prof Masdar Hilmy Apresiasi Peluncuran Ma’arif Smart School di Malang
Terkini
Lihat Semua