• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Matraman

Ngaji Kebangsaan, Gus Muwaffiq Sampaikan Ini ke Mahasiswa UIN SATU Tulungagung

Ngaji Kebangsaan, Gus Muwaffiq Sampaikan Ini ke Mahasiswa UIN SATU Tulungagung
Muwaffiq Yogyakarta saat jadi narasumber Ngaji Kebangsaan UIN SATU Tulungagung. (Foto: NOJ/Yulia NH)
Muwaffiq Yogyakarta saat jadi narasumber Ngaji Kebangsaan UIN SATU Tulungagung. (Foto: NOJ/Yulia NH)

Tulungagung, NU Online Jatim

KH Ahmad Muwaffiq atau lebih di kenal dengan Gus Muwaffiq dari Yogyakarta hadir sebagai narasumber ngaji kebangsaan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri (UIN) Sayyid Ali Rahmatullah (SATU) Tulungagung dalam rangkaian kegiatan Pekan Seni Kreativitas Mahasiswa (PSKM) di Lapangan Utama Kampus, Senin (15/11/2021). 

 

Acara bertajuk ‘Menuju Indonesia Penuh Toleransi’ ini dijelaskan oleh Gus Muwaffiq bahwa, hari toleransi adalah sebuah hari yang digagas oleh masyarakat internasional. “Kita termasuk harus mengamini dan mengikuti hari itu, kalau yang digagas oleh orang Eropa, maka dasarnya akan berbeda,” ujarnya.

 

Menurutnya, dasar dari toleransi adalah humanisme. Humanisme menuduh bahwa agama itu intoleran.

 

“Pertanyaannya, lantas kita bisa menjadi masyarakat yang toleran ini sesungguhnya dasar humanisme atau kita punya dasar sendiri, yaitu dasar agama?,” katanya dengan nada tanya.

 

Alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini mengingatkan bahwa, yang selalu disampaikannya adalah waja'alnakum syu'uban waqaba ila lita'arafu dan itu kalamullah. 

 

“Jadi setiap mereka berbicara tentang toleransi, kerukunan, dan kebebasan sebenarnya jawabannya tidak berangkat dari yg mereka bayangkan,” terangnya.

 

Lebih lanjut, menurut Gus Muwaffiq, ada produk yang namanya pasar agama, di kenal sebagai black market religion, yaitu produk pasar gelap agama. Produknya itu banyak sekali yang menerima, bahkan menjadi ideologi sampai akhirnya yang makan produk itu hancur semua bangsanya. 

 

“Produk itu misalnya khilafah ‘Ala Taqiyuddin Al-Nabhani, khilafah tahririyah yang di klaim sebagai ‘Ala Minhajul Rasul sebagai alamatus sa’ah. Di berbagai negara, produk ini laku keras dan siapapun yang makan produk ini pasti keselak atau bangsanya remuk,” pungkasnya.


Matraman Terbaru