• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Matraman

Pameran Gulung Tukar Angkat Sejarah Ringin Kurung Tulungagung

Pameran Gulung Tukar Angkat Sejarah Ringin Kurung Tulungagung
Pameran gulung tukar yang mengangkat tentang sejarah ringin kurung di Tulungagung. (Foto: NOJ/ Madchan Jazuli)
Pameran gulung tukar yang mengangkat tentang sejarah ringin kurung di Tulungagung. (Foto: NOJ/ Madchan Jazuli)

Tulungagung, NU Online Jatim

Ruang-ruang pameran menjadi oase tersendiri dari 'Gulung Tukar' di Gutu Haus (WarGulGul) Jalan Mastrip Nomor 18 Serut, Boyolangu, Tulungagung. Pameran ini mengangkat tema 'The Trees and The Wires' yang berfokus pada alam, jaringan, serta sejarah Ringin Kurung.

 

Kurator Pameran, Benny Widyo memaparkan, pameran kali merupakan eksplorasi temuan perihal metode mistis dan Ilmiah dalam mengubah Tulungagung yang awalnya rawa menjadi kawasan perkotaan. Mulai dari menutup sumber air, mengeringkan rawa, dan membangun peradaban di atasnya. Itu semua adalah pilihan para pendahulu Kota Marmer ini.

 

Benny mengatakan, sebulan lebih melakukan riset tentang ringin kurung. Cerita ringin kurung sebetulnya dalam pameran membahas tentang sejarah banjir di Tulungagung. "Ringin Kurung muncul di beberapa tempat banjir, seperti kita mengunjungi Niyama terus beberapa Dam di Tulungagung, dan seterusnya," kata Benny Widyo, Selasa (16/05/2023).

 

Selain itu, dalam pameran itu ada performance berupa output video, membuat tarian gerakan yang menggambarkan kekuatan air di sisi utara, barat, timur dan selatan. Selaras dengan empat buah LCD yang dipasang di empat sisi menampilkan performance di beberapa lokasi.

 

“Pameran ini melibatkan beberapa seniman dari berbagai wilayah. Bahkan, ada seniman residensi asal Britania Raya atau Inggris, yakni Ella Chedburn. Termasuk dalam melakukan riset sejarah lokal, pameran tersebut mendapat support dari British Council,” ucapnya.

 

Kesan awal merasakan ruangan pameran, pengunjung dimanjakan oleh suasana klasik khas rumah zaman dahulu. Dibalut pencahayaan lampu sorot kuning, temaram cahaya sangat cocok untuk lebih seksama menikmati berbagai karya.

 

Ruangan yang ditempati tak begitu besar, namun cukup menyimpan banyak pesan untuk disampaikan. Di tengah ruangan, ada yang menarik perhatian berupa kolam kecil berisi air, mendapat sorot lampu LCD proyektor dari arah atas membentuk gambar 3D.

 

"Ketika air di putar akan terkena sensor dan membentuk gambar roda. Ada beberapa gambar lain yaitu kepala banteng, nakhoda, dan akar yang menjalar," jelas Banny.

 

Pria alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta 2016 ini menjelaskan, ringin kurung merupakan cerita tentang tujuh pohon beringin di pusat kota Tulungagung. Adanya penanaman tujuh pohon beringin yang kelak menjadi pusat kota ini dilakukan oleh Kiai Abu Mansyur.

 

Kiai Abu Mansyur erat kaitannya dalam penyebaran agama Islam. Ia merupakan keturunan dari Prabu Amangkurat IV atau Amangkurat Jawi yakni Raden Mas Suryaputra putra dari Paku Buwana I.

 

Benny melanjutkan, Kiai Abu Mansyur dibantu oleh empat makhluk mitos bernama Jigang Joyo, Lancang Joyo, Cluntang Joyo, dan Bajang Alit. Ijuk (serabut hitam nan keras yang berfungsi melindungi pangkal pelepah daun aren) dipergunakan untuk material penyumbat sumber air yang berada di bagian barat bakal pusat kota.

 

“Ijuk itu lantas diinjak-injak oleh Kebo Bule (Kerbau Putih) hingga hewan tersebut meninggal, sekalian diperuntukkan persembahan. Setelah sumber air tertutup serta rawa mengering, lantas sebanyak 7 bibit pohon beringin yang diambil langsung dari Keraton Yogyakarta,” terangnya.

 

Keempat makhluk yang membantu Abu Mansur, menurut Benny, terkait dengan angka empat sebagai angka harmoni dalam berbagai kebudayaan. Seperti halnya empat sahabat Nabi Muhammad SAW. Sedulur Papat, Kalimo Pancer, Punakawan (Semar, Barong, Petruk, Bagong). Ada juga cerita perjalanan Biksu Tong Sam Cong yang berjumlah orang.

 

Pria asal Kecamatan Boyolangu ini menguraikan, dari riset itu akhirnya mendapatkan data, menelusuri mitos, folklor sekaligus arsip penting masa lampau untuk menunjang data penting yang dibutuhkan. Sehingga bukan hanya sebatas dongeng maupun mitos yang berkembang di masyarakat.

 

"Ada arsip rencana pembangunan, maka kami menemukan beberapa foto artikel Belanda sejak tahun 1920 sampai 1939. Dari situ diolah menjadi pameran membahas tentang ringin kurung yaitu tujuh pohon beringin di Alun-alun Tulungagung dan berkolaborasi dengan tujuh seniman," jelasnya.

 

Diketahui, pameran tersebut bukan hanya bertempat di dalam ruangan, namun juga berlangsung outdor di Alun-alun Tulungagung. Setiap akhir pekan banyak event tersaji memanjakan penikmat seni. Pameran ini akan berlangsung pada 27 Mei 2023.


Matraman Terbaru