• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Tokoh

Menelisik KH Hasan Mimbar Penyebar Islam di Tulungagung Tahun 1727

Menelisik KH Hasan Mimbar Penyebar Islam di Tulungagung Tahun 1727
Tampak dari depan Masjid KH Hasan Mimbar. (Foto: NOJ/Madchan Jazuli)
Tampak dari depan Masjid KH Hasan Mimbar. (Foto: NOJ/Madchan Jazuli)

Tulungagung, NU Online Jatim

Banyak para wali keturunan keluarga kerajaan Islam maupun murid dari Pangeran Diponegoro yang menyebar ke penjuru pelosok untuk mengemban misi dakwah. Di Tulungagung ada tokoh KH Ageng Raden Hasan Mimbar penyebar Islam pada tahun 1727.

 

Salah satu keturunan KH Ageng Raden Hasan Mimbar ke-7, Gus Muhammad Ali Shodiq menuturkan, KH Hasan Mimbar adalah keturunan dari Kiai Ageng Derpoyudo, Kiai Ageng Derpoyudo merupakan putra dari Kyai Ageng Wiroyudo. Silsilahnya bersambung sampai Panembahan Senopati alias Danan Sutwijoyo alias Raden Ngabehi loring pasar raja ke-1 Kerajaan Mataram.

 

"Pada tahun 1727, perkiraan umur remaja KH Hasan Mimbar mendapat mandat dari kerajaan untuk untuk menyebarkan syariat Islam tentang hukum waris, hukum nikah dan semua hukum yang ada di lapisan Kadipaten Ngrowo," terang Gus Muhammad Ali Shodiq, Senin, (27/03/2023).

 

Memperoleh mandat tersebut, KH Hasan Mimbar memiliki semangat guna menyebarkan dakwah di bumi Kota Marmer. Sedari itu, ia tidak hanya sendiri, melainkan bersama para pengikut yang banyak. Ia juga termasuk orang yang punya kedekatan dengan keraton, serta memang pada waktu itu di Kadipaten Ngrowo banyak penganut Islam.

 

"Memang beberapa ada makam ulama di situ juga merupakan salah juga ada penyebar Islam melalui jalur non resmi. Kalau Mbah Hasan Mimbar itu dengan metode yang luar biasa, waktu itu langsung bisa diterima oleh masyarakat," jelasnya.

 

Pria yang hobi mengkoleksi ratusan uang kertas kuno ini menambahkan, misi dakwah KH Hasan Mimbar juga dengan membawa sebuah pusaka yang bernama Kiai Golok. Pusaka tersebut jika dimasa sekarang seperti tingkat komando militer. Dimana setiap tahun dilakukan prosesi jamasan dengan membacakan sholawat dan lain sebagainya.

 

Dikatakan Gus Ali, cara menjamas pusaka Kiai Golok secara keilmuan itu dari meteor. Sebab, pusaka tidak pernah kena air berbeda dengan lainnya yang bisa digosok.

 

"Hanya dikasih asap minyak ratus Arab, lalu dibacakan sholawat itu saja sudah. Sebenarnya shalawat di situ syiarnya bukan prosesi jamasan," terangnya.

 

Bukti Sejarah

Saksi sejarah yang menjadi penanda adalah Masjid Hasan Mimbar yang berada di Desa Majan, Kecamatan Kedungwaru. Ketika masuk ke masjid itu, langsung disambut dengan bangunan klasik dan merasakan kesejukan di dalamnya. Gapura masjid seperti sebuah kerajaan, masjid utama, tengah dan ada satu bangunan balai mirip seperti pendopo.

 

Masjid Al-Mimbar secara struktur menurut Gus Ali merupakan peninggalan sejarah. Penataan tidak jauh berbeda seperti di Pendopo Tulungagung. Ada masjid di sisi barat dan di sebelah utara tak jauh ada kantor Desa Majan, serta di tengah ada taman.

 

Ada 3 lokasi yang berbeda di masjid yang memiliki menara menjulang tinggi ini. Satu tempat merupakan masjid utama, masjid tengah dan ada balai seperti di Pendopo Kongas Arum Kusumaningbongso.

 

Di depan imaman masjid, makam KH Hasan Mimbar bersama sang istri tercinta dikebumikan. Ada dua makam umum dan Makam Sentono. Makam Sentono adalah makam khusus bagi keturunan KH Hasan Mimbar. 

 

Sementara untuk kunjungan peziarah, Gus Ali mengaku cukup banyak dihari-hari tertentu. Dikatakannya, sebagian besar yang berziarah adalah keturunan KH Hasan Mimbar yang sudah beranak pinak tersebar disegala penjuru. Tidak hanya di Tulungagung, melainkan di luar Jawa Timur banyak berziarah.

 

Ditambah lagi, kunjungan ziarah Ini banyak oleh ahli waris atau anak keturunan keturunan ada ribuan. Keluarga yang garis keturunan dengan KH Hasan Mimbar tidak sedikit yang mengampu pondok, masjid dan mempunyai jamaah. 

 

"Bedanya yang dengan lain sini itu putra-putrinya ada dimana-mana. Mereka punya majelis, pesantren dan ada yang jadi umaro, TNI, maupun Polri," bebernya.

 

Ia juga menjelaskan bahwa amalan KH Hasan Mimbar masih dipertahankan yaitu setiap Jum'at membaca Ratib, pengajian kitab, acara tahunan Haul Jami' Al Jawami' (mendoakan seluruh keturunan dan selain keturunan kerajaan). Serta prosesi jamasan Kiai Golok.


Tokoh Terbaru