Semaan Al-Qur’an Awali Rangkaian Haul Mbah Dimyathi Pacitan
Kamis, 3 Agustus 2023 | 15:00 WIB

Santri Pondok Tremas Pacitan tampak melakukan semaan Al-Quran saat haul KH Muhammad Dimyathi, Selasa (02/07/2023) malam. (Foto: NOJ/ Dok. Tremas TV
Anwar Sanusi
Kontributor
Pacitan, NU Online Jatim
Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan menggelar haul almaghfurlah KH Muhammad Dimyathi, Nyai Hj Qibthiyyah Habib, dan Nyai Hj Widad Habib pada Rabu (02/08/2023) malam. Kegiatan diawali dengan semaan Al-Qur'an bil ghoib atau khataman Al-Qur'an dengan hafalan yang diikuti seluruh santri.
Pengasuh Pondok Tremas, KH Fuad Habib Dimyathi berharap santri bisa meneladani kiprah Kiai Dimyathi. Menurutnya, para santri harus bertindak dan berperilaku baik yang tidak menyalahi syariat.
“Saya harap kita semua ayo berahwaliah dan aqwaliyah yang membuat beliau bangga terhadap putra putri seperti kita. Kita juga berharap beliau bangga melihat wajah-wajah kalian para santri Tremas,” katanya.
Kiai Fuad menyampaikan, bahwa Kiai Dimyathi itu dimakamkan di Maqbaroh Gunung Lembu yang letaknya sekitar 400 meter dari lingkungan pondok. Tetapi ayah Mbah Dimyathi itu dimakamkan di Ma'la, Makkah.
“Abah Mbah Dimyathi makamnya di Makkah, di Ma'la, yaitu Mbah Abdullah. Termasuk putranya Mbah Abdullah yang pertama yaitu Syekh Mahfudz itu juga dimakamkan di Makkah. Kalau Mbah Dimyathi bin Abdullah bin Abdul Mannan bin Dipomenggolo dimakamkan di Maqbarah Gunung Lembu. Yang antum setiap pagi, sore, bahkan malam kesana ziarah itu,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan banyak santri Kiai Dimyathi yang menjadi orang yang luar biasa. Bahkan, mayoritas masyayikh se Pulau Jawa adalah santri Kiai Dimyathi.
“Konon simbah meninggalnya sekitar tahun 1930-an. Hampir 99 persen santri beliau menjadi orang yang luar biasa. Dari Banyuwangi ada KH Mukhtar Syafa'at (Pendiri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi), ada simbahnya KH As'ad Syamsul Arifin, kemudian Mbah Hamid Pasuruan," ucappnya.
"Terus ada lagi muridnya yaitu pendiri Gontor, ada lagi simbahnya KH Hamim Thohari Djazuli atau Gus Miek, kalau di Jogja ada guru saya KH Ali Maksum, ada lagi KH Muntaha al-Hafizh, Kalibeber, Wonosobo, dan banyak sekali. Rata-rata masyayikh se Jawa ini adalah santri Mbah Dimyathi,” imbuhnya.
Terpopuler
1
Seleksi Ansor Magang Jepang 2025 Dibuka, Simak Ketentuannya
2
Sound Horeg Diharamkan, Ini Penjelasannya
3
Diresmikan Bupati, Gedung MWCNU di Bangkalan Diharap Jadi Penggerak Organisasi
4
Pondok Besuk Pasuruan: Sound Horeg Hukumnya Haram
5
PMII Rayon Ibnu Aqil Gelar PKD ke-31 di Singosari, Cetak Kader Intelektual Progresif dan Militan
6
Ratusan Santri Pagar Nusa Malang Meriahkan Kejurcab III
Terkini
Lihat Semua