• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 1 Mei 2024

Metropolis

Gus Kikin Jelaskan Sejarah Halal Bihalal: Wadah Memupuk Persatuan

Gus Kikin Jelaskan Sejarah Halal Bihalal: Wadah Memupuk Persatuan
Pj Ketua PWNU Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin. (Foto: NOJ/ MR)
Pj Ketua PWNU Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin. (Foto: NOJ/ MR)

Surabaya, NU Online Jatim

Pj Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin mengulas sejarah awal kemunculan halal bihalal. Ia menyebutkan, di awal kemerdekaan momentum halal bihalal jadi wadah penyelesaian masalah dan menumbuhkan persatuan antaranak bangsa.

 

Ia mengatakan, tradisi halal bihalal sudah mengakar kuat bagi masyarakat Indonesia. Namun, secara nama, halal bihalal diyakini mulai populer pada tahun 1948. Seorang ulama pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU) KH Abdul Wahab Hasbullah memperkenalkan kembali ke publik istilah halal bihalal kepada Bung Karno sebagai bentuk silaturahim antarpemimpin politik.

 

“Hal ini karena pada masa itu kondisi nasional masih dalam konflik dengan Belanda,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng itu dilansir dari NU Online, Kamis (18/04/2024).

 

Atas saran Mbah Wahab, Presiden Soekarno kemudian mengundang seluruh tokoh politik untuk datang ke Istana Negara pada hari raya Idul Fitri tahun 1948. Pertemuan itu pun diberi judul halal bihalal.

 

Di dalam acara tersebut, para tokoh politik duduk bersama dalam satu meja untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa ke depan. Setelahnya, berbagai instansi pemerintah pun menyelenggarakan acara halal bihalal. Tradisi halal bihalal pun akhirnya menjadi tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia secara luas

 

"Halal bihalal suatu forum yang luar biasa. Forum yang lahir dari kondisi bangsa untuk mencari solusi masalah nasional. Halal bihalal mampu mencari solusi permasalahan bangsa oleh tokoh nasional. Ini hanya ada di Indonesia," jelas Gus Kikin.

 

Dirinya menyampaikan, silaturahim adalah hal baik yang harus terus dilakukan. Sejak dulu masyarakat Indonesia terbiasa saling memaafkan, khususnya momentum Idul Fitri. Meskipun saat itu, Indonesia dalam kondisi terbatas insfrastruktur dan ekonominya, kegiatan halal bihalal tetap dilaksanakan.

 

"Dulu silaturahim sulit kendaraan, tapi orang bisa kumpul. Bahkan dulu muktamar NU setiap tahun. Zaman sekarang sudah mudah kendaraan, ada tol, difasilitasi dengan jalan dan makan enak. Kalau tidak mau silaturrahim, kayaknya tidak pantas," terangnya.

 

Gus Kikin menambahkan, silaturahim dan saling memaafkan merupakan ajaran Islam. Karena memperkuat persatuan. Para tokoh bangsa menerapkan ajaran tersebut dalam konsep halal bihalal. Agar mudah diterima.

 

Perintah Allah tentang masalah ini ada di Surat Ali Imran ayat 103:

 

وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

 

Wa'taṣimụ biḥablillāhi jamī'aw wa lā tafarraqụ ważkurụ ni'matallāhi 'alaikum iż kuntum a'dā`an fa allafa baina qulụbikum fa aṣbaḥtum bini'matihī ikhwānā, wa kuntum 'alā syafā ḥufratim minan-nāri fa angqażakum min-hā, każālika yubayyinullāhu lakum āyātihī la'allakum tahtadụn

 

Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

 

"Guyub dan rukun. Guyub dengan hati dan jangan bertengkar karena akan menjadi kita lemah. Hilang kekuatan. Menuju Indonesia 2045, menjadi negara baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur," pinta Gus Kikin.

 

Pesan persatuan juga ajaran yang selalu disampaikan oleh pendiri Nahdlatul Ulama KH M Hasyim Asy'ari. Hal ini terlihat dalam kitab At-Tibyan adalah menjaga persatuan dalam rangka menguatkan ukhuwah persatuan.

 

"Saya senang sekali ketika kita berada dalam suasana kekeluargaan. Ini warisan KH M Hasyim Asy'ari. Alumni Tebuireng harus membangun ukhwah. Tidak ada istilah perpisahan di Tebuireng," tandasnya.


Metropolis Terbaru