Surabaya, NU Online Jatim
Ulama asal Madura, Lora Ismail Al-Kholili memberikan tanggapan sejumlah adegan dalam film Bid'ah yang dinilai berlebihan dalam menggambarkan penghormatan terhadap tokoh ulama. Kritik tersebut disampaikan melalui akun Instagram pribadinya @ismaelalkholilie pada Sabtu (06/04/2024).
Dalam unggahan awal, Lora Ismail menyoroti adegan kontroversial para santri mencium kaki Walid pada film Bid'ah. Menurutnya, penggambaran semacam itu berpotensi menyesatkan masyarakat awam seakan-akan semua habaib dan gus di dunia nyata melakukan hal yang sama seperti di film ini.
Lora Ismail berkomentar bahwa banyak hadits yang menganjurkan untuk mencium kepala dan kaki seorang alim yang berilmu begitu juga ayah dan ibu. Namun, ia menjelaskan bahwa itu hanyalah hukum fiqih, tidak ada habib dan gus yang menyuruh pengikutnya untuk dihormati.
“Habib dan Gus mana coba yang dengan santuynya menyuruh para santri atau pengikutnya untuk mencium kaki atau bahkan meminum bekas basuhan kakinya? Juga ulama sufi mana yang petentang petenteng berlagak seperti raja dan menganggap pengikutnya sebagai hamba sahaya?,” tulisnya.
Lora Ismail menerangkan, bahwa sebenarnya para habaib atau kiai yang dicium tangannya tidak merasa bangga atau bersuka cita. Tetapi, mereka terpaksa untuk menjalankan takdir dan menghormati orang lain untuk bertabaruk.
Ia menambahkan, jika adegan para pengikut yang meminum sisa air mandi itu patut dipertanyakan dari segi adab maupun ajaran yang diajarkan dalam tradisi keagamaan. Sebab tradisi itu bukan tradisi sufi, budaya jawa atau bahkan budaya pesantren.
“Saya tidak pernah tahu ada satu pun ulama sufi, guru, kiai, atau mursyid yang mengizinkan apalagi menganjurkan para murid dan pengikutnya untuk mengambil berkah dari bekas basuhan kaki dan air mandi siapapun,” ujarnya.
Adapun adegan mengambil sisa minum agar mendapatkan berkah, para fuqaha memang menyatakan sunah hukumnya mengambil makanan dan minuman dari para ulama dan orang sholih. Lora Ismail juga memaparkan hadits-hadis yang menjelaskan bahwa Rasullulah pun mengharap keberkahan dari tangan para muslim.
Ia melanjutkan, bahwa memang ada beberapa ulama yang tidak setuju dengan konsep tabaruk seperti Imam Syatibi, Ibnu Qayyimi, Al Jauzi, serta Ibnu Rajab Al Hambali.
"Namun, perlu untuk ditimbang mengambil berkah orang orang sholih antara pro dan kontra," terangnya.
Di akhir penjelasanya, ia mengajak masyarakat untuk lebih teliti, objektif dan ilmiah dalam menyikapi sesuatu. Ia juga menyebut bahwa kejahatan yang dibungkus dengan nama agama memang terlihat terhormat dan mulia. Maka dalam menyikapi praktik keagamaan yang mengundang perdebatan, penting untuk menimbang berbagai hukum dahulu.
“Yang kita khawatirkan adalah efeknya terhadap masyarakat awam, orang-orang yang biasa menarik kesimpulan hanya dari layar HP dalam waktu beberapa detik saja. Mereka yang menilai seluruh habaib hanya dari segelintir oknum yang arogan dan menyombongkan nasabnya,” pungkasnya.
Penulis: Diky Kurniawan Arif