Surabaya, NU Online Jatim
Ada beberapa jenis gunung api di Indonesia, termasuk di Jawa Timur (Jatim). Dari sisi peristiwa letusan, bahkan ada gunung api di Jatim berdampak hampir ke seluruh Pulau Jawa.
"Gunung-gunung api di Indonesia ada tipe A, B, dan C, sesuai keaktifan masing-masing," kata Dosen Teknik Geofisika ITS Dr Ir Amien Widodo saat menjadi pembicara dalam bincang bencana road to Ekspedisi JawaDwipa via Zoom dikutip dari detik.com, Sabtu (11/11/2022).
Adapun klasifikasi gunung api berdasarkan aktivitasnya menurut Amien Widodo, sebagai berikut:
1. Gunung api mati. Artinya gunung api yang tidak memiliki catatan erupsi sejak tahun 1600.
2. Gunung api istirahat. Yakni gunung api yang meletus sewaktu-waktu lalu istirahat. Misalnya Gunung Ceremai dan Kelud.
3. Gunung api aktif. Yakni gunung api yang masih bekerja dan mengeluarkan asap, letusan, dan gempa.
Amien menyebutkan bahwa letusan gunung api di Jatim itu bahkan telah menghancurkan peradaban zaman dulu. Baik di darat maupun lautan.
"Jangkauannya bahkan hampir ke seluruh Jawa dan sekitarnya," ujarnya.
Bahkan, sejarah gunung meletus dan gempa di Jatim juga tercatat pada sejumlah tulisan di buku-buku Belanda.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Jatim, Budi Santoso menuturkan pihaknya menyadari tugas dan fungsinya seperti pemadam kebakaran. Artinya, saat bencana alam terjadi, personelnya baru turun.
Namun, bukan berarti tak ada upaya melakukan mitigasi bencana. Ia mengklaim telah melakukan serangkaian kegiatan secara bertahap, berlanjut, dan bertingkat.
"Kami hitung, ada 13 pemicu bencana alam di Jatim. Potensi bencana di Jatim banyak, kejadian-kejadian bencana dalam 5 tahun ke belakang sejak 2017, salah satunya tanah longsor di Ponorogo dan Nganjuk. Lalu banjir dan rob di Pacitan, 28 Januari 2018 ada banjir di Situbondo juga, serta banjir bandang di Batu 2021 kemarin saat musim hidrometereologi," katanya.
Maka dari itu ia mengaku juga tengah fokus pada antisipasi pascabencana. Terutama, mendirikan tenda untuk belajar dan tempat tinggal bagi masyarakat yang menjadi korban bencana alam.
"Lalu gempa di Malang dan Lumajang, ada kerusakan tempat tinggal dan fasum. Sampai saat ini, kami dirikan tenda bagi masyarakat," tandas Budi.
