• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 27 April 2025

Metropolis

Ngaji Nusantara: Shalat sebagai Benteng Kemungkaran, Termasuk Korupsi

Ngaji Nusantara: Shalat sebagai Benteng Kemungkaran, Termasuk Korupsi
Program Ngaji Nusantara dengan tema Shalat dan Ketenangan Jiwa di Aula KH Bisri Syansuri Kantor PWNU Jatim, Rabu (19/03/2025). (Foto: NOJ/ tangkap layar)
Program Ngaji Nusantara dengan tema Shalat dan Ketenangan Jiwa di Aula KH Bisri Syansuri Kantor PWNU Jatim, Rabu (19/03/2025). (Foto: NOJ/ tangkap layar)

Surabaya, NU Online Jatim

Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur, H Akhmad Sruji Bahtiar, mengatakan bahwa shalat tidak hanya sebagai kewajiban ibadah, tetapi juga memiliki dampak sosial dan mempengaruhi perilaku seorang muslim.

 

Penegasan itu disampaikan saat Ngaji Nusantara dengan tema “Shalat dan Ketenangan Jiwa” yang digelar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, Rabu (19/03/2025). Kegiatan yang dipusatkan di Aula KH Bisri Syansuri Kantor PWNU Jatim itu juga menghadirkan narasumber lain, KH Abdul Moeid Zaid dari Lembaga Falakiyah PWNU Jatim.

 

“Shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Ketika seseorang menjaga shalatnya, ia akan menciptakan ketenangan pada dirinya sekaligus tidak menimbulkan keresahan di masyarakat,” ujarnya.

 

Akhmad Sruji menegaskan, untuk mencapai ketenangan dan diterimanya shalat, penting untuk menjaga segala perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam urusan pribadi maupun social “Shalat harus berdampak atau berimplikasi. Jangan sampai kita melakukan shalat tapi korupsi, penipuan, ataupun gratifikasi,” tuturnya.

 

Ia menambahkan, untuk membuat perubahan memerangi tindak korupsi, harus dimulai dari diri sendiri sebelum menuntut orang lain. Sebab setiap individu harus memiliki ketegasan moral yang harus dipegangnya.

 

“Kalau setiap individu tegas kepada dirinya untuk tidak korupsi, pungli, dan gratifikasi. Nanti setiap individu-individu akan membentuk komunitas, dan komunitas membentuk keseluruhan masyarakat,” terangnya.

 

Sementara itu, perwakilan LF PWNU Jatim KH Abdul Moeid Zaid, membahas pentingnya waktu dalam shalat demi mencapai ketenangan. Ia menyoroti perbedaan jadwal shalat di beberapa masjid akibat perbedaan metode perhitungan waktu.

 

“Masyarakat sering kali bingung ketika ada selisih waktu shalat, bahkan hanya dua hingga tiga menit. Apalagi saat bulan puasa. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan dari pemerintah untuk menyelaraskan jadwal shalat,” ucapnya.

 

Penulis: Diky Kurniawan Arief


Metropolis Terbaru