• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 4 Mei 2024

Metropolis

Profil KH Abdul Chalim, Pendiri NU yang Dianugerahi Pahlawan Nasional

Profil KH Abdul Chalim, Pendiri NU yang Dianugerahi Pahlawan Nasional
KH Abdul Chalim Leuwimunding. (Foto: NOJ/ ISt)
KH Abdul Chalim Leuwimunding. (Foto: NOJ/ ISt)

Surabaya, NU Online Jatim

KH Abdul Chalim Leuwimunding dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kiai Abdul Chalim merupakan salah satu tokoh pendiri dan pejuang Nahdlatul Ulama yang memilih tidak populer.

 

Agus H Muhammad Al Barra atau Gus Barra selaku cucu KH Abdul Chalim menyampaikan, proses awal pengusulan dilakukan oleh pemerintahh kabupaten setempat untuk menjadikan KH Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional.

 

“Lantas, usulan itu disambut baik oleh keluarga dan disiapkan segala perangkatnya, termasuk bukti-bukti sejarah, data-data dan seterusnya, untuk kemudian bisa diteruskan kepada dewan gelar hingga ditetapkan sebagai pahlawan nasional,” ujarnya kepada NU Online Jatim, Kamis (09/11/2023).

 

“Saya mewakili keluarga besar mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia dan kepada Bapak Presiden Jokowi,” imbuh Wakil Bupati sekaligus Ketua PC GP Ansor Mojokerto itu.

 

Profil KH Abdul Halim
KH Abdul Chalim lahir tanggal 2 Juni 1898 di Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat (dulu Karesidenan Cirebon). Ia kemudian wafat pada 11 April 1972 dan dimakamkan di kompleks Pesantren Sabilul Chalim Leuwimunding, Majalengka. Ia putra dari pasangan Mbah Kedung Wangsagama dan Nyai Suntamah.

 

Dilansir dari berbagai sumber, Kiai Chalim terlibat aktif di awal-awal pendirian NU di Surabaya. Bersama kiai-kiai lain di Surabaya, Kiai Abdul Chalim terlibat intens dalam mengorganisasi Taswirul Afkar, Syubbanul Wathan, hingga Komite Hijaz.

 

Di antara sahabat karibnya ialah KH Abdul Wahab Chasbullah. Semasa KH Abdul Wahab Chasbullah menjabat sebagai Katib Awal dalam jajaran syuriyah Nahdlatul Ulama kala itu, Kiai Chalim diamanahi sebagai Katib Tsani pertama. Ia adalah tokoh penting di balik layar dokumen-dokumen pencatatan di tubuh NU.

 

Kiai Chalim juga dipilih para kiai NU untuk menjadi bagian dari sembilan tokoh khusus yang duduk dalam Lajnah Nashihin, sebuah institusu yang bertugas mengajak para kiai-kiai pesantren untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mengembangkan Jam’iyah Nahdlatul Ulama.

 

Kiai Chalim merupakan sosok yang memilih untuk tidak populer. Namun perjuangan dan kiprahnya untuk bangsa dan Tanah Air sangat tidak diragukan. Kiai Chalim juga motor utama pendirian Pertanu (Persatuan Petani NU) dan pembentukan Persatuan Guru NU (Pergunu) pada 1958. Kini, Pergunu dipimpin putranya, yakni KH Asep Saifuddin Chalim yang mengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto.

 

Di kancah politik, Kiai Chalim turut bergabung ke dalam Masyumi, termasuk pula saat NU beralih menjadi partai politik. Hingga pertengahan tahun 1972, Kiai Chalim masih menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).

 

Menurut penuturan Gus Barra, Kiai Chalim merupakan seorang ulama yang produktif dalam kepenulisan. Sebagian ditulis dalam bentuk bahasa Arab-Indonesia dan sebagian lagi ditulis dalam bentuk Arab-Sunda.

 

“Banyak karya-karya yang ditulis oleh beliau (Kiai Chalim). Ada kurang lebih 14 karya tulisan beliau,” pungkas Gus Barra.


Metropolis Terbaru