• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Metropolis

Wakil Rais NU Sidoarjo Kisahkan Kesabaran Santri Mbah Hasyim dalam Berdakwah

Wakil Rais NU Sidoarjo Kisahkan Kesabaran Santri Mbah Hasyim dalam Berdakwah
Ilustrasi santri Mbah Hasyim dalam berdakwah. (Foto: NOJ/Ist)
Ilustrasi santri Mbah Hasyim dalam berdakwah. (Foto: NOJ/Ist)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Wakil Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo, KH Abdi Manaf Sholeh menjelaskan keluwesan dakwah santri KH Hasyim Asy’ari yang bernama Kiai Zuaini.


Hal tersebut ia sampaikan saat mengisi kajian Dhuhur Kitab Arbain Nawawi di Masjid KH Hasyim Asy’ari Lingkar Timur Sidoarjo, Kamis (23/03/2023).


“Di NU biasanya ada tradisi yang saat pelaksanaannya di masyarakat tertentu sedikit berbelok, tapi tetap dilakukan dengan perlahan meluruskan niatnya,” katanya.  


KH Abdi Manaf mengisahkan dirinya pernah ke daerah puncak Gunung Sumbermanjing, Malang Selatan. Letaknya masih 40 kilo meter dari Kota Malang. Di daerah ini ada masjid yang desainnya mirip dengan masjid yang ada di Pare, Kadiri. Di Desa Tertek, Pare, Kediri ini dulunya adalah daerah abangan. Mbah Hasyim mengutus santrinya yang bernama KH Zuaini untuk berdakwah di daerah tersebut.


“Di situ Kiai Zuani membangun masjid dari kayu jati. Dimana saya menemukan di Sumbermanjing masjid yang sama dengan masjid di Pare yang dibangun oleh Kiai Zuaini. Saya curiga kok sama, apakah ada hubungannya atau tidak,” terangnya.


Setelah KH Abdi Manaf menginap di Sumbermanjing dan berinteraksi dengan masyarakat setempat, diketahui bahwasanya yang membangun masjid adalah salah seorang santri dari Mbah Hasyim. Pada awalnya di Sumbermanjing masyarakat ketika tahlilan tawasulnya ditujukan ke Sing Baurekso (yang berkuasa) pantai selatan, utara dan jagat, bukan ke Allah. Namun oleh santri Mbah Hasyim dibiarkan dengan kemudian pelan-pelan diluruskan bahwasanya yang Maha Kuasa adalah Allah SWT.


“Dakwah seperti ini yang dilakukan oleh santri-santri NU. Orang sering menyebut dakwah dengan akulturasi budaya, pelan-pelan masyarakat akan berubah dan akidahnya yang awalnya salah menjadi benar,” jelasnya.


Jika tidak dengan kesabaran dalam dakwah, kesalahan masyarakat Sumbermanjing dalam bertawasul akan langsung dimusyrikkan. Namun, NU mengajarkan untuk tidak gampang memusyrikkan.


Kesabaran dalam berdakwah ini menjadikan NU semakin kuat ditengah masyarakat hingga tidak ada kelompok lain yang menandinginya,” tandasnya. 


Metropolis Terbaru