
Kiai Ma'ruf Khozin diapit Abdul Wahab Ahmad (kiri) dan Dafid Fuadi di acara Rakerda MUI Jatim. (Foto: NOJ/Istimewa)
Syaifullah
Kontributor
Di televisi, ada iklan yang selalu muncul jelang Ramadlan, sehingga bisa dipastikan bahwa puasa akan segera datang. Aneka persiapan layak disediakan demi memastikan bisa menyambut bulan penuh berkah tersebut dengan baik.
Bagaimana dengan lebaran yang sudah ada di depan mata? Hal yang identik dengan hari raya Idul Fitri adalah pakaian dan segala yang serba baru. Karenanya, untuk bisa memiliki koleksi yang diharapkan, sejumlah cara dilakukan. Termasuk mungkin mencari pinjaman ke teman maupun saudara, bila ternyata tabungan tidak memadai.
Dan kala memasuki Idul Fitri, salah satu yang jadi incaran adalah sarung premium merek BHS. Karena kurang lengkap rasanya kalau pergi shalat Id ke masjid maupun silaturahim kala Syawal ke mertua dan orang yang dihormati tidak mengenakan sarung terkenal tersebut.
Namun bagi Kiai Ma’ruf Khozin, sarung merk BHS tidak terlalu membanggakan. Karena itu identik dengan pemberian kalangan lain.
“BHS (itu) Barang Hasil Sumbangan,” katanya saat menjawab komentar Sururi Arumbani soal jas baru di akun Facebooknya, Sabtu (01/05/2021).
Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur saja tidak bangga dengan sarung yang terkenal mahal dan bergengsi tersebut.
Sekelas Ketua Aswaja NU Center Jawa Timur itu memang bukan kapasitasnya menerima sumbangan sarung, tapi waktunya memberi BHS. Leres kakdintoh?
Terpopuler
1
Luar Biasa, Dosen UIN KHAS Jember Raih 2 Beasiswa Internasional untuk Studi Doktoral
2
Gus Amak Dorong Generasi Muda Hindari Gengsi untuk Berwirausaha
3
KH Idris Hamid Pasuruan Sebut Kemerdekaan Indonesia Buah Doa Para Ulama
4
LP Ma’arif NU Blitar dan UIN Malang Bekali Guru dengan Pembelajaran Berbasis Cinta
5
Banser di Bangkalan Ikut Lomba Gerak Jalan Umum Meriahkan HUT RI
6
Dosen FEBI UIN KHAS Jember Raih Best Paper di Ajang The 6th ICEBIT 2025
Terkini
Lihat Semua