• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 18 April 2024

Nusiana

Guyonan Gus Baha: Orang Jawa Tidak Bakalan Melakukan Ini

Guyonan Gus Baha: Orang Jawa Tidak Bakalan Melakukan Ini
KH Baha'uddin Nursalim atau Gus Baha. (Foto: NOJ/Ic)
KH Baha'uddin Nursalim atau Gus Baha. (Foto: NOJ/Ic)

Hal yang melekat dari sosok KH Baha’uddin Nursalim saat menjelaskan masalah agama adalah dengan riang gembira. Bahkan sebagian jamaah menjadikan kesempatan mendengarkan pengajian kiai dengan panggilan Gus Baha tersebut sebagai sarana menghibur diri.

 

Dalam sebuah kesempatan pengajian yang disiarkan secara langsung di pesantren yang diasuhnya di Sawah, Narukan, Kragan, Rembang, Gus Baha menjelaskan masalah hukum. Yang disampaikan adalah soal orang A’rabi.

 

“Suatu ketika ada A’rabi yang datang kepada Rasulullah dan mengatakan sebagai orang yang rusak,” kata Gus Baha di hadapan pimpinan rombongan dari Universitas Muhammadiyah Malang.

 

“Saya melakukan hubungan intim dengan istri saya saat siang bulan Ramadlan,” jelas A’rabi tersebut.

 

Akhirnya Nabi memberikan sanksi berat kepada orang ini lantaran membatalkan ibadah puasa Ramadlan dengan berhubungan intim.

 

“Kamu harus memerdekakan budak,” kata Gus Baha sembari menjelaskan hadits dimaksud.

 

Karena tidak mampu, maka A'rabi itu diharuskan puasa dua bulan bertutur-turut. Lantaran tidak mampu, akhirnya harus ditebus dengan memberikan makan 60 orang miskin, yang ternyata juga tidak dapat dilaksanakan.

 

Gus Baha menjelaskan bahwa meskipun tergolong orang miskin, ada juga sebagian umat Nabi yang tidak menyurutkan niat untuk melanggar aturan. Sudah dilarang berhubungan badan dengan istri kala siang hari di bulan Ramadlan, masih saja dilakukan.

 

“Tapi orang model seperti ini hanya ada di Arab karena makanannya daging,” sergah Gus Baha.

 

Dalam pandangan kiai yang menjadi idola banyak kalangan tersebut, kondisi seperti itu tidak akan terjadi di Indonesia, khususnya di Jawa.

 

“Bagaimana bisa terjadi? Wong istrinya tidak cantik, cerewet dan makanan keseharian suami hanya mendoan,” katanya disambut tawa hadirin. Mendoan adalah makanan yang terbuat dari tempe dengan dilapisi adonan tepung lalu digoreng. 

 

Jadi, atas kondisi tersebut Gus Baha yakin. Bahwa para suami di Jawa tidak mungkin membatalkan puasa saat siang di bulan Ramadlan dengan melakukan hubungan intim bersama sang istri.

 

Bagaimana kalau dengan istri orang lain Gus? He he


Editor:

Nusiana Terbaru