Syaifullah
Penulis
Hari Jumat adalah waktu paling ditunggu santri. Karena saat itulah orang tua mereka akan sambang, menjenguk sang buah hati di pesantren.
Tentunya tidak semata hadirnya ayah, ibu maupun adik, serta kakak dan saudara yang dinantikan. Yang juga penting adalah sangu alias uang jajan selama sebulan. Biasanya, sebelum atau sesudah sambang, menyempatkan untuk sowan atau acabis ke kiai selaku pengasuh maupun guru yang demikian dihormati.
Jumat pagi di salah satu pesantren di kawasan Tapal Kuda, tampak wali santri terlihat hilir mudik di halaman pengasuh. Tidak seperti biasanya, suasana terlihat lengang, maklum masih sangat pagi bakda Shubuh. Belum banyak wali santri yang antri, hanya dia sendiri.
Namun keinginan untuk berjumpa dengan pengasuh sangat tinggi, kebetulan wali santri dari Jawa Tengah ini memiliki urusan lain yang harus segera diselesaikan. Bila sowan lebih pagi, tentu lebih baik.
Karena agak lama menunggu, dia bertanya kepada abdi dalem yang sedang menyapu halaman kediaman kiai.
Tamu: Assalamu’alaikum, mas.
Santri: Waalaikum salam, bapak. Ada yang bisa saya bantu?
Tamu: Ini mas, apakah kiai ada di dalem? Saya mau sowan.
Santri: Wah, ini belum waktunya sowan, bapak. Nanti agak siangan.
Tamu: Kalau pagi, kiai ada di mana?
Santri: Jadwal kiai kalau pagi bakda Shubuh seperti sekarang adalah membaca koran di dalam laut.
Tamu: Membaca koran di dalam laut? Apa bisa mas?
Santri: Ya pak. Itu sudah kebiasaan kiai. Beliau memang ada di dalam laut, membaca koran sambil merokok.
Tamu: Oh..... begitu ya?
Baca juga: Cara Gus Aab Berkelit dari Salah Tulis
Sang tamu dengan sedikit takjub dan penasaran, akhirnya datang ke kamar pengurus pondok.
Tamu: Mas, apakah benar kalau pagi seperti sekarang kiai ada di dalam laut sambil membaca koran dan merokok?
Mendengar pertanyaan tersebut, salah seorang pengurus menjelaskan.
“Maksudnya, kiai sekarang ada rumah atau ndalem selatan. Kebiasan beliau saat pagi memang begitu, membaca koran dan ngopi ditemani rokok sambil membaca koran,” jelasnya.
“Tapi di dalam laut?” sergahnya.
Pengurus akhirnya meluruskan: Tadi abdi dalem mau bilang bahwa kiai ada di ndalem selatan. Hanya saja itu bahasa Madura yang diindonesiakan.
“Maksudnya?”
“Dalam laut itu maknanya, ndalem selatan. Karena arah selatan kalau dalam bahasa Madura adalah Laok, bukan di dalam laut. Dia saja yang salah membahasakan,” ungkapnya.
Akhirnya sang tamu paham bahwa dalam adalah ndalem, laut adalah laok atau selatan. Dalam laut adalah ndalem selatan. Fahimtum?
Terpopuler
1
Dikenal Suka Menolong, Jamaah Haji Asal Sidoarjo Wafat di Pesawat
2
Rais Aam PBNU Difitnah, GP Ansor Surabaya Layangkan Surat Permohonan Tabayun
3
Rujuk Hasil Ijtima Ulama Tahun 2012, Komisi Fatwa MUI Tegaskan Vasektomi Haram
4
Silaturahim LP Ma’arif NU dan Pergunu Jatim Bentuk Kerja Sama Strategis
5
KH Ma’ruf Khozin Ingatkan Bahaya dan Keharaman Konsumsi Ayam Tiren
6
Inilah Beragam Keutamaan Ibadah Haji
Terkini
Lihat Semua