• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Opini

Gus Iqdam Melakukan dan Membenarkan Amalan Jumat Terakhir Bulan Rajab

Gus Iqdam Melakukan dan Membenarkan Amalan Jumat Terakhir Bulan Rajab
Gus Iqdam jelaskan amalan Jumat terakhir bulan Rajab. (Foto: NOJ/ ISt)
Gus Iqdam jelaskan amalan Jumat terakhir bulan Rajab. (Foto: NOJ/ ISt)

Jumat terakhir bulan Rajab jatuh pada 28 Rajab 1445 Hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 9 Februari 2024. Di beberapa platform media sosial, Gus Iqdam yang memiliki nama lengkap Muhammad Iqdam Khalid menjelaskan, bahwa dirinya di tahun lalu mempraktikkan dan melaksanakan amalan di Jumat terakhir bulan Rajab. Dan amalan itu terbukti, selama satu tahun atau sepanjang tahun, rezeki terus mengalir.

 

Setelah penulis amati, amalan yang dimaksud oleh gus yang menjadi trend center di semua platform media sosial itu, terutama di TikTok, pertama, yaitu membaca:

 

أَحْمَدُ رَسُوْلُ اللهِ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ

 

Ahmad Rasûlullâh Muhammad Rasûlullâh

 

Artinya: “Ahmad utusan Allah, Muhammad utusan Allah.”

 

Kedua, lafal tersebut dibaca pada saat khatib berada di mimbar untuk menyampaikan khutbah kedua, atau dibaca saat khatib duduk di antara dua khutbah, yakni khutbah pertama dan kedua.

 

Ketiga, Gus Iqdam menyampaikan, bahwa bacaan itu dibaca selama 35 kali. Untuk memberikan kesempatan bagi jamaah laki-laki (yang berada di masjid) atau ibu-ibu yang berada di rumah dapat mengamalkan bacaan di atas, maka para khatib sedikit memberikan jeda, sekitar 90 detik.

 

Hal itu dijelaskan oleh Syaikh Hamid bin Muhammad Ali Quds dalam kitab Kanzun Najah was Surur yang menjelaskan, bahwa Syaikh Ali al-Ajhuri menerangkan sebagaimana berikut ini:

 

أَنَّ مَنْ قَرَأَ فِيْ آخِرِ جُمُعَةٍ مِنْ رَجَبٍ وَالْخَطِيْبُ عَلَى الْمِنْبَرِأَحْمَدُ رَسُوْلُ اللهْ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهْ (خَمْسًا وَثَلَاثِيْنَ مَرَّةً) لَا تَنْقَطِعُ الدَّرَاهِمُ مِنْ يَدِهِ ذَلِكَ السَّنَةَ

 

Artinya: “Sesungguhnya barang siapa di akhir Jumat bulan Rajab, saat khatib berada di mimbar membaca; ‘Ahmadu Rasulullahi muhammadur rasulullahi’ (sebanyak 35 kali), maka dirham tidak akan putus dari tangannya pada tahun tersebut (selama setahun akan selalu memegang uang).”

 

Lantas kemudian muncul pertanyaan, bagaimana bisa membaca amalan Jumat terakhir bulan Rajab saat khatib berada di mimbar, sementara ada larangan berbicara saat khutbah berlangsung?

 

Dalam kitab yang sama, Kanzun Najah was Surur pula dijelaskan bahwa amalan tersebut bisa dibaca di dalam hati, atau dibaca ketika khatib duduk di mimbar sebelum khutbah, atau ketika doa untuk para sahabat:

 

السؤال كيف يقرأ والخطيب على المنبر وهو فى نفس الوقت مأمور بالانصات الجواب أنه ليس من شروط القراءة التلفظ بل استحضارها بالقلب يكفي او يقرأ حال الجلوس على المنبر قبل الخطبة او يقرأ حال الدعاء او الترضي من الصحابة لان المراد بالانصات حال الخطبة هو الانصات حال استماع اركان الخطبة لاغير.اه‍

 

Artinya: "Bagaimana kita membacanya? Sedangkan khatib di atas mimbar, dan di waktu itu kita diperintahkan untuk diam mendengar khutbah? Jawabannya, tidak disyaratkan untuk membacanya dengan mulut akan tetapi di dalam hati saja sudah cukup, atau dibaca ketika khatib duduk di mimbar sebelum khutbah, atau ketika doa untuk para sahabat, karena yang dimaksud untuk diam di dalam khutbah (inshatu) adalah diam mendengarkan rukun khutbah, bukan yang lainnya.” Wallahu a’lam.

 

*) Moch Rofi’i Boenawi, Dosen di Institut Al-Azhar Menganti Gresik.


Opini Terbaru