• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Opini

Pergunu dan Gerakan Jihad Kolaboratif

Pergunu dan Gerakan Jihad Kolaboratif
Pergunu dan Gerakan Jihad Kolaboratif. (Foto: NOJ/ ISt)
Pergunu dan Gerakan Jihad Kolaboratif. (Foto: NOJ/ ISt)

Oleh: Ahmad Faqih *)

Pekan depan, tepatnya tanggal 16-18 Juni 2023, bertempat di Majalengka Jawa Barat, organisasi profesi guru Nahdlatul Ulama, yaitu Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), akan menggelar rapat kerja nasional (Rakernas) tahun 2023. Terdapat beberapa isu strategis dan problematika mendasar yang saat ini sedang menyelimuti dunia pendidikan dan keguruan, termasuk di lingkungan Nahdlatul Ulama yang sepatutnya menjadi fokus bahasan di perhelatan ini. Di antaranya adalah kualitas pendidikan, kesenjangan dan kesetaraan pendidikan, kurikulum, pendanaan, teknologi, dan kesejahteraan guru.

 

Kualitas pendidikan harus menjadi fokus utama karena menentukan kompetensi anak bangsa untuk bersaing di dunia yang semakin kompleks. Beberapa tantangan yang dihadapi meliputi kekurangan guru yang berkualitas, metode pengajaran yang kurang efektif, serta kurangnya pembaruan dan inovasi dalam praktik pendidikan.

 

Selanjutnya adalah problem kesenjangan dan kesetaraan pendidikan masih menjadi tantangan besar di banyak negara, termasuk Indonesia. Hal ini meliputi aksesibilitas pendidikan bagi semua individu tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, gender, atau kecacatan. Juga terkait dengan pemenuhan hak pendidikan bagi anak-anak dari kelompok miskin, suku minoritas, atau daerah terpencil.

 

Problematika selanjutnya yaitu tentang kurikulum. Kurikulum yang relevan dan mutakhir sangat penting untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan masa depan. Namun, sering kali kurikulum dianggap ketinggalan zaman dan tidak mampu memenuhi kebutuhan murid secara holistik, termasuk aspek keterampilan 21st century skills, seperti pemecahan masalah, kreativitas, dan kolaborasi. Atau bahkan kurikulum seolah sekadar menjadi alat legacy dan ‘kepentingan’ penguasa, hingga muncul istilah ‘ganti menteri, ganti kurikulum’.

 

Isu strategis lainnya adalah masalah pendanaan. Banyak negara ataupun institusi penyelenggara layanan pendidikan menghadapi tantangan pendanaan dalam pendidikan, termasuk di Indonesia. Karena keterbatasan dana dapat mempengaruhi sumber daya yang tersedia untuk memperbarui infrastruktur sekolah, membeli peralatan pembelajaran yang mutakhir, dan memberi gaji yang layak kepada guru. Ketidakseimbangan pendanaan antara daerah perkotaan dan pedesaan juga dapat menyebabkan kesenjangan dalam kualitas pendidikan.

 

Aspek lainnya adalah perkembangan teknologi. Aspek teknologi ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan mutu pendidikan, tetapi juga dapat menjadi sumber masalah bagi dunia pendidikan. Tantangan ini meliputi akses yang tidak merata terhadap teknologi, ketidak mampuan guru dalam memanfaatkan teknologi secara efektif, dan masalah privasi dan keamanan data.

 

Hal yang tak kalah strategis adalah problem kesejahteraan guru. Guru adalah kunci sukses dalam sistem pendidikan. Namun, mereka sering menghadapi beban kerja yang tinggi, tekanan yang berlebihan, dan gaji yang tidak memadai. Kurangnya dukungan dan pengakuan terhadap profesi guru dapat menyebabkan penurunan motivasi dan kualitas pengajaran, hingga pada akhirnya berpengaruh pada rendahnya mutu SDM lulusan.

 

Dalam menghadapi berbagai tantangan ini, seyogyanya pemerintah dan segenap stake holder pendidikan, termasuk Pergunu, melakukan ikhtiar bersama untuk terus menyempurnakan sistem pendidikan dengan mengadopsi kebijakan dan inisiatif yang lebih inklusif, berbasis bukti, dan berkelanjutan.

 

Sudah saatnya Pergunu menjadi pioneer dalam menginisasi kerja-kerja kolaboratif antara pemerintah, pendidik, orang tua, institusi penyelenggara layanan pendidikan, dan masyarakat. Termasuk organisasi profesi keguruan dan pendidikan lainnya secara akseleratif untuk mengatasi masalah-masalah mendasar tersebut guna memperbaiki kualitas pendidikan secara menyeluruh.

 

Pergunu selain berkewajiban untuk mendakwahkan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah di dunia pendidikan, juga memikul amanah dan tanggung jawab moral dalam gerakan ‘jihad kolaboratif’ untuk mengurai problematika keguruan dan pendidikan. Hal demikian dapat dilakukan melalui aksi nyata peningkatan kompetensi guru, advokasi kebijakan atau politik keguruan dan pendidikan, serta peningkatan kesejahteraan guru.

 

Bangsa ini berharap, Pergunu dengan modal kekuatan jejaring strukturnya yang telah berdiri hingga pelosok pedesaan (ranting), expertasi dan kualitas SDM 100 ribu anggotanya, maupun social asset lain yang dimilikinya, melalui Rakernas 2023 ini dapat menghasilkan rumusan program aksi nyata yang massif, sistematis dan terukur. Hal ini untuk merespons berbagai isu strategis dan menyelesaikan berbagai problematika mendasar di bidang keguruan dan pendidikan.

 

Bagaimana menurut Anda?
Wallahu a’lam.

 

*) Ahmad Faqih, Wakil Ketua PW Pergunu JawaTimur dan guru di Pondok Pesantren Al-Aqobah, Jombang.


Opini Terbaru