• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Opini

Transformasi Fatayat NU di Era Sociey 5.0, Refleksi Jelang Harlah ke-72

Transformasi Fatayat NU di Era Sociey 5.0, Refleksi Jelang Harlah ke-72
Rangga Sa’adillah, Pengurus Aswaja NU Center PCNU Sidoarjo. (Foto: NOJ/istimewa)
Rangga Sa’adillah, Pengurus Aswaja NU Center PCNU Sidoarjo. (Foto: NOJ/istimewa)

Fatayat NU adalah organisasi raksasa dalam keluarga besar Nahdlatul Ulama yang bergerak di bidang ekonomi, sosial dan budaya sebagai wadah pemberdayan kaum perempuan. Fatayat NU memiliki visi besar yakni penghapusan segala bentuk kekerasan, ketidakadilan dan kemiskinan dalam masyarakat dengan mengembangkan wacana kehidupan sosial yang konstruktif, demokratis dan berkeadilan gender. Sesuai dengan cita-cita yang besar tersebut Fatayat NU harus mampu bergerak, bertindak, dengan cepat dan tanggap. Visi yang besar dari Fatayat NU tersebut diiringi dengan capaian misi yang mulia yakni membangun kesadaran kritis perempuan demi mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender, Fatayat NU mempunyai keinginan untuk melakukan penguatan sumber daya manusia dan pemberdayaan masyarakat.

 

Hadirnya Fatayat NU adalah sebagai wadah pemberdayaan kaum perempuan yang memiliki cita-cita besar setidaknya harus diiringi dengan motor penggerak organisasi yang kuat, kreatif, dan inovatif. Motor penggerak organisasi Fatayat NU ialah person yang ada di dalam Fatayat NU, tidak lain itu ialah kader-kader itu sendiri. Kader-kader Fatayat NU dalam menggerakan roda organisasi setidaknya sadar dengan era yang sedang dihadapi saat ini yang disebut dengan Society 5.0. Sebuah era lompatan revolusi industri yang kelima setelah revolusi Industri 4.0.

 

Era Society 5.0 adalah periode kebangkitan spiritualitas. Society 5.0 ialah termin di mana revolusi Industri 4.0 telah mencapai puncaknya, dan fase putar balik materialisme menuju capaian kesejukan spiritual. Era Society 5.0 seakan menegur manusia bahwa materialisme hanyalah sebagai fatamorgana sementara sisi humanitas ialah entitas dari manusia itu sendiri yang semestinya menjadi perhatian dari peradaban.

 

Mencermati kekosongan kekosongan spiritual di era society 5.0 sebenarnya adalah peluang bagi Fatayat NU untuk mengisi sebab spiritualisme dan spiritualitas tidak bisa dipisahkan dalam Fatayat NU itu sendiri baik secara organisatoris maupun personalnya. Lebih-lebih melihat buntut dari ganasnya arus modernisme akibat dari elan revolusi industri 4.0 ialah konfersi tenaga kerja manusia menjadi tenaga mesin yang automaton. Tentu saja dampaknya ialah sekian banyak tenaga kerja dirumahkan dan diganti dengan mesin yang tidak pernah rewel dan menuntut hak asasi permesinan lebih-lebih yang dirumahkan ialah tenagakerja perempuan, tentu saja Fatayat NU dengan insting kepedulian secara organisatoris tidak bisa tinggal diam menghadapi persoalan seperti demikian.

 

Menghadapi era society 5.0 bagi Fatayat NU setidaknya dibutuhkan lima transformasi, sebagai berikut: pertama, transformasi data manual kader menuju data science berbasis big data. Kedua, transformasi daiyah kultural menjadi daiyah multikulkutural dan multiplatform. Ketiga, transformasi pemberdayaan perempuan tradisional menuju pemberdayaan perempuan advokasi berbasis kebutuhan masyarakat. Keempat, transformasi organisasi berbasis sosial budaya ekonomi menjadi organisasi sosial budaya, pemberdayaan dan kesehatan perempuan. Kelima, transformasi dalam penguatan kaum-kaum termarjinal terutama wanita dan anak.

 

Transformasi dalam bidang data science berbasis big data ialah transformasi yang hendaknya dicapai oleh Fatayat NU di era saat ini. Transformasi ini berupa pendataan aset manusia (kader) secara realtime mencakup potensi, track record (tracking identitas), dan bahkan mencakup algoritma prediktif preferensi kader terhadap isu-isu yang berbau radikalisme. Transformasi ini dibutuhkan dalam rangka melakukan inventarisasi aset pada event pengkaderan supaya Fatayat NU tidak pernah kehilangan potensi kader.

 

Transformasi daiyah kultural menjadi daiyah multikulkutural dan multiplatform menjadi perlu di era saat ini sebab untuk melakukan langkah strategis kontra radikalisme. Sebuah survei yang masih menjadi momok hingga saat ini yakni survei yang dilakukan oleh PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ialah api dalam sekam atau bibit radikalisme di kalangan pelajar patut untuk diperhatikan. Oleh sebab itu, Fatayat NU harus memproduksi banyak daiyah yang mampu menggaet kultur yang bermacam-macam serta memiliki skill dalam melakukan manuver internet multiplatform.

 

Transformasi yang ketiga adalah pemberdayaan perempuan tradisional menuju pemberdayaan perempuan advokasi berbasis kebutuhan masyarakat. Transformasi ini nyata dibutuhkan oleh masyarakat – mengingat angkatan kerja perempuan menempati posisi yang terbesar setelah laki-laki (selanjutnya disusul anak dan orang tua). Dampak dari revolusi industri ialah merumahkan tenaga kerja secara besar-besaran mirisnya sebagian besar dari tenaga kerja tersebut ialah perempuan, maka Fatayat NU NU setidaknya memiliki power untuk melakukan advokasi atau menjaring aspirasi untuk diupayakan membuat produk undang-undang demi terlindunginya kaum-kaum termarginal.

 

Trasformasi selanjutnya ialah transformasi organisasi berbasis sosial budaya ekonomi menjadi organisasi sosial budaya, pemberdayaan dan kesehatan perempuan. Transformasi yang keempat ini menjadi gerakan tambahan atas gerakan reguler Fatayat NU dibidang sosial keagamaan. Kesehatan merupakan isu penting saat ini. hadirnya Covid-19, stunting, reproduksi wanita, dan ditariknya obat-obatan sirup oleh pemerintah ialah isu-isu kesehatan yang hendaknya dapat menjadi bidang garap Fatayat NU. Banyak kader-kader Fatayat NU yang menajdi dokter, ahli dibidang kesehatan, perawatan dapat menjadi motor utama dalam menangani transformasi isu ini.

 

Transformasi yang terakhir ialah transformasi dalam penguatan kaum-kaum termarjinal terutama wanita dan anak. Secara de facto dan de yure Fatayat NU NU memang tidak bisa lepas dari isu wanita atau perempuan sebab memang Fatayat NU ada karena entitas dari wanita atau perempuan. Pembelaan terhadap kaum perempuan lebih-lebih terhadap mereka yang termarginal pasti menjadi gerakan yang sangat bermanfaat apalagi pembelaan dilakukan pada kaum multi agama – tidak peduli mereka yang termarginal dan tertindas berbeda agama Fatayat NU akan selalu siap untuk membela berdasarkan arah gerakan strategis Fatayat NU. Setidaknya lima transformasi tersebut adalah sumbangsih Fatayat NU dalam menghadapi era society 5.0.

 

Penulis adalah Rangga Sa’adillah, Pengurus Aswaja NU Center PCNU Sidoarjo.


Opini Terbaru