• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Parlemen

Islam di Indonesia dan Permasalahan Ekonomi, Ini Kata Gus Ami

Islam di Indonesia dan Permasalahan Ekonomi, Ini Kata Gus Ami
Gus Ami, Ketua Umum DPP PKB dalam pidato kebangsaan di YouTube CSIS Indonesia. (Foto: NOJ/Totok)
Gus Ami, Ketua Umum DPP PKB dalam pidato kebangsaan di YouTube CSIS Indonesia. (Foto: NOJ/Totok)

Surabaya, NU Online Jatim

Permasalah yang dialami bangsa Indonesia dari waktu ke waktu datang silih berganti. Saat ini permasalahan yang tengah dihadapi bangsa ini menyentuh pada persoalan agama dan perekonomian. Hal tersebut yang dikatakan oleh Wakil Ketua DPR RI, Abdul Muhaimin Iskandar. Gus Ami sapaan akrabnya mengatakan, permasalahan tersebut itu muncul di tengah tiga fenomena besar.

 

Tiga fenomena itu, ia sebutkan salah satunya adalah kemajuan teknologi baru terutama pada informasi yang mengubah cara kerja dan pola pikir. Bersamaan dengan itu, teknologi tidak hanya melahirkan cara kerja baru, model kerja dan tata kelola kehidupan yang baru, tetapi juga tata kelola kehidupan sosial yang baru.

 

"Perhubungan dengan barat, ekonomi yang sangat nyata. Abad 21 ini menghadapi ketegangan luar biasa. Dimana agama menjadi kekuatan yang dahsyat, menjadi realitas kekuatan yang besar, tapi sekaligus memiliki kenyataan fakta negatif karena agama dianggap hambatan karena kekerasan dan fundamentalis," kata Gus Ami, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam pidato kebangsaan di YouTube CSIS Indonesia, Kamis (19/08/2021).

 

Di sisi lain, pada realitasnya ekonomi pasar ternyata menentukan semua hal, termasuk menjustifikasi apakah agama memiliki peran dan manfaat bagi kemajuan, atau malah agama hanya menjadi penghambat kemajuan. Bahkan lebih dari itu, di berbagai negara di Eropa maupun Amerika pada umumnya terjadi konflik besar antara pandangan ekonomi dengan agama.

 

"Apalagi di Eropa, pengalaman menunjukkan agama terutama Islam adalah ancaman dan islamofobia menjadi fakta. Banyak kepala negara yang menang itu kampanye anti islam. Sementara di sisi lain memang muncul gerakan radikalisme, terorisme yang mengatasnamakan Islam di beberapa belahan dunia," ujar Gus Ami.

 

Gus Ami menceritakan bagaimana ia sendiri mengalami dan merasakan hal tersebut. Mengingat PKB terlibat di dalam Centrist Democratic International (CDI). Dimana terdapat banyak kepala partai politik sedunia terbanyak berasal dari negara di Eropa.

 

"Rata-rata mereka partai politik yang menang di Eropa terutama negara-negara yang menjadi pemenangnya adalah partai-partai anti Islam. Setelah saya masuk di CDI saya menyaksikan langsung betul conflict of civilization itu terjadi, dimana kesalahpahaman perbedaan dan kecurigaan yang keras antara agama dan barat. Kemudian mengkristal menjadi persepsi negatif di kalangan gerakan Islam, dan Islam menjadi negatif di kalangan mereka," terangnya.

 

Setelah PKB masuk, Gus Ami menceritakan bahwa dirinya turut membuka pandangan baru mereka tentang Islam yang sesungguhnya, terutama di Indonesia. Gus Ami menjelaskan bahwa Islam tidak seperti yang dipersepsikan banyak kepala partai politik di Eropa.

 

"Mereka terbelalak dan melihat Islam Indonesia itu berbeda sekali dengan apa yang terjadi di belahan negara manapun. Bahkan akhirnya pada tahun lalu saya kumpulkan semuanya di Jakarta, bertemu Presiden dan saya bawa ke pesantren. Diantara mereka banyak dari Perdana Menteri ikut hadir, mereka lihat langsung Islam Indonesia, Islam Rahmatan Lil Alamin kemudian mereka terkaget-kaget," tutur Gus Ami.

 

Menurut Gus Ami, hal tersebut yang bisa menjadi modal besar Indonesia untuk mengatasi keadaan pada hari ini dan masa yang akan datang, terutama dalam menghadapi pasca krisis pandemi.

 

"Sehingga antara kecurigaan kekuatan ekonomi global dengan Islam atau Islam dengan negara-negara Barat itu menjadi dialog yang produktif," tandasnya.

 

Editor: Risma Savhira


Parlemen Terbaru