Pendidikan

Mahasiswa KSM Unisma Inisiasi Program Pembuatan Tong Sampah Terpisah

Kamis, 27 Maret 2025 | 11:00 WIB

Mahasiswa KSM Unisma Inisiasi Program Pembuatan Tong Sampah Terpisah

Mahasiswa KSM Unisma bersama perangkat Desa Gading Kembar, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. (Foto: NOJ/humas)

Malang, NU Online Jatim

Kandidat Sarjana Mengabdi Tematik (KSM-T) Universitas Islam Malang (Unisma) Kelompok 19 menginisiasi program pembuatan dan penempatan tong sampah terpisah untuk sampah organik dan non-organik di enam titik strategis di Dusun Gasek Wetan, Desa Gading Kembar, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang.


Program ini dilengkapi dengan sosialisasi kepada warga tentang pentingnya memilah sampah dan membuangnya pada tempat yang telah disediakan. Hal ini dikarenakan dusun tersebut sedang menghadapi masalah serius terkait kesadaran masyarakat akan kebersihan dan pembuangan sampah pada tempatnya. Sebagian besar warga yang berprofesi sebagai petani dan tukang bangunan cenderung membuang sampah di kali atau lahan belakang rumah mereka.


Meskipun sebagian warga yang memiliki lahan pribadi dapat mengatasi sampah dengan membakarnya, praktik membuang sampah di sungai atau kali tetap menjadi masalah besar karena tidak ada yang merawat atau membersihkannya.


Adapun penjelasan mengenai sampah organik dan non-organik adalah sebagai berikut:

1. Sampah Organik adalah jenis sampah yang berasal dari bahan alami dan dapat terurai secara biologis oleh mikroorganisme. Sampah ini biasanya bersal dari sisa makanan, dedaunan, ranting pohon, dan limbah pertanian. Contohnya: sisa makanan (nasi, sayur, buah), daun kering dan ranting, kulit buah dan sayur, kotoran hewan.


Manfaat pengelolaan sampah organik yakni dapat diolah menjadi kompos untuk pupuk alami, mengurangi volume sampah yang harus dibuang, dan menjaga kebersihan lingkungan desa.


2. Sampah non-organik adalah sampah yang sulit terurai secara alami dan umumnya berasal dari bahan buatan manusia. Contohnya: plastik (kantong plastik, botol air mineral), kaca (botol, pecahan kaca), kaleng dan logam (bekas makanan kaleng, paku), kertas dan karton.


Manfaat pengelolaan sampah non-organik yakni bisa di daur ulang untuk mengurangi pencemaran lingkungan, bisa dimanfaatkan untuk kerajinan atau sumber ekonomi (misalnya di jual ke bank sampah), dan mengurangi dampak pencemaran tanah dan air.


Tim KSM-T 19 memilih siswa SD dan santri TPQ sebagai target utama sosialisasi. Menurut Ibu Nafis, Kepala Dusun Gasek Wetan, edukasi kepada masyarakat umum seringkali tidak membuahkan hasil karena sikap acuh tak acuh yang masih dominan. Sebanyak 70 persen warga masih membuang sampah di pekarangan sendiri, sementara 30 persen lainnya membuang sampah di kali.


Dengan fokus pada anak-anak, tim berharap dapat menanamkan kebiasaan baik sejak dini. Anak-anak diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang akan mengedukasi orang tua dan masyarakat sekitar tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.


Program ini tidak hanya berhenti pada pembuatan tong sampah dan sosialisasi, tetapi juga bertujuan untuk menciptakan kesadaran jangka panjang. Dengan membiasakan anak-anak memilah dan membuang sampah pada tempatnya, diharapkan kebiasaan ini akan terus terbawa hingga mereka dewasa dan memberikan dampak positif bagi lingkungan Dusun Gasek Wetan.


Melalui inisiatif ini, KSM-T 19 berkomitmen untuk membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan pengelolaan sampah yang baik demi terciptanya lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan.