• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Rehat

Pengalaman Pernikahan Gus Yahya yang Tidak Fantastis

Pengalaman Pernikahan Gus Yahya yang Tidak Fantastis
Katib Aam PBNU, KH Yahya Cholil Staquf. (Foto: NOJ/KJi)
Katib Aam PBNU, KH Yahya Cholil Staquf. (Foto: NOJ/KJi)

Ini cerita Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). Bisa  jadi referensi bagi yang masih betah sendiri dan membayangkan seperti apa nuansa pernikahan. Mau tahu serunya? Monggo disimak sembari nyruput kopi.


Pada mulanya aku agak kecewa kepada ayahku karena kuanggap telah mengawinkanku secara sembarangan. Semasa remaja dulu, aku mengkhayalkan suatu peristiwa pernikahan yang dramatis, memuncaki kisah cinta yang romantis lagi melankolis serta fantastis. Tapi aku tak mendapatkannya sak incrit-incrito

 

Di tengah aku kebingungan menentukan pilihan di antara gadis-gadis yang ditawarkan kepadaku, ayahku tiba-tiba saja secara otoriter memutuskan,

 

“Sudah! Kamu kawin dengan ini saja!”

 

Tanggal 24 Mei, tiga hari sesudah lengsernya Soeharto, aku digelandang untuk melamar calon istriku. Tanggal 1 Juni, keluarga calon mertuaku berombongan datang ke Rembang, dengan maksud sekadar membalas kunjungan. 

 

Tapi saat itu juga ayahku minta supaya aku langsung diaqidkan. Calon mertuaku kok ya nggak membantah, malah taukil kepada pamanku. Dan dilakukanlah ijab-kabul seperti beli bakso. Tidak fantastis babar blazzz! 

 

Belakangan aku ketahui bahwa ayahku dulu malah diperlakukan lebih parah lagi oleh kakekku: melamar ibuku – diiyakan – langsung akitan di TKP!

 

Kisah Tragis Pernikahan Mbah Bisri

Sejak masih mondok di Tebuireng, Kiai Abdul Wahab Hasbullah sudah kesengsem berat kepada Kiai Bisri Syansuri, yuniornya sekaligus lawan berdebat yang paling gigih dan paling kuat ilmunya. 

 

Belakangan Kiai Wahab menawari Kiai Bisri naik haji.

 

“Aku nggak punya uang,” kata Kiai Bisri.

 

“Aku yang mbayari!”

 

Siapa bakalan nolak? Sudah tentu Kiai Bisri bersedia dengan suka-cita.

 

Tak dinyana, ketika tiba waktunya berangkat dan Kiai Bisri sudah siap di pelabuhan, Kiai Wahab malah mengundurkan diri.

 

“Aku nggak jadi pergi”.

 

“Lho?”

 

“Ya nggak apa-apa. Sampeyan tetap berangkat saja… Tapi aku titip adikku ini, Khodijah”.

 

Kiai Wahab memperkenalkan adik perempuannya.

 

Kiai Bisri kaget dan jengah luar biasa!

 

“Waduh… titip gimana?”

 

“Khodijah ini mau berangkat haji juga sekarang. Jadi aku titip, supaya sampean yang njagain”.

 

“Lho… lha… gimana sih…?”

 

“Kok lha-lho lha-lho! Masak nggak mau kutitipi?”

 

“Wah… ya… tapi…”

 

“Tapi apa?”

 

“Ajnabi je…”

 

“Ya supaya jadi muhrim, sekarang sampean nikah dulu”.

 

Maka terjadilah ijab-kabul di pelabuhan…

 

Ternyata para pendahulu tak perlu persiapan pernikahan dengan demikian sakral. Bahkan dengan sedikit drama bisa jadi dan melahirkan generasi tangguh di masa depan. 


Editor:

Rehat Terbaru