• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Rehat

5 Tips Agar Santri Betah di Pesantren

5 Tips Agar Santri Betah di Pesantren
Santri. (Foto: NOJ/NU Online)
Santri. (Foto: NOJ/NU Online)

Banyak orang mengatakan, santri tidak betah di pesantren karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan dinamika pesantren atau padatnya ragam kegiatan. Mulai dari bangun tidur hingga kembali terlelap di malam hari.

 

Problem klasik tersebut lumrah di telinga masyarakat Madura yang notabenenya pernah nyantri di pesantren traditional, modern ataupun khalafiyah. Keyword agar santri yang kerasan di pesantren adalah mereka bisa mengatasi ketegangan mental yang ada dalam dirinya sehingga bisa berinteraksi dengan lingkungan yang ada.

 

Aturan yang berbeda dengan di rumah, seperti tidak bebas menggunakan alat-alat elektronik, mengerjakan sesuatu secara mandiri, misalnya cuci baju, makan, bersih-bersih halaman, kamar tidur, kamar mandi, dan lain sebagainya menjadi indikator seorang santri tidak betah di pesantren.

 

Menyikapi problem ini, banyak cara yang dilakukan orang tua agar anaknya tidak frustasi. Mulai meminumkan air ruqyah, air basuhan kaki ibu, menyatukan tanah pesantren dengan tanah pekarangan rumah, dan lainnya. Itu semua bentuk ikhtiar perspekfif spiritual agar santri keluar dari konflik batinnya.

 

Agar santri baru betah di pesantren, para psikolog memberikan jalan keluarnya. Berikut lima tips khusus yang dikemukakan Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Cabang Sumenep, Kiai Zamzami Sabiq Hamid. (Lihat Konseling Pesantren, 17)

 

1. Memiliki tekad yang kuat dan niat yang ikhlas

 

Untuk menjalani kegiatan pesantren, tekad dan niat harus muncul dari diri santri. Kendati di pesantren padat dengan ragam kegiatan, niat yang tulus itu menjadi perantara seorang santri betah di pesantren. Sebagaimana dalam hadits Nabi.

 

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ

Artinya: "Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya."

 

2. Ingat perjuangan, usaha orang tua 

 

Jika santri berpikiran ingin berhenti dari pesantren, cobalah mengingat-ingat pengorbanan orang tua yang mengeluarkan banyak uang untuk masa depan anaknya. Secara kasat mata, anak tinggal duduk manis di pesantren untuk menuntut ilmu, sedangkan orang tua mengais sesuap nasi untuk kiriman anak kendati terik matahari dan hujan menjadi bumbu kehidupan. Itu semua dilakukan karena orang tua tak menginginkan anaknya putus mondok dan berguna bagi agama, bangsa dan negara.

 

وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ


Artinya: "Dan kewajiban ayah menanggung nafkah Dan pakaian mereka dengan cara Yang patut." (QD. Al-Baqarah: 33)

 

3. Akrab dengan banyak teman

 

Jika ingin melihat cakrwalanya pesantren, lihatlah miniatur miniatur Bhinneka Tunggal Ika pesantren. Artinya, santri yang ada di sana, tidak hanya berasal dari kalangan lokal, tapi datang dari penjuru dunia dan mancanegara.

 

Semakin banyak teman, maka santri akan memahami berbedaan suku. Bahkan keakraban itu memberikan hiburan tersendiri. Dalam tanda kutip, santri harus bisa memilah dan memilih teman agar tidak dikenalkan dengan sifat malas beribadah dan belajar. Sebagaimana dalam kitab Syarhul Hikam, jangan kau temani atau kau jadikan guru, orang yang perilakunya tidak membangkitkan kepada Allah dan kata-katanya tidak menunjukkan kepada Allah. 

 

4. Lebih dekat dengan ustadz, pengurus dan santri senior di pesantren

 

Saat santri belajar beradaptasi di lingkungan baru, mereka butuh pendampingan. Yang paling ditekankan adalah keterlibatan guru, pengurus pesantren, dan santri senior. Lewat pengalamannya yang bertahun-tahun bermukim di pesantren, santri baru tidak akan menemukan kesulitan beadaptasi, mematuhi aturan yang berlaku dan menemukan solusi saat mengalami kesulitan dalam belajar.

 

Kunci keberhasilan santri dalam menuntut ilmu adalah takdziman wa ikhtiraman kepada kiai dan guru. Karena keberkahan itu didapatkan bila seorang santri menjalankan perintah guru dengan sepenuh hati atau tanpa embel-embel mengeluh.

 

يتعين عليه الاستمساك بهديه والدخول تحت جميع أوامره ونواهيه ورسومه حتى يصير كالميِّت بين يدي الغاسل، يقلبه كيف شاء


Artinya: "Seharusnya murid berpengangan kepada petunjuk guru, tunduk patuh atas segala perintah, larangan dan garis-garisnya, sehingga seperti mayit di hadapan orang yang memandikan, ia berhak dibolak-balik sesuka hati." (Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Fatawi Al-Haditsiyyah, juz 1, halaman 56)

 

5. Berdoa, mendoakan dan minta didoakan

 

Doa orang tua, kerabat, guru, dan orang alim menjadi perantara agar santri betah di pesantren, sehat jasmani dan ruhani, cerdas, berbudi luhur, shaleh, serta berprestasi. Terlebih doa orang tua yang paling diijabah oleh Allah Swt.

 

رَبِّ هَبْلِي مِنَ الصَّالِحِيْنَ


Artinya: "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh." (QS. Ash-Shaffat: 100)

 

Dari kelima tips tersebut, menuntut ilmu di pesantren adalah tirakatnya santri. Bila lulus dari ragam ujian, maka keberkahan dan kesuksesan akan terwujud di masa depan.

 

Berbicara capek, sama halnya dengan orang tua yang mencari nafkah. Namun dibalik capek menuntut ilmu sangat mulia. Artinya, kesulitan belajar dan pengalaman baru yang dirasakan saat diberi amanah menjadi pengurus pesantren, akan menjadi bekal dalam mengaruhi tantangan di tengah-tengah warna-warni masyarakat.


Rehat Terbaru