• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Rehat

Doa Bulan Rajab Karya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani

Doa Bulan Rajab Karya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani
Syekh Abdul Qadir al-Jilani menuliskan doa yang dianjurkan di bulan Rajab seperti ditulis dalam karyanya Al-Ghun-yah. (Foto: NOJ/NU Network)
Syekh Abdul Qadir al-Jilani menuliskan doa yang dianjurkan di bulan Rajab seperti ditulis dalam karyanya Al-Ghun-yah. (Foto: NOJ/NU Network)

Umat Islam segera memasuki bulan Rajab. Dan dalam rangka menyambut bulan Rajab nan mulia itulah, Syekh Abdul Qadir al-Jilani (w: 561) menuliskan doa ma'tsurat yang digoreskan dalam karyanya Al-Ghun-yah.


Doa ini juga dikutip ulang oleh Habib Muhammad Amin bin Abu Bakar bin Salim dalam kitab Mâ Yuthlab fî Rajab, serta Syekh Muhammad bin Abdullah bin Hasan al-Halabi dalam bukunya Nûrul Anwâr wa Kanzul Abrâr:

 

  إِلٰهِيْ تَعَرَّضَ لَكَ فِيْ هٰذِهِ اللَّيْلَةِ الْمُتَعَرِّضُوْنَ وَقَصَدَكَ فِيْهِ الْقَاصِدُوْنَ وَأَمَّلَ فَضْلَكَ وَمَعْرُوْفَكَ الطَّالِبُوْنَ، وَلَكَ فِيْ هٰذِهِ اللَّيْلَةِ نَفَحَاتٌ وَجَوَائِزُ وَعَطَايَا وَمَوَاهِبُ، تَمُنُّ بِهَا عَلَى مَنْ تَشَاءُ مِنْ عِبَادِكَ، وَتَمْنَعُهَا مِمَّنْ لَمْ تَسْبِقْ لَهُ الْعِنَايَةُ مِنْكَ وَهَا أَنَا عَبْدُكَ الْفَقِيْرُ إِلَيْكَ، اَلْمُؤَمِّلُ فَضْلَكَ وَمَعْرُوْفَكَ، فَإِنْ كُنْتَ يَامَوْلَايَ تَفَضَّلْتَ فِيْ هٰذِهِ اللَّيْلَةِ عَلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ وَجُدْتَ عَلَيْهِ بِعَائِدَةٍ مِنْ عَطْفِكَ، فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ، وَجُدْ عَلَيَّ بِطَوْلِكَ وَمَعْرُوْفِكَ يَا رَبَّ الْعَــالَمِيْنَ  

 

Artinya: Ya Tuhanku, pada malam ini orang-orang yang berpaling (dari rahmat-Mu) telah berpaling, orang-orang yang mempunyai tujuan telah datang (pada-Mu), dan para pencari telah mengharap anugerah dan kebaikan-Mu. Pada malam ini, Engkau mempunyai tiupan rahmat, piagam-piagam penghargaan, aneka macam pemberian  dan  anugerah. Engkau berikan semua itu terhadap hamba-hamba-Mu yang Engkau kehendaki. Dan Engkau tidak memberikannya terhadap orang yang tidak memperoleh pertolongan dari-Mu. Inilah aku, hamba-Mu yang sangat berharap pada-Mu, berharap anugerah dan kebaikan-Mu. Apabila Engkau, wahai Tuan kami, telah mengemukakan anugerah-Mu di malam ini terhadap seseorang dari makhluk-Mu, dan Engkau berikan kebaikan padanya dengan berbagai sambungan kelembutan-Mu, maka anugerahkan rahmat atas Nabi Muhammad shalallahu aliahi wasallam beserta keluarganya. Berikanlah atasku dengan kekayaan dan kebaikan-Mu. Wahai Tuhan seru sekalian alam. (Syekh Abdul Qadir bin Shalih al-Jilani, Al-Ghun-yah, Dārul Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, 1997, juz 1, halaman: 328).   

 

Rajab merupakan satu di antara 4 bulan yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wa Tala. Hal ini termaktub dalam firman Allah:

 

 إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

 

Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu (lauhul mahfudz).  Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. (QS at-Taubah: 36)   

 

Ayat di atas diturunkan sebelum fathu Makkah (pembebasan kota Makkah), saat orang-orang dari Madinah takut berkunjung ke Makkah. Kemudian turunlah ayat di atas yang menjelaskan bahwa jumlah bulan dalam setahun ada 12 bulan. Empat di antaranya adalah haram (mulia). Sesuai konsensus ulama, 3 dari bulan tersebut berdampingan yakni Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram. Sedangkan yang satu lagi berpisah sendiri, bulan Rajab.   

 

Menurut Fakhruddin ar-Razi, maksud sebagai bulan haram atau mulia di sini adalah dalam bulan tersebut, setiap perbuatan maksiat akan mendapat siksa lebih dahsyat, dan begitu pula sebaliknya, perilaku taat kepada Allah dilipatgandakan pahalanya.

 

وَمَعْنَى الْحَرَمِ: أَنّ الْمَعْصِيَةَ فِيْهَا أَشَدُّ عِقَاباً ، وَالطَّاعَةُ فِيْهَا أَكْثَرُ ثَوَاباً

 

Artinya: Maksud dari haram adalah sesungguhnya kemaksiatan di bulan-bulan itu memperoleh siksa yang lebih berat dan ketaatan di bulan-bulan tersebut akan mendapat pahala yang lebih banyak. (Fakhruddir ar-Razi, Tafsir al-Fakhrir Razi, Dārul Fikr, Beirut, cet 1, 1981, juz 16, halaman: 53)   


Menurut sejarah, Ibrahim an-Nakha'i mengisahkan, Rajab merupakan bulan saat Nabi Nuh berlayar bersama kaumnya yang taat. Ia berpuasa secara pribadi serta menyuruh orang yang bersamanya untuk berpuasa juga, kemudian Allah menyelamatkan mereka dari banjir bandang dan Allah melenyapkan kemusyrikan secara total dari muka bumi.    

 

Terkait makna Rajab secara harfiyah, ulama berbeda pendapat. Sebagian mengatakan, rajab dari kata tarjîb maknanya mengagungkan. Pendapat ini juga disampaikan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya dan Syekh Abdul Qadir al-Jilani dalam kitabnya Al-Ghun-yah.   

 

Terdapat makna lain yang cukup banyak pada kata Rajab. Dalam hadits Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam diriwayatkan dari Abi Bakrah, Rajab itu Mudlar:

 

  إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

 

Artinya: Sesungguhnya waktu itu berputar sebagaimana saat Allah menciptakan langit-langit dan bumi. Setahun terdapat 12 bulan. Di antaranya ada empat yang mulia. Tiga bulan berturut-turut yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram. Dan Rajab Mudlar yang jatuh antara Jumadal Ula-Jumadal Akhirah dan Sya'ban. (Sahih Bukhari: 4294)  


Mudlar merupakan satu klan di Arab yang sangat mengagungkan bulan Rajab. Karena perilaku mereka ini, Rasulullah mengistilahkan keagungan Rajab dengan mengacu sebagaimana keagungan yang dilakukan oleh klan Mudlar. Lalu mengapa ada perbedaan tingkat kemuliaan di antara bulan-bulan itu? Bukankah masing-masing dari Allah Subhanahu Wa Taala?  

 

Ya, semua bulan mulia. Namun 4 bulan tersebut kemuliannya lebih kuat dibandingkan bulan lainnya. Ia seperti kemuliaan Ka'bah dibandingkan dengan lokasi lain. Logikanya seperti hari Jumat lebih mulia dibanding 6 hari lain. Hari Arafah lebih mulia daripada hari-hari lain dalam setahun, Nabi Muhammad lebih mulia daripada nabi-nabi yang lain. Apakah Nabi Muhammad yang paling mulia di antara para nabi itu menjadikan nabi-nabi lain tidak mulia? Tidak. Nabi-nabi lain mulia, sedangkan Rasulullah Muhammad lebih mulia. Demikian pula bulan-bulan mulia dibanding bulan yang lain.   

  

Demikian semoga kita menggunakan bulan mulia Rajab sebagaimana mestinya dan sebaik-baiknya. 


Editor:

Rehat Terbaru