• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Rehat

Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari Juga Iri kepada Guru Ngaji

Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari Juga Iri kepada Guru Ngaji
Barisan Ansor Serbaguna (Banser) menjaga lukisan Hadratussyaikh. (Foto: NOJ/SO)
Barisan Ansor Serbaguna (Banser) menjaga lukisan Hadratussyaikh. (Foto: NOJ/SO)

Suatu ketika pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH M Hasyim Asy’ari mengajak Kiai Nawawi berkunjung ke kediaman kiai kampung. Namanya Kiai Salam.

 

“Aku ingin bertemu Kiai Salam,” kata pendiri Nahdlatul Ulama, Kiai Hasyim Asy’ari.

 

Dengan penuh takdzim, Kiai Nawawi pun mengantarkan ke salah seorang kiai kampung, sesuai yang diinginkan hadratussyekh.

 

Kiai Salam bernama lengkap Abdussalam. Yang bersangkutan adalah ayahanda dari Kiai Abdullah Salam dan kakek dari Kiai Sahal Mahfudh.

 

Sesampai di kediaman Kiai Salam, didapati tuan rumah sedang mengajar ngaji anak-anak kecil. Kiai Hasyim serta-merta menahan langkah, menyembunyikan diri dari pandangan Kiai Salam, dan menunggu.

 

Setelah anak-anak kecil itu menyelesaikan ngajinya, barulah Kiai Hasyim mengucap salam. Kiai Salam menyambut hadratussyekh dengan suka-cita luar biasa.

 

Beberapa saat setelah KH Hasyim meninggalkan kediaman Kiai Salam, terlihat pemandangan yang beda. Betapa tidak, Kiai Hasyim kelihatan ngungun, sedih dan nelangsa. Air matanya mengambang.

 

“Ada apa, Kiai?” tanya Kiai Nawawi heran.

 

Kiai Hasyim mengendalikan tangisnya, menghela napas dalam-dalam.

 

“Aku punya cita-cita sudah sejak sangat lama tapi sampai sekarang belum mampu melaksanakan. Kiai Salam malah sudah istikamah. Aku iri,” kata Rais Akbar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut.

 

“Cita-cita apa, kiai?”

 

“Ta’limush shibyan…” (mengajar anak-anak kecil).


Editor:

Rehat Terbaru