Syaifullah
Penulis
Suatu ketika pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH M Hasyim Asy’ari mengajak Kiai Nawawi berkunjung ke kediaman kiai kampung. Namanya Kiai Salam.
“Aku ingin bertemu Kiai Salam,” kata pendiri Nahdlatul Ulama, Kiai Hasyim Asy’ari.
Dengan penuh takdzim, Kiai Nawawi pun mengantarkan ke salah seorang kiai kampung, sesuai yang diinginkan hadratussyekh.
Kiai Salam bernama lengkap Abdussalam. Yang bersangkutan adalah ayahanda dari Kiai Abdullah Salam dan kakek dari Kiai Sahal Mahfudh.
Sesampai di kediaman Kiai Salam, didapati tuan rumah sedang mengajar ngaji anak-anak kecil. Kiai Hasyim serta-merta menahan langkah, menyembunyikan diri dari pandangan Kiai Salam, dan menunggu.
Setelah anak-anak kecil itu menyelesaikan ngajinya, barulah Kiai Hasyim mengucap salam. Kiai Salam menyambut hadratussyekh dengan suka-cita luar biasa.
Beberapa saat setelah KH Hasyim meninggalkan kediaman Kiai Salam, terlihat pemandangan yang beda. Betapa tidak, Kiai Hasyim kelihatan ngungun, sedih dan nelangsa. Air matanya mengambang.
“Ada apa, Kiai?” tanya Kiai Nawawi heran.
Kiai Hasyim mengendalikan tangisnya, menghela napas dalam-dalam.
“Aku punya cita-cita sudah sejak sangat lama tapi sampai sekarang belum mampu melaksanakan. Kiai Salam malah sudah istikamah. Aku iri,” kata Rais Akbar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut.
“Cita-cita apa, kiai?”
“Ta’limush shibyan…” (mengajar anak-anak kecil).
Terpopuler
1
Lafal Doa Akhir dan Awal Tahun dalam Kitab Kanzun Najah was Surur
2
Anjuran Minum Susu Putih di 1 Muharram, Ini Doa dan Maknanya
3
Khutbah Jumat: 2 Amalan yang Sangat Dianjurkan di Bulan Muharram
4
Memasuki Bulan Muharram, Ini 12 Amalan yang Hendaknya Dilaksanakan
5
Dalil dan Keutamaan Membaca Doa Akhir dan Awal Tahun
6
Khutbah Jumat: Menjadikan Muharram Pemacu Ibadah dan Laku Baik
Terkini
Lihat Semua