• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Rehat

Kiai Romzi, Santri Produktif Mbah Moen Itu Berpulang

Kiai Romzi, Santri Produktif Mbah Moen Itu Berpulang
KH Dr Kiai Romzi, Mudir Ma'had Aly Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. (Foto: NOJ/Yt)
KH Dr Kiai Romzi, Mudir Ma'had Aly Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. (Foto: NOJ/Yt)

Oleh: Ahmad Husain Fahasbu

 

Belum selesai duka akibat kepergian guru saya di Ma'had Aly Situbondo, Dr Kiai Abd Jalal, hari ini saya harus menerima kabar duka kembali. Guru saya yang lain, Dr Kiai Romzi, Mudir Ma'had Aly Nurul Jadid Paiton, Probolinggo juga wafat. Sungguh saya sangat merasa kehilangan dengan kepergian keduanya.

 

Kiai Romzi adalah sosok kiai pesantren yang multiperan. Dikenal sebagai intelektual, penulis produktif, muballigh dan seorang kiai yang rumahnya selalu ramai didatangi umat.

 

Pertama, almarhum adalah intelektual karena menyelesaikan pendidikan akademik dan berkiprah dalam dunia akademik secara runut dan demikian panjang. Pernah nyantri dari satu pesantren ke pesantren lain. Dimulai dari Pesantren al-Nuqayah Guluk-guluk Sumenep, al-Munawwir Krapyak Yogyakarta asuhan Kiai Ali Maksum hingga ke Pesantren al-Anwar Sarang di bawah asuhan Kiai Maimoen Zubair.

 

Di bangku pendidikan formal berhasil mendapatkan gelar doktor dalam bidang islamic studies di Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dengan judul disertasi: Kepemimpinan Publik Perempuan di Kabupaten Probolinggo Persepktif Maqasid al-Syariah.

 

Dan sampai wafat, menjabat sebagai Mudir Ma'had Aly di Pesantren Nurul Jadid, sebuah lembaga pendidikan tinggi khas pesantren. Juga tercatat sebagai dosen di Universitas Nurul Jadid Paiton. Ini bukti bahwa sosoknya adalah kiai cum intelektual.

 

Kedua, almarhum tipikal penulis produktif. Saya tidak habis pikir, di tengah kesibukan sebagai muballigh, menemani para santri dan segenap aktivitas lain, ternyata bisa melahirkan banyak karya baik dalam bahasa Arab atau bahasa Indonesia. Sependek yang saya tahu, ada 70 judul karya yang berhasil ditulis. Dalam keseharian menulis tanpa jeda; ketika satu kitab rampung, maka segera berpindah ke judul kitab lain dan begitu seterusnya.

 

 

Sekitar satu bulan lalu, almarhum bercerita kepada saya, bahwa sedang menyelesaikan kitab fikih berbahasa Arab dengan tajuk Mazhab Indonesia. Jika tidak salah dengar, almarhum berujar begini: "Saya sedang menyelesaikan kitab fikih Ustadz Husain, terdiri hampir 4 jilid, sudah hampir selesai. Nanti mau dijadikan bahan ajar di sini," tuturnya.

 

Objek yang ditulis almarhum ternyata tidak melulu soal fikih. Ada tasawuf, adab, ilmu gramatika bahasa Arab hingga ilmu arudh. Suami dari Nyai Lathifah Wafi ini memang memberikan perhatian khusus pada ilmu arudh. Hal tersebut dibuktikan sudah banyak syair bahasa Arab yang disusun. Hal ini ini sebenarnya tidak lumrah, bahwa seorang kiai yang tidak pernah mengenyam pendidikan di Timur Tengah, tetapi menguasai ilmu tata bahasa Arab secara mendalam.

 

Sedangkan karya-karya almarhum dalam bahasa Arab antara lain; Habibatul Maghnanim ala Nazmi al-Ta'lim wa al-Muta'allim, Kasyf al-Asror fi Tashili Qiraah al-Kutub wa al-Syu'ur, Miftah al-Bashar fi Syarh Maziyyah ala al-Dhirar ala Ilm al-Atsar, Miftah al-Rafidh fi Ilm al-Faraid, Muqtanizu al-Naf'i Qira'ah al-Sab'i, Riayah al-Salik fi Nazm Alfiyah Ibnu Malik, al-Munawwaru al-Wafi ala Mukhtasar al-Syafi dan banyak judul kitab lain.

 

Ketiga, almarhum sebagai muballigh. Sebelum pandemi merebak seperti saat ini, hampir tiap hari almarhum terjadwal memberikan ceramah dari satu tempat ke tempat lain. Dari satu desa ke desa berbeda. Almarhum tipikal orang yang bisa berceramah di segala cuaca, dalam suasana seminar yang sarat akademik-ilmiah, pengajian umum dan forum lain.

 

Menarik, karena Kiai Romzi bisa memadukan antara kecakapan menulis dan produktivitas berkarya. Biasanya, orang yang pintar ceramah akan bermasalah ketika harus menulis karya ilmiah. Sebaliknya, orang yang produktif berkarya, biasanya belepotan ketika harus tampil di forum publik untuk berbicara. Tetapi Kiai Romzi tidak demikian karena cakap berkarya sekaligus berbicara.

 

Terakhir, almarhum adalah kiai yang rumahnya selalu didatangi umat. Ketika pesantren masih aman dari pandemi dan memungkinkan sowan kepada masyayikh, kediaman Kiai Romzi selalu ramai menjadi objek ziarah para tamu. Pasalnya, almarhum adalah kiai yang banyak memiliki amalan sebagai bekal kemasyarakatan. Saya masih ingat, sekitar awal bulan Januari, ketika saya sowan kebetulan ada tamu juga. Setelah saya menyimak ia menyampaikan tujuannya kepada Kiai Romzi ternyata hendak bekerja ke Malaysia. Dan kepada Kiai Romzi, ia minta doa sekaligus jimat.

 

Perjumpaan saya dengan Kiai Romzi memang tidak lama, sekitar 5 bulan semenjak awal Januari 2020 hingga almarhum pergi untuk selamanya. Tetapi sikap kehangatan almarhum sebagai orang tua, bapak dan guru sangat saya rasakan. Teringat hampir tiap hari, saya dan kawan asatidz di Ma'had Aly Nurul Jadid dipanggil ke ruang makan untuk makan bersama. Artinya, apa yang Kiai Romzi nikmati, itu juga yang dirasakan saya dan para ustadz lain.

 

Lamat-lamat, saya menyesal kenapa lambat mengenal sosok Kiai Romzi dan sialnya, juga tidak punya kenangan berupa foto berdua dengan almarhum. Namun demikian, yang saya ingat bahwa saya pernah punya sanad kitab Iqna' dan sanad keilmuan kepada Kiai Maimoen Zubair melalui jalur almarhum. Karena Kiai Romzi memang punya banyak sanad kitab, keilmuan, dan amalan bekal bermasyarakat.

 

Kiai Moh Romzi al-Amiri Mannan, salah seorang santri Mbah Maimoen Zubair yang alim dan produktif berkarya yang kemudian diambil menantu oleh pengarang Shalawat Nahdliyah, Sayyidi al-Syaikh Kiai Hasan Abdul Wafi wafat di Probolinggo pada 7 Oktober 2020. Selamat jalan Kiai Romzi, selamat berpulang menuju keabadian. kepergian panjenengan adalah kepergian ilmu, teladan, dan yang terpenting adalah kepergian sanad keilmuan, kitab dan banyak amalan.

 

*Ustadz di Ma'had Aly Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo.


Editor:

Rehat Terbaru