• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Rehat

Mendapat Fasilitas Negara? Belajarlah kepada Umar bin Abdul Aziz

Mendapat Fasilitas Negara? Belajarlah kepada Umar bin Abdul Aziz
Abdi masyarakat yang mendapatkan fasilitas negara hendaknya belajar kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz. (Foto: NOJ/KPj)
Abdi masyarakat yang mendapatkan fasilitas negara hendaknya belajar kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz. (Foto: NOJ/KPj)

Hampir setiap pegawai negara atau lebih tepatnya abdi masyarakat mendapatkan fasilitas. Demikian pula pimpinan atau pegawai perusahaan. Ada mobil, rumah, kebutuhan harian dan sejenisnya. Namun ada baiknya belajar dari khalifah Umar bin Abdul Aziz dalam menggunakan fasilitas umat tersebut.


Sebenarnya, keberadaan sejumlah fasilitas tersebut demi memastikan para abdi masyarakat dapat melayani warga dengan lebih baik. Tidak lagi berpikir untuk bekerja di tempat lain karenanya fasilitas harian dipenuhi. Dengan demikian, seluruh waktunya dicurahkan untuk memikirkan dan melayani rakyat.


Terkait hal ini, ada baiknya belajar dari keteladanan khalifah Umar bin Abdul Aziz (62 101 H). Hal tersebut penting agar saat menggunakan fasilitas tersebut tidak sembrono dan dimanfaatkan sesuai keperluan yang dianjurkan.


Suatu ketika khalifah Umar bin Abdul Aziz sedang asyik bekerja di ruangannya. Tiba-tiba suara pintu diketuk seseorang. 


”Siapa?” tanya khalifah.  


”Saya, putramu!” 


"Silakan masuk!” jawab khalifah sambil memadamkan lampu di dekatnya.  


Melihat ruangan jadi gelap gulita, maka terkejutlah si anak itu. Ia mempertanyakan. 
Dengan tersenyum Khalifah Umar bin Abdul-Aziz menjawab:


”Sebab, lampu itu, minyaknya dibeli dengan uang negara! Sedang urusan yang dibicarakan, adalah urusan pribadi!”   


Di sumber lain, dalam buku Kisah-kisah dari Tarikh (Endang Basri Ananda,1977) yang mengetuk pintu itu adalah pembantu khalifah. Ketika Umar mematikan lampu. Sang pembantu tak berani bertanya. Namun, menceritakan hal itu kepada permaisuri, istri khalifah.  Ketika bertemu dengan khalifah, sang permaisuri segera bertanya: 


”Mengapa kakanda mematikan Iampu, sewaktu pembantu kita masuk ke kamar kerja kakanda?”


Dengan tersenyum Khalifah Umar bin Abdul-Aziz menjawab:


”Sebab, lampu itu. . . minyaknya dibeli dengan uang negara! Sedang urusan yang dibicarakan, adalah urusan pribadi! ”  


Khalifah Umar bin Abdul Aziz memang khalifah yang adil dan bijaksana. Sekalipun hanya memerintah selama dua setengah tahun (717 720 M), namun karyanya sangat mengagumkan. Banyak sekali kisah menarik tentang dirinya. Oleh sebab itu, dia sering disebut orang dengan gelar khulafaur rasyidin yang kelima. Padahal sebenarnya yang termasuk khulafaur rasyidin itu hanya empat orang yaitu: Khalifah Abu-Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Mereka memérintah berganti-ganti selama 29 tahun, sejak Rasulullah wafat. Tepatnya, dari tahun ll sampai 40 H, atau 632-661M.  Sesudah itu terjadilah percekcokan antara Bani Umayyah dengan Bani Abbasiyyah selama 59 tahun. Baru pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, percekcokan itu dapat diakhiri. 


Leluhur Umar bin Abdul Aziz terhubung kepada salah seorang sahabat utama Nabi Muhammad, yaitu Umar bin Khatab. Pada masa mudanya ia menimba ilmu kepada sejumlah sahabat dan kebanyak para tabi'in.

 

Artikel diambil dariUmar bin Abdul-Aziz dan Lampu Negara

 

Bisa dibayangkan kalau akhlak atau perangai para abdi masyarakat di negeri ini seperti khalifah Umar bin Abdul Aziz, betapa damainya. Tidak perlu lagi ada tim pemantau, pengawas, maupun aparat yang bertugas menilai kinerja. Semua seakan berlomba menjadi abdi masyarakat yang bersih, menghindari korupsi dan tidak menggunakan fasilitas untuk keperluan diri dan keluarga maupun kelompoknya.     


 


Rehat Terbaru