• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Rehat

HAJI

Menjadi Haji Mabrur Tanpa Berangkat ke Tanah Suci

Menjadi Haji Mabrur Tanpa Berangkat ke Tanah Suci
Abdullah bin Mubarak menjadi tokoh inspiratif saat memasuki bulan haji karena demikian relevan. (Foto: NOJ/Syaifullah)
Abdullah bin Mubarak menjadi tokoh inspiratif saat memasuki bulan haji karena demikian relevan. (Foto: NOJ/Syaifullah)

Saat memasuki waktu pemberangkatan haji seperti saat ini, kisah tokoh Abdullah bin Mubarak kerap muncul dan menjadi salah satu bahasan materi ceramah. Demikian pula ceritanya akan sangat relevan dengan kondisi di Tanah Air yang mana antrean haji demikian  panjang dan lama.


Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa melaksanakan ibadah, termasuk haji tentu saja harus memenuhi persyaratan yang melingkupi. Akan tetapi, hal tersebut tidak serta merta menjadi patokan utama, karena ada juga yang tanpa itu semua ternyata bisa mendapatkan gelar haji mabrur.


Perjalanan haji Abdullah bin Mubarak ke Tanah Suci terhenti kala ia sampai di kota Kufah. Dia melihat seorang perempuan sedang mencabuti bulu itik dan Abdullah seperti tahu, itik itu adalah bangkai.  


"Ini bangkai atau hasil sembelihan yang halal?" tanya Abdullah memastikan.  


"Bangkai, dan aku akan memakannya bersama keluargaku."  


Ulama hadits yang zuhud ini heran, di negeri Kufah bangkai ternyata menjadi santapan keluarga. Ia pun mengingatkan perempuan tersebut bahwa tindakannya adalah haram. Si perempuan menjawab dengan pengusiran.  


Abdullah pun pergi tapi selalu datang lagi dengan nasihat serupa. Berkali-kali. Hingga suatu hari perempuan itu menjelaskan perihal keadaannya.  


"Aku memiliki beberapa anak. Selama tiga hari ini aku tak mendapatkan makanan untuk menghidupi mereka."  


Hati Abdullah bergetar. Segera ia pergi dan kembali lagi bersama keledainya dengan membawa makanan, pakaian, dan sejumlah bekal.  


"Ambilah keledai ini berikut barang-barang bawaannya. Semua untukmu."  


Tak terasa, musim haji berlalu dan Abdullah bin Mubarak masih berada di Kufah. Artinya, ia gagal menunaikan ibadah haji tahun itu. Dia pun memutuskan bermukim sementara di sana sampai para jamaah haji pulang ke negeri asal dan ikut bersama rombongan.  


Begitu tiba di kampung halaman, Abdullah disambut antusias masyarakat. Mereka beramai-ramai memberi ucapan selamat atas ibadah hajinya. Abdullah malu. Keadaan tak seperti yang disangkakan orang-orang.


"Sungguh aku tidak menunaikan haji tahun ini," katanya meyakinkan para penyambutnya.  


Sementara itu, kawan-kawannya yang berhaji menyuguhkan cerita lain.


"Subhanallah, bukankah kami menitipkan bekal kepadamu saat kami pergi kemudian mengambilnya lagi saat kau di Arafah?"  


Yang lain ikut menanggapi:


"Bukankah kau yang memberi minum kami di suatu tempat sana?"  


"Bukankah kau yang membelikan sejumlah barang untukku," kata satunya lagi.  


Abdullah bin Mubarak semakin bingung.


"Aku tak paham dengan apa yang kalian katakan. Aku tak melaksanakan haji tahun ini."  


Hingga malam harinya, dalam mimpi Abdullah mendengar suara.


"Hai Abdullah, Allah telah menerima amal sedekahmu dan mengutus malaikat menyerupai sosokmu, menggantikanmu menunaikan ibadah haji."

  

Demikian diceritakan kitab An-Nawâdir karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qulyubi. Dan hal ini sekali lagi, cerita Abdulllah bin Mubarak menjadi koreksi kepada mereka yang tengah menyiapkan diri untuk berangkat ke Tanah Suci. Juga kepada mereka yang belum mendapatkan kesempatan untuk menunaikan ibadah rukun Islam kelima tersebut.


Editor:

Rehat Terbaru