• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 24 April 2024

Rehat

Pengalaman Ketua ISNU Sidoarjo Lupa Bawa Tongkat saat Jadi Bilal Jumatan

Pengalaman Ketua ISNU Sidoarjo Lupa Bawa Tongkat saat Jadi Bilal Jumatan
H Sholehuddin Ketua ISNU Sidoarjo bersama anak dan istri. (Foto: Istimewa)
H Sholehuddin Ketua ISNU Sidoarjo bersama anak dan istri. (Foto: Istimewa)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Ketua Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Sidoarjo, H Sholehuddin mengisahkan saat dirinya lupa membawa tongkat ketika menjadi bilal pertama  shalat Jumat semasa masih berstatus santri di pondok. Kisah itu ia tuliskan di akun Instagramnya @sholehuddinbdk Sabtu (21/05/2022) pagi.


Cerita tersebut ditulisnya setelah pulang dari mengisi acara Kementrian Agama (Kemenag) Probolinggo. Pada saat  jadwal menjadi khatib di Masjid Bahauddin Ngelom Sepanjang, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo.


“Meski harus menempuh Probolinggo-Sidoarjo, saya harus tetap melaksanakan tugas menjadi khotib. Karena masjid ini bersejarah dalam perjalanan hidup saya. Alhamdullah ada tol sehingga bisa mempersingkat waktu tempuh,” tulisnya.


Pria yang juga dosen di Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) itu menyampaikan bahwa dirinya adalah alumni Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah. Saat menjadi santri, ia mengaku  sudah biasa membaur dengar warga kampung.


“Dulu saat masih nyantri saya jadi muadzin tiap shalat Jumat, kemudian naik tingkat menjadi bilal. Saat tugas bilal pertama, Allah menakdirkan yang menjadi  khatib adalah KH Mufti Baidlowi Allah yarham,” terangnya.


KH Mufti Baidlowi  merupakan kiai paling sepuh, terkenal dengan karakternya  yang adil makhraj dan terkenal suaranya paling merdu diusianya yang kala itu sudah delapan puluh tahunan.


“Saking groginya, saya sampai lupa pada saat 'anshitu' saya tidak membawa tongkat untuk diberikan ke khatib. Akhirnya Kiai Mufti ambil sendiri tongkatnya,” ujarnya.


Setelah selasai melaksanakan shalat Jumat dan kembali ke pesantren. Pria yang pada tahun 2017 dikukuhkan sebagai wisudawan terbaik dalam program doktor (S3) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya itu dipanggil oleh Kiai Mufti.


“Dengan perasaan berdebar dan khawatir dimarahi, saya menghadap Romo Yai Mufti,” ungkapnya.


Tidak disangka, ternyata H Sholeh diberi uang seribu rupiah oleh Yai Ti sapaan akrab KH Mufti Baidlowi. Meski sempat menolak, tapi akhirnya H Sholeh menerima pemberian uang tersebut.


Editor:

Rehat Terbaru