Sebelum Soeharto sebagai Presiden RI kedua menunaikan ibadah haji, KH Badri Mashduqi selaku pendiri Pondok Pesantren Badridduja Kraksaan Probolinggo sudah sering berkomunikasi. Bahkan dalam berbagai kesempatan, kiai yang juga dikenal sebagai Khalifah Tarekat Tijaniyah Indonesia ini kerap menyampaikan terutama pada saat dicecar wartawan. Bahwa dirinya sudah delapan kali bertemu dengan Soeharto, termasuk tahun 1991 saat hendak naik haji.
Sebagai seorang ulama yang mempunyai komitmen dalam penegakan amar ma'ruf nahi mungkar, KH Badri Mashduqi menyikapi hajinya Soeharto sebagai tindakan seorang Muslim yang patut dipuji. Karena itulah, dirinya yang cukup dikenal dekat dengan Soeharto, memberikan catatan khusus bahwa annasu 'ala muluukihim, yani Soeharto naik haji, rakyat banyak naik haji.
Di balik hajinya Soeharto, sebenarnya ada cerita tersendiri. Selain lantaran ia sepantasnya naik haji karena memang kemampuannya, seperti Ongkos Naik Haji (ONH) tidak bisa diragukan lagi. Akan tetapi dorongan untuk secepatnya menunaikan naik haji adalah pesan dari KH Badri Mashduqi, yang juga dikenal sebagai salah seorang Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.
Kisahnya, dalam sebuah acara yang diselenggarakan Rabithah 'Alam al-Islami, pada kesempatan ini KH Badri Mashduqi berpesan kepada Soeharto untuk secepatnya naik haji. Hal demikian dituturkan oleh KH Moh. Tijani Jauhari selaku Muqaddam Tarekat Tijaniyah dan Pengasuh Pesantren Al-Amien, Prenduan Sumenep. Ia telah dipercaya memegang beberapa jabatan penting internasional di Rabithah 'Alam al-Islami (Muslim Word League) dari kurun 1974-1988, di antaranya, Direktur Bagian Keagamaan dan Aliran-Aliran Menyimpang (1983-1987).
Dengan demikian, KH Badri Mashduqi memiliki peran sebagai ulama yang mempunyai kepedulian besar agar pemimpin seperti Presiden RI menjalankan kewajibannya selaku umat Islam untuk menunaikan rukun Islam yang kelima yakni menunaikan ibadah haji.
Saifullah adalah Ketua Syaikh Badri Institute atau SBI.
