• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 2 Mei 2024

Tapal Kuda

Gus Yahya Ceritakan Kewalian Mbah Hamid Pasuruan

Gus Yahya Ceritakan Kewalian Mbah Hamid Pasuruan
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya saat menghadiri Haul Mbah Hamid Pasuruan, Senin (25/09/2023). (Foto: NOJ/ Dok, Panitia)
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya saat menghadiri Haul Mbah Hamid Pasuruan, Senin (25/09/2023). (Foto: NOJ/ Dok, Panitia)

Pasuruan, NU Online Jatim

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menghadiri Haul ke-42 KH Abdul Hamid bin Abdullah bin Umar di Pondok Pesantren Salafiyah, Kota Pasuruan, Senin (25/09/2023). Dalam kesempatan itu, Gus Yahya menceritakan sejumlah kewalian sosok yang familiar dipanggil Mbah Hamid Pasuruan itu.

 

Gus Yahya menceritakan, bahwa KH Ali Maksum pernah menguji kewalian KH Abdul Hamid Pasuruan. Pada waktu itu, Mbah Hamid dimintai tolong untuk memberikan uang sebesar Rp500 ribu kepada Kiai Ali. Mbah Hamid pun langsung berdiri hendak mengambil uang.

 

Namun, oleh Kiai Ali tangan Mbah Hamid dipegang tidak diperbolehkan pergi. "Katanya butuh uang," tanya Kiai Hamid. "Iya, tetapi tidak perlu ke mana mana disini saja," jawab Kiai Ali. Seketika itu Mbah Hamid bertawasul membaca Al-Fatihah. Begitu selesai membaca Al-Fatihah langsung ada tamu rombongan datang cukup banyak.

 

“Satu persatu dari tamu rombongan itu bersalaman kepada Mbah Hamid. Zaman itu, ketika ada tamu, ada bersalaman dengan amplop berisi uang. Sehingga semua amplop terkumpul hingga menggunung," ujar Gus Yahya.

 

Dikatakan Gus Yahya, setelah para tamu sudah pergi, amplop tersebut didorong oleh Mbah Hamid ke hadapan Kiai Ali Maksum. Saat itu juga uang dalam amplop dihitung satu persatu oleh Kiai Ali Maksum. "Waktu dihitung jumlah uangnya pas tidak lebih tidak kurang, jumlahnya Rp500 ribu. Pasca kejadian itu Kiai Ali Maksum mengakui kewalian Mbah Hamid," tuturnya.

 

Singkat cerita, lanjut Gus Yahya, Kiai Ali Maksum pun menceritakan kewalian KH Abdul Hamid kepada para sahabat-sahabatnya, di antaranya KH Bisri Mustofa. Mendengar pernyataan tersebut Kiai Bisri langsung datang ke Pasuruan saat siang hari untuk meminta mobil kepada Mbah Hamid.

 

Pintu kediaman Mbah Hamid tertutup. Tanpa sungkan, Kiai Bisri pun mengucapkan salam dengan nyaring. “Assalaamu’alaikum!” Tak ada jawaban. “Orang-orang ngeri melihat kekurang ajaran Kiai Bisri, tapi ragu-ragu untuk menegur. Mungkin mereka pikir, kalau usaha Kiai Bisri berhasil, mereka akan ikut untung juga,” kata Gus Yahya.

 

“Assalaamu’alaikum!” teriakan Mbah Bisri lebih keras lagi. Namun, tetap tak ada jawaban.

 

Karena saking kerasnya panggilan salam dari Kiai Bisri, sontak seorang santri yang ada di halaman menegur. “Maaf, Pak. Mbah Yai sedang istirahat,” ucapnya Gus Yahya menirukan cerita itu.

 

Tak menanggapi teguran si santri, Mbah Bisri malah semakin meninggikan nada suaranya. Kemudian Kiai Bisri berguman. “Ya Allah gusti, beginilah nasib manusia kotor macam aku ini mau sowan wali saja kok tidak ditemui.”

 

Namun, berselang beberapa menit kemudian Kiai Bisri dipersilakan masuk. Di ruang tamu, Kiai Bisri pun menyampaikan hajatnya. “Begini, Nda. Sampeyan kan ngerti, aku ini muballigh.”

 

“Hm…,” kata Mbah Hamid. “Lha, aku ini belum punya mobil. Kalau terus-terusan kesana-kemari naik bis umum kan bisa jatuh wibawaku,” kata Kiai Bisri.

 

Mbah Hamid manggut-manggut, kemudian bertanya kejelasan maksud dari yang disampaikan Kiai Bisri. “Ya, sampeyan yang dekat dengan Tuhan, sampeyan mintakan mobil buat aku,” ucap Kiai Bisri.

 

Permintaan tersebut dibalas dengan senyuman oleh Mbah Hamid. Kemudian, ia pun mengajak semua orang untuk berkirim Al-Fatihah atas keinginan Kiai Bisri. “Ya sudah, ayo. Ala niyyati Kiai Bisri… Al-Fatihah.” Kemudian menadahkan tangan membacakan doa dan diamini yang lainnya.

 

Begitu doa selesai dibaca, Mbah Bisri langsung menyerobot bertanya. “Mereknya apa, Nda?”

 

“Kalau ndak Fiat ya Holden,” jawab Mbah Hamid.

 

Tak lama setelah didoakan Mbah Hamid, Mbah Bisri memperoleh uang min haitsu laa yahtasib (hal yang tidak disangka) yang cukup untuk membeli mobil. Kiai Mustofa Bisri atau Gus Mus yang diperintah mencari mobil untuk dibeli mencari dari Jakarta sampai Surabaya, namun tidak menemukan mobil yang ditawarkan orang-orang kecuali merk Fiat atau Holden.

 

“Akhirnya pun diperoleh mobil sedan (merk) Holden keluaran 1968,” pungkas Gus Yahya mengakhiri kisahnya.


Tapal Kuda Terbaru