KH Musleh Adnan Menyarankan Digelar Lomba Permainan Lato-Lato
Rabu, 4 Januari 2023 | 08:00 WIB
Syaifullah
Penulis
Jember, NU Online Jatim
Hingga kini, lato-lato demikian marak dimainkan. Hampir di berbagai kawasan, sejumlah kalangan terlihat asyik memainkan hiburan yang ternyata memiliki berbagai nama seperti nok-nok, tok-tok, clackers, click-clacks, bolas, knockers dan lainnya tersebut.
Terhadap semakin viralnya permainan lato-lato, KH Musleh Adnan memberikan dukungan. Bahkan bila memungkinkan untuk diselenggarakan lomba dari permainan yang katanya berasal dari Argentina tersebut.
“Awalnya saya sempat curiga dengan semakin berkembangnya permainan lato-lato,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Nahdlatul Ta'limiyah, Pamekasan tersebut saat mengisi pengajian di Jember.
Namun atas berbagai pertimbangan, akhirnya alumnus Pesantren Nurul Jadid, Paiton Probolinggo tersebut memberikan dukungan. Termasuk mendoakan agar lato-lato dapat semakin viral.
“Sekarang saya senang dan mari mendoakan semoga lato-lato bisa menggeser hape (handphone),” katanya.
Bahkan di pengajian yang dihadiri ribuan jamaah tersebut, dirinya meminta secara khusus agar lato-lato dapat dilombakan.
“Kalau perlu, saya meminta kepada (perangkat) desa di sini agar lato-lato dilombakan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Kiai Musleh menjelaskan bahwa kalau buah hati lebih sering memegang hape, maka dampak negatifnya lebih besar bila dibandingkan dengan permainan lato-lato.
Dalam pandangannya, ketika anak-anak memegang hape dan lebih banyak menonton tayangan yang tidak mendidik, maka akan sangat berbahaya. Sebab tidak sedikit bahkan kebanyakan yang dilihat adalah kalangan berpunya. Dan hal ini tentunya akan sangat berbahaya.
Demikian pula Kiai Musleh memaparkan prediksi dalam sebuah kitab bahwa pada akhir zaman akan banyak laki-laki atau suami hingga menantu yang akhirnya harus menyendiri ke gunung. Penyebabnya lantaran tidak disukai oleh sudara, istri dan mertuanya lantaran miskin.
“Kalau tidak pergi ke gunung, ya bisa jadi berangkat ke Malaysia (untuk menjadi tenaga kerja). Hal tersebut dilakukan yang bersangkutan lantaran merasa tidak sama dengan saudara, ipar, dan menantu, maupun yang lain,” tandasnya.
Terpopuler
1
PCNU Nganjuk Apresiasi 7 Kader Lolos Beasiswa Keagamaan PWNU Jatim
2
Resmi Dilantik, Fatayat NU Magetan Miliki Program Unggulan Mahabah
3
Tidak Menghadiri Undangan Pernikahan Sebab Tak Punya Uang, Bolehkah?
4
Paradoks Palestina: Dukungan Muslim yang Pincang
5
Peduli Lingkungan, MWCNU dan Banser di Bangkalan Bersih-bersih Pelabuhan
6
Kedung Cinet, Merasakan Eksotisme Miniatur Grand Canyon di Jombang
Terkini
Lihat Semua