Keislaman

Isra' Mi'raj Mukjizat Besar menurut Syeikh Mutawalli Asy-Sya‘rawi

Ahad, 26 Januari 2025 | 08:30 WIB

Isra' Mi'raj Mukjizat Besar menurut Syeikh Mutawalli Asy-Sya‘rawi

Ilustrasi. (Foto: Istimewa)

Peristiwa Isra' Mi'raj akan diperingati pada Senin (27/01/2025), bertepatan dengan 27 Rajab 1446 H. Bagi umat Islam menjadi fenomena sejarah yang sungguh luar biasa. Peristiwa ini terjadi satu tahun sebelum hijrah (10 tahun dari masa diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai nabi) pada malam Isnain tanggal 27 Rajab.

 

Secara bahasa (etimologi) Isra' adalah perjalanan malam, sedangkan Mi'raj adalah naik ke atas dengan tangga. Yang dimaksud Isra' secara istilah syara' (testimologi) adalah diperjalankannya Nabi Muhammad SAW oleh Allah SWT di malam hari dari Masjid al-Haram (Makkah) menuju Masjid al-Aqsa (Palestina), sedangkan Mi'raj sendiri dinaikannya Nabi Muhammad SAW oleh Allah SWT ke Sidratul Muntaha (suatu tempat ghaib yang tidak terjangkau oleh panca indra yang melewati langit ketujuh).

 

Dalam kitab Al-Mu‘jizat al-Kubra, al-Isra' wal Mi‘raj, dijelaskan bahwa sebelum Isra' dan Mi'raj Nabi SAW mengalami peristiwa yang disebut tahun kesedihan. Karena pada tahun tersebut Rasulullah kehilangan istri tercintanya, Sayyidah Khadijah, yang merupakan tempat beliau menemukan kedamaian. Khadijah selalu mendukung beliau menghadapi kesulitan dalam menyebarkan dakwah.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Pada tahun yang sama, pamannya, Abu Thalib, yang menjadi pelindung luar bagi beliau, juga wafat. Abu Thalib selalu melindungi Rasulullah dari berbagai gangguan. Hingga akhirnya, Rasulullah pergi ke Tha’if dengan harapan mendapatkan orang-orang yang mau mendengar kebenaran dan beriman. Namun, yang beliau temui adalah penolakan dan pengingkaran.

 

Penduduk Tha’if mengabaikan dakwah beliau dan mengutus orang-orang bodoh serta anak-anak mereka untuk menyakiti beliau. Mereka melempari beliau dengan batu hingga kedua kaki mulia beliau berdarah. Beliau berlindung di sebuah kebun dan memohon perlindungan kepada Allah. Di sana, beliau mengangkat kedua tangannya ke langit, memohon kepada Tuhannya atas apa yang beliau alami dari penduduk bumi.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Allah SWT berfirman kepada Rasul-Nya:

 

وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ اِلَّا بِاللّٰهِ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِيْ ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُوْنَ (١٢٧)

ADVERTISEMENT BY OPTAD

اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَّالَّذِيْنَ هُمْ مُّحْسِنُوْنَ (١٢٨)

 

"Bersabarlah (Nabi Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan (pertolongan) Allah, janganlah bersedih terhadap (kekufuran) mereka, dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan yang berbuat kebaikan." (Surat An-Nahl: Ayat 127-128).

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Rasulullah kemudian kembali ke Makkah. Namun, tidak ada seorang pun dari kaum kafir Makkah yang mau memberikan perlindungan kepada beliau. Semua cobaan yang beliau alami sangat berat secara emosional. Allah SWT, dengan kasih sayang-Nya, ingin menunjukkan kepada Rasul-Nya bahwa jika bumi terasa sempit, maka langit akan menyambut dan menghormatinya. Tuhan yang mengutus beliau dengan misi mulia ini pasti akan menolongnya meskipun menghadapi segala kesulitan.

 

Dari sinilah muncul mukjizat Isra dan Mi'raj, yang telah dijelaskan oleh Allah dalam Al-Quran Surat Al-Isra ayat pertama,

 

سُبْحَناَ الَّذي أسرى بِعَبْدِهِ لَيلاً مِّنَ المسجِدِ الحَرامِ إلى المَسْجِدِ الأقْصَى الَّذي بارَكْنا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيتِنا إنَّهُ هُوَ السَّميعُ البَصِيرُ

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Artinya: "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-NYA pada suatu malam dari Masjidil haram ke Masjidil Aqso yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perhatikan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) kami. Sungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS al-Isra [17 : 1]).

 

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwasanya Isra Mi'raj itu adalah diperjalankannya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam oleh Allah. Dalam perjalanan tersebut Allah menunjukkan kepada Nabi Muhammad kebesaran-kebesaran-Nya, seperti halnya rahasia-rahasia yang ada di luar angkasa dan yang ada di alam ghaib. Disertai juga pengalaman-pengalaman pribadi maupun rohani berjumpa dengan nabi-nabi terdahulu di setiap langit yang dilewati oleh Nabi Muhammad seperti, Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Dawud, Nabi Sulaiman, Nabi Idris, Nabi Yahya dan Nabi Isa.

 

Syeikh Mutawalli asy-Sya‘rawi dalam kitabnya menjelaskan bahwa dari hal tersebut, menjadi titik tolak terjadinya mu‘jizat Isra dan Mi'raj. Kalau pelakunya Allah Ta'ala, maka tidak mungkin memperbandingkannya dengan apa yang dilakukan manusia. Segala yang dilakukan Allah ada di luar daya kekuatan manusia dan di atas daya jangkau akal manusia.

 

Ia melanjutkan keterangannya, karena itulah kalau Allah Ta'ala melakukan apapun jangan anda bertanya bagaimana? karena daya jangkau akal anda tidak akan dapat menjangkau berbagai rahasia perbuatan-Nya. Allah SWT melakukan apa yang dikehendaki-Nya tanpa dibatasi oleh berbagai hukum karena Dialah yang menciptakan hukum. Allah tidak membutuhkan hukum kausalitas karena Dia sendirilah yang menciptakan sebab dan akibat.

 

Allah Ta'ala tiada tara dan tidak ada yang menyamai-Nya. Semua makhluk-Nya tunduk kepada kehendak-Nya. Akan tetapi Dia tidak tunduk kepada kehendak makhluk-Nya karena dzat-Nya, sifat-Nya, dan perbuatan-Nya dia atas semuanya. Karena itulah semua ayat-ayat Allah tidak tunduk kepada berbagai hukum alam.

 

Syeikh Mutawalli asy-Sya‘rawi menyimpulkan dalam kitab Al-Mu‘jizat al-Kubra, al-Isra wal Mi‘raj, bahwa dalam peristiwa tersebut kita dapat melihat bahwa perbuatan senantiasa sesuai dengan kekuatan pelakunya. Dengan demikian, jika Allah ta‘ālā berfirman: “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya”, ini berarti perjalanan Isra dan Mi‘raj merupakan perbuatan Allah Ta'ala yang berada di atas kekuatan akal untuk dipikirkan.

 

Karena itu seorang Arab yang mempertanyakan dengan nada mengolok-olok dan penuh tanda hanya besar kepada Nabi Muhamad SAW setelah beliau menceritakan kisah Isra dan Mi‘raj, hal itu menandakan bahwa dia tidak memahami mukjizat.

 

Rasulullah tidak pernah berkata: “Aku telah pergi ke sana”, akan tetapi beliau selalu mengatakan: “Aku telah diperjalankan ke sana,”. Siapa yang memperjalankannya ke sana? Tentu saja Allah Ta'ala yang melakukan semua itu.

 

Karenanya, ketika kaum kafir Quraisy menasabkan mukjizat Isra pada kekuatan manusia, mereka lupa pada kekuatan Allah Ta'ala. Mereka lupa bahwa Muḥammad tidak pernah mengatakan: “Saya telah Isra ke Baitul Maqdis.” Beliau selalu mengatakan bahwa dirinya di-Isra-kan ke Baitul Maqdis. Maka dari itulah, seyogianya kita memperhatikan benar kekuatan Pelaku dan kelakuan-Nya. Jangan membandingkan mukjiizat dengan perbuatan dan kekuatan manusiawi kita.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND