Pacitan, NU Online Jatim
Pesantren tidaklah menghalangi para santri maupun alumni untuk terampil dalam berbisnis. Beragam ilmu dan pengalaman di pesantren dapat dijadikan bekal untuk terjun di dunia wirausaha.
Seperti halnya Ahmad Khozinuddin. Alumni Perguruan Islam Pondok Tremas Kabupaten Pacitan tersebut memberanikan diri untuk membuka kedai 'Kopi Balap' di lingkungan kuliahnya.
Untuk mengawali bisnisnya, ia menggunakan ruang kontrakan berukuran 6x8 meter di Kelurahan Baleharjo, Kecamatan/ Kabupaten Pacitan.
"Saya memilih usaha warung kopi karena dulu saat di pesantren sudah diajarkan ilmu kewirausahaan. Beberapa tips berjualan, saya dapatkan ketika di warung kopi dulu," katanya, Senin (03/01/2022).
Warung kopi yang dibangun Khozin ini cukup menarik kaum muda untuk berkunjung, bukan hanya karena lokasi yang strategis. Tetapi juga desain warungnya yang sedikit nyentrik.
Bagaimana tidak? pria kelahiran Banyumas Jawa Tengah ini rela memodifikasi motornya C-70 (pitung) hanya untuk dijadikan sebagai meja kasir.
"Saya terbiasa menyukai sesuatu yang bersifat unik dan klasik. Maka dari itu, saya mencoba hal yang baru menggunakan sepeda motor pitung sebagai meja kasir," jelasnya kepada NU Online Jatim sembari tersenyum tipis.
Untuk memenuhi produk di warungnya, ia menyediakan berbagai varian kopi yang dipasok dari berbagai kecamatan di Pacitan.
Seperti kopi nawangan, kopi tegalombo, kopi jangkung, dan masih banyak produk lainnya. Bahan-bahan tersebut selain memiliki cita rasa yang khas, juga sebagai upaya untuk mengembangkan produk lokal.
Bersama dua orang sahabatnya, pria yang juga masih menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Pacitan ini dengan sangat telaten mengelola bisnis 'Kopi Balapnya'.
Kedai ini dibuka setiap hari Senin sampai Sabtu, mulai pukul 07:00 sampai pukul 00:00 Waktu Indonesia Barat (WIB).
Menutup kedai di malam Senin bukanlah tanpa alasan, hal ini dilakukan karena ingin mengisi malam mulia dengan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sehingga, meskipun sudah lepas dari pengawasan kiai di pesantren, amalan-amalan yang sudah didapatkan masih tetap istiqomah dilaksanakan.
"Sengaja libur khususnya malam Senin, karena malam tersebut merupakan hari mulia. Sebagaimana yang telah diajarkan di pesantren, setiap malam Senin melaksanakan kegiatan merutinkan peringatan hari kelahiran Rasulullah SAW," ungkapnya.
Khoirul Anam, salah satu pengunjung setia 'Kopi Balap' mengatakan, dirinya merasa begitu tertarik dengan warung kopi balap karena terdapat banyak kelebihan. Serta keunikan yang tidak didapatkan di kedai pada umumnya.
"Ini sangat menarik, bahkan saya baru pertama kali menemukan warung kopi gang seperti ini. mempunyai sisi artistik yang baik dan unik," jelasnya.
Penulis: Anwar Sanusi