• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Jujugan

Mengintip Proses Pembuatan Keris di Desa Wisata Aeng Tongtong Sumenep

Mengintip Proses Pembuatan Keris di Desa Wisata Aeng Tongtong Sumenep
Proses pembuatan keris di Desa Aeng Tongtong, Saronggi, Sumenep. (Foto: katadesa.id)
Proses pembuatan keris di Desa Aeng Tongtong, Saronggi, Sumenep. (Foto: katadesa.id)

Sumenep, NU Online Jatim
Kabupaten Sumenep dijuluki sebagai Kota Keris karena telah mendapat pengakuan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai daerah pemilik pengrajin keris terbanyak di dunia.


Julukan Kota Keris tersebut tentu tidak lepas dari diresmikannya Desa Aeng Tong Tong, Kecamatan Saronggi, Sumenep sebagai Desa Keris beberapa waktu lalu. Desa tersebut juga memperoleh prestasi di ajang bergengsi nasional, yaitu Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022 yang dihelat oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.


Diketahui, desa ini telah memecahkan Rekor Muri sebagai desa yang memiliki empu keris terbanyak di dunia. Total empu di Aeng Tongtong sebanyak 446 orang. Rinciannya, yaitu enam orang empu wanita, 40 orang empu muda, dan 400 orang empu dewasa.


Bila berkunjung ke sana, wisatawan akan melihat ragam keris yang dipajang di sebuah tempat khusus. Karena Pemerintah Desa (Pemdes) setempat menyediakan galeri keris sebagai tempat hasil karya para empu. Bahkan para pelancong bisa melihat proses pembuatan keris secara langsung.


Dijelaskan oleh Yogi Alfaino empu muda asal Dusun Duko Timur, Desa Aeng Tongtong, proses pembuatan keris Aeng Tongtong tergantung tingkat kesulitannya. Jika lumayan rumit, proses pembuatannya bisa memakan waktu hingga 1 bulan. Keris tersebut juga dijual secara online, karena sebagian besar hasil karya para pengrajin dipasarkan di Facebook, Instagram, dan lainnya.


"Harga keris beragam, mulai dari keris sovenir, pertengahan dan ageman yang kami jual di sini. Jenisnya pun juga beragam, antara lain, keris Madura, Surakarta, Palembang, Bugis, Malaysia, dan Pattani," tuturnya saat dikonfirmasi NU Online Jatim, Ahad (01/01/2022).


Ia menyebutkan, banyak tamu atau pelancong ke Desa Aeng Tongtong. Kepentingannya pun beragam, mulai dari sekadar melihat atau berkunjung dan membeli hingga proses penelitian. Disebutkan, sejumlah tokoh pemerintah yang pernah pesan keris yaitu, WS Kuntoro dari Badan Intelijen Negara (BIN), Komandan Yudo dari TNI Angkatan Laut, Fadli Zon, Sandiaga Uno, dan lainnya.


“Bahkan, keris Aeng Tongtong menjadi sovenir resmi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Bali beberapa waktu lalu,” ucapnya.


Sedangkan para peneliti yang pernah datang ke Aeng Tongtong antara lain: NM Hidayat asal Surabaya, Unggul Sudrajat asal Jawa Tengah, Hengki Jogo Purnomo asal Jakarta, Gus Poleng dan Yogi Adi Ningral asal Yogyakarta, hingga peneliti dari luar negeri.


"Ini adalah bukti bahwa kualitas keris di Aeng Tongtong diakui oleh dunia. Karena secara teoritis, keris tidak hanya berfungsi sebagai senjata, tetapi dianggap memiliki nilai spiritual tinggi," paparnya.


Proses Pembuatan Keris
Diceritakan oleh Yogi Alfiano, di masa lalu bahan pamor sangat menentukan kualitas dan tuah keris. Batu meteor yang jatuh ke bumi dicari. Karena saat ditempa menjadi keris, hasilnya akan istimewa, lebih awet dan tahan karat meski usianya ratusan tahun.


Oleh karenanya, membuat keris tidak sembarangan. Terdapat ritual dan doa keselamatan yang dilakukan terlebih dahulu agar semua berjalan lancar. Semua bahan-bahan untuk membuat keris, seperti besi, baja, pamor dari logam nikel diikut sertakan bersama sesajen saat proses ritual.


Menurutnya, arti dari sesajen dalam ritual doa merupakan bentuk permohonan pada Tuhan agar pembuatan keris mendapatkan berkah. Tumpeng dalam ritual melambangkan sebuah gunung yang dimiliki Tuhan, yang di bawahnya ada hasil bumi yang beragam.


"Dulu membuat keris sangat dirahasiakan dan tidak sembarang orang bisa menyaksikannya. Kali ini berbeda dengan masa lalu, para pelancong bisa menyaksikan langsung di desa ini," ucapnya.


Setelah ritual selesai, lanjutnya, bahan-bahan keris dibawa ke pandai besi untuk ditempah. Cara penempaan bahan melalui proses cukup panjang dan rumit. Besi yang awalnya memiliki kotoran, ditempah dengan tempah lipat hingga menghasilkan besi yang bagus dan kotorannya hilang.


"Cara membersihkan besi dari kotoran yakni dengan dipanaskan, dilipat dan ditempah berulang-ulang agar mendapatkan besi yang benar-benar murni. Di tengah-tengah kobaran api inilah, sang pandai besi membuat keris. Sama halnya dengan manusia, semakin lama manusia ditempa dengan keadaan, maka akan menjadi manusia yang baik dan unggul," terangnya.


Selanjutnya, besi yang telah murni disatukan dengan bahan pamor nikel, supaya bilah keris tampak indah dengan pola-pola pamor yang mengkilap kontras dengan warna hitam besi. Setelah besi dan pamor menyatu dengan baik, di tengah diselipkan baja sebagai penguat. Kemudian ditempa kembali hingga campuran ketiga logam menjadi bahan kasar yang disebut kodokan. Kodokan tersebut ditempa di bagian bilah kanan dan kiri untuk membuat sisi tajam keris.


"Setelah beberapa lama bentuk bilah keris semakin terlihat. Kemudian disesuaikan dengan permintaan si pemesan. Apakah menginginkan keris lurus atau memiliki luk atau berkelok. Jika berluk akan dipanaskan kembali dan ditempa di bagian tertentu. Proses selanjutnya, menghaluskan bilah keris yang kasar dengan menggunakan kikir," urainya.


Langkah selanjutnya adalah dudukan keris yang disebut gonjo dipasang. Hiasan pada bilah ditambahkan kemudian. Di bagian ini, ketelitian dan kemampuan pengrajin diuji kembali, karena jika salah sedikit saja bilah keris yang 90 persen itu akan tampak janggal.


“Jika sudah dianggap baik dalam proses pembentukan bilah keris, tinggal dibersihkan dan diperindah tampilannya,” tandasnya.


Jujugan Terbaru