• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Kediri Raya

Halaqah Nasional di Blitar, Katib ‘Aam PBNU Tegaskan NU dan Pesantren Tidak Bisa Dipisahkan

Halaqah Nasional di Blitar, Katib ‘Aam PBNU Tegaskan NU dan Pesantren Tidak Bisa Dipisahkan
Halaqah Nasional Fiqh Siyasah dan Negara Bangsa yang dipusatkan di Pondok Pesantren Al-Falah, Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Kamis (05/01/2023). (Foto: NOJ/Ika)
Halaqah Nasional Fiqh Siyasah dan Negara Bangsa yang dipusatkan di Pondok Pesantren Al-Falah, Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Kamis (05/01/2023). (Foto: NOJ/Ika)

Blitar, NU Online Jatim

KH Ahmad Said Asrori, Katib ‘Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) jelaskan peran pesantren dalam perkembangan jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU). Hal ini ia sampaikan dalam kegiatan Halaqah Nasional Fiqh Siyasah dan Negara Bangsa yang dipusatkan di Pondok Pesantren Al-Falah, Desa Jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Kamis (05/01/2023).

 

Kiai Said menjelaskan, kegiatan halaqah nasional sengaja digelar di pondok pesantren memiliki beberapa tujuan besar. Salah satunya adalah mengajak Nahdliyin untuk mengingat kembali bahwa NU yang sudah menapaki usia ke-100 tahun ini lahir dari perut pondok pesantren.

 

“Sehingga apapun yang menjadi visi misi NU, tujuan besar NU, dan program-program NU harus berangkat dari basis dan tempat lahirnya, yaitu pondok pesantren,” ungkapnya.

 

Oleh karena itu, lanjut Kiai Said Asrori, perlu menjadi pegangan bahwasannya NU dan pesantren itu ibarat satu mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Sama dengan pengurus NU, walaupun mereka memiliki gelar panjang, namun yang menjadi ukurannya adalah seberapa kesungguhannya saat tholabul ilmi di pesantren.

 

“Maka dari itu, setiap langkah NU, baik pengurus Badan Otonom (Banom) atau lembaga harus memiliki dasar yang kuat, merujuk kepada empat rujukan utama kita, yakni Al-Qur’an, hadist, ijma dan qiyas,” katanya.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thullab, Wonosari, Tempuran, Magelang, Jawa Tengah ini juga menerangkan, adanya halaqoh nasional ini mengajak seluruh masyayikh, kiai, dan seluruh alumni pondok pesantren agar memiliki kepedulian kepada NU, dengan mengeksplor, mengejawantahkan apa yang dimiliki. Baik dari ilmu, tenaga, pikiran dan harta kekayaannya untuk bersama-sama berkhidmah terhadap jam'iyah NU.

 

“Sehingga, kalau didasari dengan niat khidmah, Insyaallah kita ini akan digolongkan sebagai muhibbin ulama. Seperti yang diucapkan oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari, barangsiapa yang berjuang dan berkhidmah melalui NU, maka akan diakui sebagai santrinya. Dan barang siapa yang jadi santrinya akan didoakan khusnul khotimah beserta anak cucunya,” pungkasnya.


Kediri Raya Terbaru